Suami memiliki tanggungjawab bekerja dan mencari nafkah, dan istri mengurus rumah tangga, sama-sama saling menghargai bahwa kedua profesi tersebut juga sama-sama memiliki tantangan tersendiri. Bukan merasa yang paling lelah, yang paling berjasa, dan lainnya, hal tersebut malah akan menimbulkan konflik didalam rumah tangga.
Turut serta mengurus si kecil apabila ada waktu luang, maksimalkan waktu libur kerja atau jam-jam lenggang untuk menciptakan quality time, pasti akan ada nilai yang tercipta pada interaksi tersebut.Â
Hal tersebut di atas adalah gagasan kecil penulis terkait seringnya seorang istri menuntut agar sang suami juga ikut mengasuh anak-anak, lebih tepatnya penulis mengambil kesimpulan adalah, ada porsinya masing-masing dalam mengurus anak, jangan sampai ego seorang istri menuntut agar suami mengambil alih porsi mengasuh anak 50:50. yakin lah, suami yang baik akan bisa menempatkan diri agar menyisihkan waktunya untuk keluarga ditengah kesibukan kerja, bisnis dan lain-lain.Â
Saling suport atas profesi masing-masing adalah solusi untuk meningkatkan motivasi di tengah rumitnya membangun kehidupan berumah tangga. Lakukan komunikasi yang efektif agar tidak ada masalah yang terpendam atau malah menjadi prasangka diantara suami istri. Bukan bermaksud menggurui, namun hanya sekedar sharing pendapat. []
Baca Juga: Suami-able dari Kacamata Seorang Feminis