Mohon tunggu...
tubby flubby
tubby flubby Mohon Tunggu... Ilustrator - Illustrator yang suka menulis

Tukang menggambar yang cukup suka beropini lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sound of Borobudur: Re-Imajinasi Objek-objek Masa Lampau

16 Mei 2021   22:13 Diperbarui: 16 Mei 2021   22:20 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Memandang Borobudur dari perspektif berbagai zaman, pemaknaannya pun akan sangat beragam. Di awal pembangunannya Borobudur bisa jadi murni difungsikan oleh Samaratungga sebagai sentrum pemujaan untuk sang Buddha dan ajaran-ajarannya. Bagi penguasa kolonial di abad ke-19, Borobudur adalah situs budaya berisi fakta dan informasi mengenai peradaban Jawa yang menunggu untuk disingkap misterinya. Bagi para traveller mancanegara, Borobudur mungkin menjadi salah satu destinasi dalam bucketlist yang menunggu untuk diberikan tanda ceklis saat berhasil dikunjungi.

Lantas bagaimana perspektif kontemporer dalam memaknai Borobudur? Ada berlapis pemaknaan yang bisa kita labeli saat memandang Borobudur di masa kini. Selain sebagai situs pustaka yang menyimpan rekam jejak peradaban mengenai manusia di masa lalu---yang bisa memberikan sumbangan informasi melalui pelbagai perspektif ilmu; Borobudur juga menyimpan potensi reintrepretasi dan reimajinasi yang tanpa batas.

Ada 1460 panel relief di Borobudur yang berisi narasi mengenai banyak hal. Mulai dari kisah-kisah mitologis dari alam metafisis; kronologi perjalanan manusia dari dunia samsara menuju nirwana; pun rekam kehidupan sosio-kultural masyarakat Jawa di abad ke-8. Berbagai benda-benda yang hadir di panel demi panel relief ini merupakan refleksi dari material culture para nenek moyang kita; yang tentunya bisa kita jadikan media untuk "mengintip" bagaimana dinamika kehidupan manusia di masa lampau secara lebih mendetail.

Sound of Borobudur memiliki perspektif yang unik saat me-reinterpretasi beberapa bagian dari relief-relief Borobudur tersebut. Dengan berfokus pada objek-objek berupa 60 jenis instrumen seni musik yang hadir di 200-an relief yang berasal dari 40 panel, Sound of Borobudur tak hanya menganalisa Borobudur sebagai artefak sejarah, namun juga mereka-ulang bentuk dan bebunyian yang dihasilkan oleh pelbagai instrumen musik tersebut.

Untuk memahami musikologi suatu masyarakat di masa tertentu, maka keterpahaman terhadap budaya material (material culture) yang menyertainya pun tak dapat dihindari. Katerkaitan antara studi berbagai manuskrip/teks, instrumen-instrumen musik, serta objek/media fisik yang dilibatkan dalam proses memproduksi dan mengkonsumsi musik; akan memberikan gambaran yang lebih menyeluruh saat kita berusaha memahami suatu entitas seni musik di masa tertentu dan juga kaitannya dengan praktik sosio-kultur yang melatarinya.

Reka-ulang bentuk-bentuk instrumen seni musik yang dilakukan Sound of Borobudur pun bisa dikatakan adalah suatu upaya analisis budaya material seni musik masyarakat Jawa di abad ke-8.  Sedikit banyak kita bisa membayangkan realitas dunia seni musik di masa itu; misalnya kita bisa mencermati eratnya musik dengan praktik ritus keagamaan tertentu; atau jalin kelindan antar kebudayaan dari berbagai wilayah yang memiliki bentuk alat musik tradisional yang nyaris sama.  

Meskipun ketiadaan teks sejarah menjadi batu penghalang saat berusaha membaca narasi visual relief Borobudur, namun Sound of Borobudur tampaknya justru menjadikannya sebagai potensi imajinasi yang lebih luas dalam menginterpretasi instrumen-instrumen musik yang dikaji. Dan memang, proses re-imajinasi objek-objek musik pada relief Borobudur ini, tak hanya membutuhkan ketelitian dalam menganalisa data yang ada; tetapi juga membutuhkan kreativitas dan sensibilitas seni yang mumpuni, sehingga saat mengkonversi bentuk dwidimensional pada relief menjadi objek fisik berupa instrumen musik yang fungsional, aura dari alunan musik dari masa lalu dapat dihadirkan untuk dicerap dan dinikmati para pirsawan masa kini.

Sound of Borobudur bisa diandaikan sebagai perjalanan melintasi ruang dan waktu untuk memahami dan menikmati musik sebagai bagian dari budaya tingkat tinggi nenek moyang kita. Lebih dari sakadar upaya analisa historis-antropologis terhadap Borobudur sebagai artefak sejarah, Sound of Borobudur juga menjelma sebagai suatu tribut terhadap warisan kebudayaan adiluhung nenek moyang kita.

Dan jika kita kaitkan dengan praktik manusia kontemporer dalam memproduksi dan mengkonsumi musik yang sangat bergantung pada teknologi digital, Sound of Borobudur dapat menjadi sarana refleksi, betapa kita sudah cerai dengan aspek material dan tangibility seni musik yang berbasis instrumen fisikal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun