Mohon tunggu...
Tri Suci
Tri Suci Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan swasta

Single simply mom dengan dua anak yang menginjak usia remaja. Penyuka suasana hening dan tenang. Lebih suka gunung daripada pantai, tapi lebih memilih pantai daripada mall...

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Menilik Kehidupan Kesultanan Cirebon di Keraton Kasepuhan

19 September 2022   12:30 Diperbarui: 21 September 2022   10:45 1353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keraton Kasepuhan, salah satu bangunan peninggalan Kesultanan Cirebon.(sumber: Holidify via kompas.com)

Pemandangan sama seperti keraton lain dengan adanya beberapa bangunan pendopo yang dibiarkan terbuka tanpa dinding dengan jumlah tiang berbeda dan berbeda pula maknanya. 

Secara keseluran dapat disimpulkan jumlah tiang-tiang tersebut maknanya sangat bersentuhan dengan keislaman. Sementara makna terbukanya dinding bangunan agar pihak keraton bisa berinteraksi lebih dekat dengan masyarakat. Rasanya tak perlu pemandu disitu karena nisan informasi sudah begitu lengkap tertulis.

Melangkah masuk menuju area bagian dalam keraton melalui gapura kedua, disambut bangunan pendopo yang lebih besar dari sebelumnya. 

Bedanya, pendopo ini lantainya dibiarkan sejajar rata dengan tanah dengan area rerumputan kosong di depannya serta adanya gerbang utama tempat keluarga dan tamu keluar masuk di sisi bagian depan.

Foto: Dokumentasi Pribadi
Foto: Dokumentasi Pribadi

Berapa gapura yang harus dilewati, saya lupa tepatnya. Semua gapura disana mirip sekali dengan gapura yang ada di Bali. 

Namun, yang saya tak lupa hanya banyak sekali pengemis dengan perawakan berantakan memelas dan pungutan berkedok sumbangan sukarela dengan panitia berpakaian beskap lengkap. 

Entah benar untuk Keraton ntah tidak, tapi sayang sekali kewibawaan Keraton harus sedikit turun karena pembiaran kegiatan "ngemis" seperti itu. 

Begitu kesan pribadi saya. Kalau sumbangannya tersebar dimana-mana rasanya bukan lagi sukarela tapi berubah menjadi dukalara karena tanpa sadar melihat isi dompet kian menipis. 

Lagipula kenapa sekelas keraton harus disumbang oleh pengunjung, sih? Tetapkan saja HTM yang pantas, gapapa agak mahal sedikit asalkan nyaman berada di dalamnya. Begitu saja rasanya sudah cukup.

Sifat pelit saya sekonyong-konyong bertambah menjadi kian pelit plus sikap cuek saat beberapa kali bertemu hal serupa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun