Mohon tunggu...
Nyonya Besar
Nyonya Besar Mohon Tunggu... Lainnya - Akun Verified

Sering marah, tapi gak suka marah, hobinya masak, padahal gak bisa juga, senang kalau menang di debat kusir, sering juga mikir yang gak penting-penting, trus marah-marah, gak bisa berhenti makan (saya hanyalah wanita biasa), bahagia saat nonton drama korea sambil nangis sesegukan, tidak punya bakat olahraga tapi kecanduan badminton dan voli. Pengennya suka nulis, tapi malas baca, malas tidur, lebih malas lagi kalau bangun, lemah hati tapi bohong demi imej.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Perpanjang SIM Saat Pandemi Covid-19

15 Juni 2020   10:42 Diperbarui: 11 Agustus 2020   09:09 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Kevin Bhagat on Unsplash 

Nih ya, tadi baru selesai perpanjang surat ijin mengemudi di samsat dekat sini. Perjuangannya penuh lika liku. Walau diberi masa perpanjangan lebih lama oleh bapak polisi, tetap saja rasanya was-was kalau ini menyimpan SIM yang kadaluarsa ini.

Buat di daerah saya, antrinya panjang seperti ular, bejubel seperti konser, rebutan seperti bagi sembako. Setelah perjuangan antri, tiba-tiba keluar pengumuman bahwa pengurusan SIM hari itu ditutup. Padahal baru juga ikut antri. Semua perjuangan tadi diulang sampai 4 kali. Dari yang datang jam 6.30 pagi sampai jam 3 pagi pernah dijalani semua. Ya untunglah sekarang semua telah berlalu.

Jadi ada biaya tambahan yaitu biaya asuransi bhakti bhayangkara sebesar 30.000 rupiah dan biaya pemeriksaan kesehatan juga 30 ribu rupiah. Ya sebagai orang yang hanya ketemu petugas perpanjang SIM tiap 5 tahun, saya cuma manggut. Apa yang diminta ya diberi saja, biar lancar prosesnya. Lagian, apa iya ada yang berani bilang: "Maaf mbak, Saya sudah ada asuransi kok!" Berani? Saya ngggak berani soalnya.

Trus pas lagi antri (lagi) iseng mau tahu tentang asuransi bhakti bhayangkara, ternyata di berita-berita ditulis kalau ini asuransi sebenarnya tidak wajib. Apaa?? Bahkan ombudsman sudah pernah melakukan pemeriksaan soal kemungkinan monopoli asuransi. Dana yang dikumpulkan dari asuransi bhakti bhayangkara tadi tidak masuk dalam kas negara. Tapi sayang beritanya gantung, tiada akhir yang jelas. 

Masih dalam suasana kaget, saya coba hitung-hitung berapa tuh dana yang tidak masuk kas tadi. Nih angkanya lumayan besar, ya.. walau besar itu relatif sih ya...

Angka kelahiran bayi di Indonesia tahun 2019 sekitar 4,2 juta jiwa per tahun. Pertumbuhan angka kelahiran 1,2% per tahun. Sekarang dimisal-misalkan separoh dari 4,2 juta jiwa saja yang memiliki SIM. Data udah ada, sekarang hitung-hitungannya nih.

4,2 juta jiwa/ tahun = 330 ribu jiwa/ bulan.

Separohnya adalah 165 ribu jiwa/bulan. Tiap jiwa membayar 30 ribu rupiah maka hasilnya adalah 4.950.000.000 (empat milyar sembilan ratus lima puluh juta) rupiah setiap bulan. Hanya untuk 1 SIM perorang yah. 

Kalau 1 orang punya 2 SIM? Yah, itu angka yang besar sekali buat saya mah. Belum lagi pemeriksaan kesehatan yang juga tidak masuk kas negara. Besarnya sama juga 30 ribu rupiah tiap kepala. Artinya ada hampir 5 milyar tambahan lagi tuh yang entah masuk ke kantong siapa.

Tapi di sisi lain, ini kan yang dibicarain dari tadi adalah tambahan 60 ribu rupiah, untuk 5 tahun. Coba bandingkan dengan iuran BPJS yang nagihnya setiap bulan.  Anggap saja sedekah. Ikhlasin biar jadi berkah. Relain. Mungkin mereka lebih butuh. Mereka butuh 9 milyar doang tiap bulan. Ikhlasin... ikhlasin...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun