Mohon tunggu...
Tubagus Encep
Tubagus Encep Mohon Tunggu... profesional -

Asal Pandeglang, Kakek 1 Cucu, belajar mengajar di madrasah dan ingin terus belajar............E-mail: tebe.ncep@gmail.com, Twitter: @TebeNcep IG: tubagusencep

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mengunjungi Solo Gratis, Berkat Menulis

27 Juni 2014   03:59 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:42 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada teras ke delapan kompasianer menemukan dua buah arca Phallus (kuntobimo) berada di sebelah kiri dan arca Prabuwijaya di sebelah kanan. Arca phallus melambangkan ucapan syukur atas kesuburan yang melimpah atas bumi cetho dan sebuah pengharapan kepada Tuhan yang Maha Esa agar kesuburan yang dilimpahkan itu tak kan terputus selamanya.

[caption id="attachment_330938" align="aligncenter" width="404" caption="Arca di teras ke delapan (dokpri)"]

14037891961838810834
14037891961838810834
[/caption]

Arca Sang Prabu Brawijaya menunjukkan penauladanan masyarakat terhadap kepemimpinan beliau, sebagai raja yang bèrbudi bawa leksana, ambeg adil paramarta yang diyakini pula sebagai utusan Tuhan di muka bumi. Trap terakhir (trap kesembilan) adalah trap utama yang merupakan tempat pemanjatan doa kepada Penguasa Semesta. Trap terakhir ini berbentuk kubus berukuran 1,50 meter persegi.

Sungguh, ribuan kata tidak cukup menggambarkan betapa eksotiknya candi Cetho yang penulis kunjungi lewat acara visit Deltomed & Wisata Solo, kerjasama Kompasiana bersama Deltomed ini. Namun apalah hendak di kata, waktu yang semakin beranjak perlahan mengharuskan rombongan tur untuk segera turun dan bersiap kembali mengikuti acara tur selanjutnya.

[caption id="attachment_330944" align="aligncenter" width="640" caption="Forest Tea dari Rumah Teh Ndoro Donker (dokpri)"]

1403789822291453910
1403789822291453910
[/caption] Rumah teh Ndoro Donker, pukul 11.25-12.30 wib

Dinginnya hawa puncak Lawu secara perlahan mulai menghangat saat mencoba menyeruput hangatnya seduhan teh di sebuah rumah teh yang berada di jalan Afdeling 18 Kemuning, Karang-Anyar.

Rumah teh bekas rumah Kepala kebun teh pada masa penjajahan ini yang kemudian menjadi milik  kepala kebun teh PT. Rumpun Sari sejak tiga tahun lalu dijadikanRumah teh Ndoro Donker.

Dengan olahan makanan dan minuman tradisonal namun bercita ras Eropa, menikmati sensasi minum teh di Ndoro Donker mengingatkan pengunjung akan suasana sinyo Belanda menikamati sensasi minum teh di masa penjajahan dulu.

[caption id="attachment_330945" align="aligncenter" width="404" caption="Rumah Teh Ndoro Donker, Kemuning. Karang Anyar (dokpri)"]

14037901171677079312
14037901171677079312
[/caption]

Dengan hanya mengeluarkan anggaran cukup 20.000 rupiah/poci, dan 8000 rupiah/cangkirnya,  kita dapat menikmati beragam rasa teh racikan rumah teh Ndoro Donker.  Rasakan pula sensasi singkong dipotong tipis dipadu dengan guyuran madu dan potongan keju, pisang panggang bertaburan cokelat yang dapat peroleh dengan kisaran harga antara 10.000 rupiah hingga 15.000 rupiah saja.

Semilir angin, hamparan kebun teh serta hijaunya rumput di halaman Ndoro Dongker membuat sensasi minum teh terasa berbeda dengan tempat lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun