Mohon tunggu...
Tubagus Encep
Tubagus Encep Mohon Tunggu... profesional -

Asal Pandeglang, Kakek 1 Cucu, belajar mengajar di madrasah dan ingin terus belajar............E-mail: tebe.ncep@gmail.com, Twitter: @TebeNcep IG: tubagusencep

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mengunjungi Solo Gratis, Berkat Menulis

27 Juni 2014   03:59 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:42 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

" Visit Deltomed dan Wisata Solo adalah rangkaian kegiatan dari Kompetisi Blog Kompasiana & Deltomed yang lumayan panjang yang diikuti oleh blogger Kompasiana (kompasianer, red). Dimulai dari penulisan tentang dan cara mengatasi Sariawan hingga tulisan reportase Kompasiana Nangkring Deltomed di Jakarta.

Sepuluh kompasianer yang tulisannya terpilih pada lomba tulisan reportase Kompasiana Nangkring-Deltomed di gedung The Cone, fX lifeStyle pada tanggal 17 Mei 2014 berhak mengikuti Visit factory Deltomed & wisata Solo dari tanggal 13-14 Juni 2014 ".

[caption id="attachment_330911" align="aligncenter" width="640" caption="Rombongan Visit Deltomed&Wisata Solo di depan pabrik Deltomed (foto: Ika Pramono@inkemaris_agency)"][/caption]

***********

Bandara Soetta, Jum'at 13/06/2014 pukul: 06.30-07.50

Matahari pagi masih malu-malu memperlihatkan wajahnya, saat sembilan kompasianer Jabodetabek satu diantaranya berasal dari Lampung memulai perjalanan Kuldon Sariawan Tur pada Jum'at pagi menggunakan pesawat milik maskapai nasional Lion Air dengan nomor penerbangan JT 536 menuju kota Solo. Turut mendampingi dua staff kompasiana yaitu kang Pendi Kuntoro dan kang Shulhan Rumaru. Turut mengantarkan serta menghadiri pemberangkatan pula Sandy Agustinus, staff Deltomed kantor Jakarta.

[caption id="attachment_330913" align="aligncenter" width="585" caption="Rombongan tur di Bandara Adi Soemarmo Solo (foto: Gapey Sandy)"]

1403784523691116222
1403784523691116222
[/caption] Bandara Adi Soemarmo, Solo Juma'at 13/06/2014 pukul: 09.25

Lepas dari pukul sembilan lebih dua puluh menit rombongan kompasianer tiba di bandara Adi Soemarmo yang langsung disambut ibu Agatha Nirbanawati dari pihak Deltomed, bersama beliau hadir pula Dr. Dewi Prihandini seorang dokter gigi yang menjadi nara sumber di acara nangkring Jakarta. Tampak pula Ika Pramono seorang EO dari Inke Maris Agency bersama kompasianer Dwi dari Solo.

Dua kendaraan jenis L1000 yang biasa dipakai perusahaan travel menanti dan siap membawa rombongan kompasianer selama berada di Solo.  Sebuah sambutan awal yang hangat karena dua kendaraan tersebut sangat nyaman dan lapang untuk kompasianer yang hanya berjumlah sepuluh orang.

[caption id="attachment_330918" align="aligncenter" width="507" caption="Di depan patung Nakula Sadewa, Pabrik Deltomed Solo (foto: Ika Pramono)"]

14037852832107122340
14037852832107122340
[/caption] Pabrik Deltomed, pukul 10.30 - 16-00 wib.

Sebuah patung mbok Jamu setinggi 4-5 meter berdiri indah dan terlihat mencolok menyambut kendaraan rombongan kompasianer setiba di pabrik PT. Delomed Labolatories, Wonogiri Solo.

Ibu Agatha Nirbanawati selaku pimpinan rombongan segera mempersilahkan sepuluh kompasianer untuk masuk menuju ruangan pertemuan mengingat waktu harus dipergunakan seefisien mungkin karena hari itu adalah bertepatan dengan menjelangnyanya tiba waktu sholat Jum'at.

[caption id="attachment_330947" align="aligncenter" width="524" caption="Patung mbok Jamu di halaman muka Pabrik Deltomed (dokpri)"]

14037918961024905803
14037918961024905803
[/caption]

Entah karena naluri fotografisnya tinggi beberapa kompasianer tampak masih sibuk mengambil gambar di berbagai sudut muka pabrik, sehingga beberapa kali pimpinan rombongan mengingatkan kompasianer untuk segera memasuki ruangan pertemuan.

Kebiasaan kompasianer yang membuat penulis tersenyum karena teringat kondisi yang sama pada setiap setiap acara kompasiana nangkring di Jakarta. Always jepret setiap ada kesempatan. Whenever, wherever.....

Presiden Direktur PT. Deltomed Labolatories Wonogiri Nyoto Wardoyo, menyambut langsung kedatangan kesepuluh peserta "Kuldon Sariawan Tur" dengan ramah di ruang pertemuan yang berdampingan dengan kantor direksi dan manajemen pabrik yang terletak persis di halaman paling depan.

[caption id="attachment_330919" align="aligncenter" width="408" caption="Dirut Deltomed Nyoto Wardoyo, Dr. Abrijanto dan Ka QC Inayah (dokpri)"]

1403785440409895745
1403785440409895745
[/caption]

Acara pertemuan yang mendekati waktu solat jum'at langsung diberikan jeda setelah sambutan singkat bapak Nyoto Wardoyo, dengan mempersilahkan sepuluh peserta tur untuk menikmati santap siang yang langsung antusias menyaksikan terhidangnya bakso Wonogiri yang memang sudah dikenal sebagai bakso yang enak juga kuliner lokal lainnya. Minuman beras kencur serta kunyit asam menjadi hiasan tersendiri di antara deretan kuliner yang dipersiapkan untuk menyambut sepuluh penulis terbaik kompetisi blog Deltomed-Kompasiana.

Selepas sholat jumat di masjid yang terletak di halaman luar pabrik, sepuluh peserta rangkaian ke tiga kegiatan Kompetisi Blog Deltomed-Kompasiana kembali memasuki ruangan pertemuan, yang langsung digebrak dengan penjelasan panjang lebar oleh Dr. Abrijanto SB tentang perjuangan PT. Deltomed Labolatories membangun obat herbal Indonesia untuk diterima oleh semua masyarakat, khususnya masyarakat dunia.

Perjuangan Deltomed selama 35 tahun lebih yang dimulai dari sebuah indrustri rumahan di kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan bukanlah sebuah perjalanan yang mudah. Mengenalkan obat herbal yang cenderung identik dengan cita rasa tradisional menjadi go internasional tentulah membutuhkan perjuangan serta rasa cinta akan nilai-nilai tradisi itu sendiri.

Dan Deltomed telah mampu dan melewati proses demi proses dari nilai perjuangannya tersebut, lewat peningkatan kualitas ekstrasinya dengan menggunakan fasilitas Quadra Extraction System berteknologi Jerman serta standar GMP (Good Manufacturing Product) Eropa, juga GMP Indonesia yaitu lewat Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB), NSF (National Sanitation Food) FDA serta peraturan 3A dan aturan Farmakope Indonesia.

Pada sesi pertemuan ini Nyoto Wardoyo juga menyempatkan diri untuk mendemontrasikan pembuatan jamu lewat pirex (wadah gelas) dan bukan dengan wadah terbuat dari tanah karena alasan wadah gelas jauh dari kemungkinan tertempel dari zat atau mikroba yang merugikan pada proses perebuhan bahan baku jamu.

Kunjungan sepuluh peserta tur kali ini memperjelas dan membuka mata akan kesungguhan Deltomed membangun obat herbal dengan terlihat ketatnya standar mutu  yang dimulai dari penanaman awal bahan herbal  (empon-empon) di tingkat petani binaan hingga memasuki proses ekstraksi  kemudian menjadi obat herbal yang siap dikonsumsi masyarakat.

[caption id="attachment_330924" align="aligncenter" width="404" caption="Mesin modern menjaga kualitas produk dengan lebih baik (foto: deltomed.com)"]

1403786138641432162
1403786138641432162
[/caption]

Semua proses ini disaksikan semua peserta tur lewat kunjungan langsung ke pabrik yang terletak di belakang ruangan pertemuan. Proses pencucian yang berkali-kali dilakukan dengan mesin modern menghasilkan bahan baku herbal bersih yang siap diproses pada tahap selanjutnya.

Kebersihan bahan baku pembuatan obat herbal dari tahap awal sangat menjadi perhatian utama Deltomed agar hasil produksi obat herbal Deltomed seperti: Kuldon Sariawan, Antangin, OB Herbal, Natur Slim, Antalinu, Pil Tuntas, Rapet Wangi dan SrongPas hadir di tengah masyarakat dengan mutu yang dapat diandalkan.

Ini sejalan dengan apa yang disampaikan kepala QC (Quality Control) ibuInayah tentang pentingnya kebersihan dijaga dari sejak awal. Gagalnya pengobatan menggunakan obat herbal bisa jadi bukan karena ketiadaan khasiat, namun karena bahan simplisia nabati yang tidak terbebas dari serangga, fragmen hewan, kotoran hewan atau mengandung lendir dan cendawan serta tidak berubah warna dan baunya apalagi terindikasi bahan-bahan yang beracun.

Proses identifikasi juga dilakukan sangat ketat terhadap kadar abu, kadar abu yang tidak larut asam, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol, dan pengujian terhadap mikrobiologi.

Pada tingkat ekstraksi juga tak luput dari identifikasi serta pengawasan ketat agar ekstark yang dihasilkan sesui dengan standar mutu yang diharapkan, demikian juga pada tingkat pengolahan dengan melakukan pengawasan organoleptis yaitu pengujian pada warna, rasa hingga bau termasuk kekentalan atau viscositas pada produk jenis herbal syrup.

Selanjutnya dilakukan proses filling, pada tahap ini dilakukan pemeriksaan ketat terhadap keseragaman bobot dan volume, ada tidaknya kebocoran produk yang dikemas terutama pada produk berbahan cair.

Dari kunjungan langsung ke dalam pabrik yang kebersihannya sangat penulis kagumi, proses pengemasan produk juga dilakukan kontrol ketat dengan pemilahan hasil produksi mulai dari kesusuaian isi serta jumlah produk pada setiap kemasan. Ini dibuktikan langsung oleh bapak Adhi Surya selaku Manajer Produksi dengan memperlihatkan kemasan yang tidak sesuai jumlahnya dan terdeteksi oleh pekerja.

Pada kunjungan berikutnya ke laboratorium yang bisa disaksikan langsung lewat kaca terlihat bagaimana ketatnya Deltomed memberlakukan tahapan demi tahapan sebelum menjadi produk yang siap dikonsumsi oleh masyarakat luas.

Pada salah satu ruangan lab terlihat sebuah alat yang menarik penulis terus berputar mirip mainan binatang Hamster. Terlihat produk tablet tengah diuji masa/waktu hancur serta hingga tingkat kerapuhannya.

Apa yang terlihat dan disaksikan langsung membuat keyakinan penulis terhadap produk-produk Deltomed menghasilkan satu kata saja: "sempurna".

Kunjungan ke pabrik Deltomed memberikan pembuktian langsung seperti yang telah dipaparkan oleh Nyoto Wardoyo dan Abrijanto SB saat pertemuan di acara Nangkring Deltomed-Kompasiana pada tanggal 17/5/14 lalu di Jakarta.

[caption id="attachment_330928" align="aligncenter" width="404" caption="Toko jamu/bahan baku jamu Arum Sari, Solo. (dokpri)"]

1403786838603521348
1403786838603521348
[/caption] Toko Jamu & Bahan jamu (simplisia) Arum Sari, pukul 17.00-17.30 wib

Lembayung senja belumlah menghilang dari penglihatan, namun ibu Agatha Nirbanawati kepala rombongan tur segera menggiring rombongan menuju penginapan, mengingat jadwal acar tur yang lumayan padat.

Melengkapi pengetahuan kompasiar akan dunia herbal, sebelum tiba ke penginapan rombongan tur diarahkan menuju toko Arum Sari yang terletak di jalan Jl. Muh. Yamin 136 Solo Kota/Serengan. Sebuah toko yang menjual beragam jamu dan bahan baku serta olahan dari berbagai bahan herbal Indonesia.

Kesempatan ini dimanfaatkan penulis untuk meminum jamu seduhan "Batuk Angin" dengan harapan batuk-batuk yang menyerang penulis dari awal pemberangkatan penulis mulai mereda.

Beragam simplisia atau bahan baku jamu, aneka minuman wedang herbal yang tertata rapih dan indah tanpa sadar menggerakkan telunjuk penulis mengarahkan pada wedang wuh, minuman jenggelak serta beberapa bungkus olahan herbal yang segera disambut pramuniaga toko Arum Sari dengan membungkusnya menjadi oleh-oleh pilihan penulis.

14037874081789097881
14037874081789097881
Griya Teratai dan Kompasianer Solo (dokpri)

Griya Teratai Guesthouse&Spa, pukul: 17.45-19.30 wib.

Berkejaran dengan adzan magrib tiba, rombongan tiba di tempat menginap di sebuah griya yang pada pandangan pertama nuansa homey-nya kental sekali. Terletak agak menjorok ke dalam dari lalu lintas utama, griya ini jauh dari kebisingan suasana jalan utama di wilayah Mangkubumen ini.

Sebuah kemanjaan berikutnya yang diberikan Deltomed pada kompasianer lewat pemilihan rumah inap yang tenang dan jauh dari kesan formil dibandingkan bila menginap di sebuah hotel.

Kopi yang penulis seduh belum juga mendingin seusai salat maghrib, ditimpali obrolan santai tentang tulisan dengan mas Thamrin Sonata. Tiba-tiba penulis dikejutkan dengan kedatangan beberapa kompasianer Solo mulai dari Tante paku disusul kemudian Mbak Niken yang biasa menulis perihal anak Jokowi selanjutnya disusul ibu Sri beserta suaminya.

Diskusipun kian ramai dengan kehadiran sahabat-sahabat kompasianer Solo, tentu saja masalah capres Jokowi menjadi obrolan hangat malam itu.

[caption id="attachment_330932" align="aligncenter" width="404" caption="Restoran Goela Klapa, Solo. (dokpri)"]

14037877891481507603
14037877891481507603
[/caption] Restoran Goela Klapa, Manahan, Pukul: 19.30-21.00 wib.

Dengan izin ibu Agatha Nirbanawati seyogyanya kompasianer Solo bisa menemani makan malam rombongan tur, namun mereka menolak halus dan mempersilahkan kami untuk menikmati santap malam di sebuah restoran yang terletak di daerah Manahan tersebut.

Goela Klapa, begitulah tulisan yang terbaca pada atas gerbang utama restoran tersebut. Gedung yang bercat putih ini membuka ingatan penulis akan sebuah artikel Kompas Minggu tentang liputan kumpulan komunitas onthel Solo yang sering berkumpul di restoran ini. Aha, kini penulis berada dan akan memasuki tempat yang dulu hanya dikenal lewat tulisan reportase harian kompas. Thank.. Deltomed.

Restoran yang mengandalkan cita rasa tradisional Indonesia ini memang pantas menjadi pilihan, bukan saja karena rasanya yang akrab dengan lidah lokal namun harganya pun tidak terlalu menguras kantong bagi yang berkantong pas-pasan. Harga pasaran namun penampilan dan olahannya sekelas restoran berbintang.

Lihatlah di sana ada sate ayam khas Goela klapa, Garang Asem, Nasi Bakar Kendi dan banyak macam lainnya, serta minuman-minuman khas Nusantara namun ditata dengan ala restoran bintang lima.

Sayang kedatangan rombongan kompasianer di malam hari sehingga tidak menemukan dua penjaga pintu (doorman) yang biasanya berpakaian ala serdadu Belanda berdiri menyambut kedatangan tamu. Tampak beberapa kompasianer memuaskan diri dengan berfoto ria di depan restoran bersenjatakan bedil ala jaman penjajahan, mungkin melampiaskan diri karena tak sempat bertemu dengan serdadu Belanda yang biasanya berdiri di pintu restoran.

[caption id="attachment_330933" align="aligncenter" width="640" caption="Candi Cetho dilihat dari undakan atas (dokpri)"]

1403788341933879432
1403788341933879432
[/caption] Candi Cehto, Kemuning Karang-Anyar Pukul: 09.00-11.00 wib.

Terletak di puncak Gunung Lawu dan berada di ketinggian 1400 meter di atas permukaan laut, Candi Cetho menyiratkan kekaguman penulis akan kehebatan nenek moyang Indonesia di masa lalu.

Tempat persinggahan terakhir sebelum moksa-nya Brawijaya V  di atas gunung Lawu keberadaan candi ini seolah mengawang di atas angkasa. Diselimuti kabut yang menutupi seluruh komplek candi seluas 215 X 30 meter persegi, membuat candi yang dikelilingi hutan pinus tersebut tampak eksotik dan memancarkan kesan magis dan sakral bagi yang mengunjunginya.

Candi Cetho, (cetho=jernih tanpa terhalang) merupakan peninggalan terakhir kerajaan Hindu di tanah air. Sejatinya candi ini belum terselesaikan pembangunannya, karena raja Brawijaya V terus dikejar pasukan Raden Patah dari kerajaan Demak. Dari desa Seto Brawijaya melarikan diri ke daerah Sukuh dan mendirikan candi pula di daerah ini dan kini dikenal dengan nama candi sukuh.

[caption id="attachment_330934" align="aligncenter" width="640" caption="Disambut dua arca Candi Cetho (dokpri) "]

1403788538186877592
1403788538186877592
[/caption]

Memasuki gerbang pertama kompasianer disambut sepasang arca penjaga yang dinamakan arca Nyai Gemang Arum. Konon sesungguhnya candi ini memiliki empat belas tingkat undakan namun baru sebagian saja  mengalami pemugaran.

Pada teras kedua penulis mendapat informasi bahwa lokasi ini merupakan tempat petilasan Ki Ageng Krincing Sewu, leluhur dari penduduk desa Seto yang berada di sekitar lokasi candi.

Pada teras ke tiga terdapat susunan batu yang batu yang membentuk kura-kura raksasa yang merupakan lambang Majapahit. Di depan kepala kura-kura tersebut terdapat phallus (alat kelamin laki-laki) sepanjang dua meter, dilengkapi hiasan tindik ( piercing) bertipe ampalang. Kura-kura merupakan simbol penciptaan alam semesta dan kelamin merupakan simbol penciptaan manusia.

[caption id="attachment_330936" align="aligncenter" width="640" caption="Kura-kura raksasa dan Lingga di Candi Cetho. (dokpri)"]

14037888991261319984
14037888991261319984
[/caption]

Pada Teras ke empat terdapat relief cuplikan kisah Sudhamala, yaitu kisah manusia yang berusaha melepaskan diri dari malapetaka.

Pada teras ke lima dan ke enam terdapat pendopo-pendopo yang mengapi jalan masuk candi,  sampai saat ini pendapa ini masih dipergunakanpenduduk untuk melakukan peribadatan agama hindu.

[caption id="attachment_330942" align="aligncenter" width="404" caption="Pendopo-pendopo sebelah kanan dan kiri yang kini tetap dipakai sebagai tempat ibadaat (dokpri)"]

1403789465730104889
1403789465730104889
[/caption]

Pada teras ke tujuh kompasianer disambut dua buah arca yang terlihat sudah tanpa kepala, arca ini bernama Sabdapalong dan Nayagenggong, dua abdi kinasih sekaligus prabu Brawijaya sekaligus penasehat spritual beliau.

Pada teras ke delapan kompasianer menemukan dua buah arca Phallus (kuntobimo) berada di sebelah kiri dan arca Prabuwijaya di sebelah kanan. Arca phallus melambangkan ucapan syukur atas kesuburan yang melimpah atas bumi cetho dan sebuah pengharapan kepada Tuhan yang Maha Esa agar kesuburan yang dilimpahkan itu tak kan terputus selamanya.

[caption id="attachment_330938" align="aligncenter" width="404" caption="Arca di teras ke delapan (dokpri)"]

14037891961838810834
14037891961838810834
[/caption]

Arca Sang Prabu Brawijaya menunjukkan penauladanan masyarakat terhadap kepemimpinan beliau, sebagai raja yang bèrbudi bawa leksana, ambeg adil paramarta yang diyakini pula sebagai utusan Tuhan di muka bumi. Trap terakhir (trap kesembilan) adalah trap utama yang merupakan tempat pemanjatan doa kepada Penguasa Semesta. Trap terakhir ini berbentuk kubus berukuran 1,50 meter persegi.

Sungguh, ribuan kata tidak cukup menggambarkan betapa eksotiknya candi Cetho yang penulis kunjungi lewat acara visit Deltomed & Wisata Solo, kerjasama Kompasiana bersama Deltomed ini. Namun apalah hendak di kata, waktu yang semakin beranjak perlahan mengharuskan rombongan tur untuk segera turun dan bersiap kembali mengikuti acara tur selanjutnya.

[caption id="attachment_330944" align="aligncenter" width="640" caption="Forest Tea dari Rumah Teh Ndoro Donker (dokpri)"]

1403789822291453910
1403789822291453910
[/caption] Rumah teh Ndoro Donker, pukul 11.25-12.30 wib

Dinginnya hawa puncak Lawu secara perlahan mulai menghangat saat mencoba menyeruput hangatnya seduhan teh di sebuah rumah teh yang berada di jalan Afdeling 18 Kemuning, Karang-Anyar.

Rumah teh bekas rumah Kepala kebun teh pada masa penjajahan ini yang kemudian menjadi milik  kepala kebun teh PT. Rumpun Sari sejak tiga tahun lalu dijadikanRumah teh Ndoro Donker.

Dengan olahan makanan dan minuman tradisonal namun bercita ras Eropa, menikmati sensasi minum teh di Ndoro Donker mengingatkan pengunjung akan suasana sinyo Belanda menikamati sensasi minum teh di masa penjajahan dulu.

[caption id="attachment_330945" align="aligncenter" width="404" caption="Rumah Teh Ndoro Donker, Kemuning. Karang Anyar (dokpri)"]

14037901171677079312
14037901171677079312
[/caption]

Dengan hanya mengeluarkan anggaran cukup 20.000 rupiah/poci, dan 8000 rupiah/cangkirnya,  kita dapat menikmati beragam rasa teh racikan rumah teh Ndoro Donker.  Rasakan pula sensasi singkong dipotong tipis dipadu dengan guyuran madu dan potongan keju, pisang panggang bertaburan cokelat yang dapat peroleh dengan kisaran harga antara 10.000 rupiah hingga 15.000 rupiah saja.

Semilir angin, hamparan kebun teh serta hijaunya rumput di halaman Ndoro Dongker membuat sensasi minum teh terasa berbeda dengan tempat lainnya.

[caption id="" align="aligncenter" width="600" caption="PGS (pusat Grosir Solo) Solo (foto:pusatgrosirsolo.com)"]

PGS (pusat Grosir Solo) Solo (foto:pusatgrosirsolo.com)
PGS (pusat Grosir Solo) Solo (foto:pusatgrosirsolo.com)
[/caption] PGS (Pusat Grosir Solo), pukul 14.30-16.00 wib.

Mengunjungi pasar batik termasuk acara tur yang penulis nantikan, karena begitu banyak pesanan orang rumah untuk membawa oleh-oleh batik Solo sebagai buah perjalanan penulis pada acara Visit Deltomed dan Wisata Solo ini.

Berlokasi di jalan Mayor Sunaryo No. 1 Gladag, merupakan pusat perbelanjaan yang ditunjang dengan berbagai fasilitas kenyamanan baik untuk pengunjung maupun tenant (penyewa). Disini pengunjung akan mendapatkan beragam batik dengan harga grosiran mulai dari sepuluh ribu rupiah hingga ratusan ribu. Pengunjung juga bisa mendapatkan aneka tas bermotif batik hingga blankon.

[caption id="attachment_330946" align="aligncenter" width="404" caption="Aneka batik dan blankon di PGS (foto: pusatgrosirsolo.com)"]

14037906681433251052
14037906681433251052
[/caption]

Berdampingan dengan destinasi wisata kota seperti Kasunanan Surakarta maupun Kraton Mangkunegaraan, juga berdekatan dengan benteng tua Vastenburg yang merupakan cagar budaya kota solo.

Sayang karena alasan waktu yang menjelang kepulangan rombongan menuju Jakarta, kesempatan mengunjungi pasar klewer yang merupakan sentral pasar batik tradisional menjadi angan belaka.

Stasiun KA Solo Balapan, pukul 18.30-19.25 wib.

Selepas maghrib seluruh kompasianer menyiapkan diri di griya Teratai untuk segera menuju stasiun kereta api Solo Balapan, meninggalkan banyak kenangan akan indahnya Visit factory Deltomed & wisata di kota Solo dan sekitarnya. Begitu banyak kenangan indah yang harus ditinggalkan, celoteh dan candaan antar kompasianer yang tidak dapat dilupakan.

Puji syukur terucap, karena lewat  menulis kami sepuluh kompasianer bisa mengunjungi Solo dengan gratis.

Terima kasih Allah, terima kasih Deltomed, terima kasih Kompasiana.... dan semoga kita dapat bersua kembali di acara berbeda.

Salam herbal.....

Baca Reprotase Lainnya:

Tulisan 1

Tulisan 2

Tulisan 3

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun