Mohon tunggu...
Tuhombowo Wau
Tuhombowo Wau Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

tuho.sakti@yahoo.co.uk

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Bersedia Jadi Ketua Umum PDIP Lagi, Megawati Cerdas dan Bijak

9 Agustus 2019   02:24 Diperbarui: 9 Agustus 2019   02:49 1245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri saat memberikan keterangan di Hotel Grand Inna Bali Beach, Sanur, Bali, Kamis (8/8/2019) | (KOMPAS.com/ KRISTIAN ERDIANTO)

"Dari pandangan umum 34 Dewan Pimpinan Daerah dan 514 Dewan Pimpinan Cabang, dalam sidang paripurna tadi, kesemuanya aklamasi memohon kepada Ibu Megawati untuk menjadi ketua umum kembali," kata Suryo Respationo, pimpinan Sidang Kongres V.

Usai pemaparan Suryo, Megawati kemudian dilantik dan dipersilahkan menyampaikan pidato. Di pidatonya, Megawati mengatakan acara sidang memang hanya untuk mengukuhkan kembali dirinya sebagai ketua umum.

"Dari hasil sidang tadi, aspirasi bawah semua menghendaki secara aklamasi saya menjadi ketua umum periode 2019-2024. Jadi, tadi saya hanya dikukuhkan kembali," ujar Megawati.

Megawati juga menepis isu pengangkatan Ketua Harian dan Wakil Ketua Umum yang sudah ramai dibicarakan publik sebelumnya. Beliau menegaskan cuma beliaulah yang punya kewenangan mengendalikan nakhoda PDIP.

"Apakah Ibu takkan jadi ibu ketua umum lagi, apakah ibu akan menyerahkan kepada ketua harian. Apakah ibu akan bikin posisi wakil ketua umum. Sekarang sudah kelihatan, semua itu tidak ada," tegas Megawati.

Sila baca bunyi sumpah jabatan Megawati selengkapnya di sini. Kembali ke pokok pembahasan, mengapa Megawati tidak pensiun dari jabatan ketua umum?

Menurut saya, inilah beberapa hal yang dipertimbangkan oleh Megawati, sehingga saya menilai beliau sungguh cerdas dan bijak, yakni:

Pertama, Megawati tahu bahwa belum ada kader mumpuni sekelas dirinya yang mampu memimpin PDIP. Selain dapat mengelola organisasi partai, orang yang menggantikan dirinya harus bisa menjadi simbol persatuan.

Kedua, meski bukan trah Soekarno, Megawati sesungguhnya melihat sosok yang layak menggantikan dirinya adalah Joko Widodo. Saya sangat yakin itu. 

Kalau pertimbangan Megawati hanya soal trah Soekarno dan kemampuan manajemen, tongkat estafet seharusnya langsung diserahkan kepada kedua anaknya (Puan Maharani dan Prananda Prabowo), tanpa menunggu waktu terlalu lama.

Namun saya melihat Megawati sengaja mengambil alih kendali partai sembari menunggu masa jabatan Jokowi sebagai presiden berakhir tepat pada 2024. Jika saat ini jadi ketua umum, Jokowi akan 'keteteran'.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun