Mohon tunggu...
Tristan Bagaskara
Tristan Bagaskara Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar SMA

Hobi dan minat: aviasi, dunia penerbangan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Klise di Langit Pasifik

19 November 2022   13:33 Diperbarui: 19 November 2022   13:40 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

===================================================

Selamat siang komandan.

Mohon izin mengirimkan rencana penerbangan Skadron Udara 31.

Rabu, 20 Desember 2023

KEDATANGAN

Registrasi     : A-1342

Kru               : Agung/Tirta/Fathir/Adi/Yohanes/Dian/Yanuar

Misi              : DELIVERY FLIGHT RAJAWALI 42

ETD/ETA      : TBA UTC

Rute             : 20. MGE-LAX-(A/R)-GUM-Mna/R

              21. Mna-Hnd-Hlm.

Demikian komandan. Mohon izin arahan.

===================================================

Itulah penggalan surat rencana penerbangan (renbang) yang diterbitkan oleh Ops Koopsud I (Komando Operasi Udara) untuk Skadron Udara 31 Lanud Halim Perdanakusuma, tertanggal 15 Desember 2023.

Indonesia sedang dalam proses pengadaan alutsista (alat utama sistem pertahanan) baru untuk matra udara, salah satunya adalah pesawat angkut berat militer C-130J-30 Hercules buatan Amerika Serikat. Indonesia memesan 5 unit baru pesawat tipe ini. Dua unit sudah diterima oleh TNI AU dalam kuartal pertama tahun 2023 dan sudah masuk dalam jajaran armada Skadron Udara 31 sebagai skadron angkut berat. Pesawat ketiga, diberi sandi "Rajawali 42" dijadwalkan untuk dikirimkan dari pabrik Lockheed Martin selaku produsen Hercules di Marietta Dobbins Air Reserve Base, Georgia, Amerika Serikat pada bulan Desember 2023.

TNI AU melalui Koopsud I telah membentuk tim kru dari skadron udara 31 yang telah dikirimkan ke Amerika Serikat untuk menerbangkan pesawat baru tersebut ke tanah air. Dari penggalan surat renbang yang diterbitkan oleh Koopsud I tersebut, telah ditentukan rencana penerbangan untuk proses pengiriman atau delivery flight pesawat Hercules baru yang ketiga tersebut. Pesawat tersebut akan diawaki langsung oleh kru TNI AU dari pabrik Lockheed Martin di Marietta, menuju Los Angeles California sebagai pemberhentian pertama. Dari California, pesawat tersebut akan terbang menuju Guam, sebuah pulau milik Amerika di utara Papua Nugini dengan melakukan proses pengisian bahan bakar udara ke udara (aerial refueling) dengan pesawat tanker AU Amerika. Dari Guam, pesawat akan bertolak menuju Biak. Barulah dari Biak pesawat akan berakhir di Halim, Jakarta dengan singgah di Makassar terlebih dahulu.

"Rajawali Four Two upwind 110 degrees one eight knots from 07 left, runway 11 clear for takeoff."

"Copy dobbins tower clear for takeoff runway 11 Rajawali Four Two."

Itulah penggalan pesan radio antara menara kontrol pangkalan udara Marietta Dobbins Air Reserve Base dengan pesawat Rajawali 42 pada pagi hari pukul 04.12 waktu setempat, 20 Desember 2023.

"Rajawali Four Two airborne runway 11 time zero four one two, contact Marietta director on 101.4 have a nice flight."

Rajawali 42 telah lepas landas meninggalkan pangkalan udara Marietta Dobbins Air Reserve Base menuju pemberhentian pertamanya di Los Angeles. Pesawat diawaki oleh kru TNI AU dengan Kolonel Pnb Agung sebagai leader, bertindak sebagai PIC (Pilot In Command), Letkol Pnb Tirta sebagai co-pilot, Mayor Pnb Fathir sebagai navigator, Kapten Pnb Adi sebagai radio operator, Mayor Tek Yohanes sebagai EOB (Engineer On Board), serta Letda Dian dan Lettu Yanuar sebagai LM (Load Master). Keseluruhan kru berjumlah 7 orang. Penerbangan menuju Los Angeles berjalan lancar tanpa hambatan. Pesawat mendarat di Los Angeles untuk pengisian bahan bakar pertama dan kembali mengudara menuju Guam.

Tiga jam setelah meninggalkan landasan pacu Los Angeles, Rajawali 42 dijadwalkan untuk melakukan aerial refueling atau pengisian bahan bakar udara ke udara dengan pesawat tanker AU Amerika, bersandi TANKER91.

"Rajawali Four Two 3 miles to ACP angle 06 request position TANKER91."

"TANKER91 position on radial 270 3 NM ACP call when rendezvous with TANKER91."

"Roger call on rendezvous TANKER91, Rajawali Four Two."

Kapten Pnb Adi baru saja melakukan transmisi untuk menentukan posisi pesawat tanker AU Amerika yang akan mengisi bahan bakar pesawat mereka di cakrawala. Rajawali 42 sekarang bergerak menuju titik temu untuk bertemu dengan TANKER91. Cuaca di atas pasifik terpantau cukup cerah, meskipun terlihat di radar ada awan tebal bergerak dengan cepat dari selatan. 10 menit setelah melakukan transmisi, Rajawali 42 akhirnya melihat TANKER91 di cakrawala. Kolonel Pnb Agung dan kru lainnya pun melakukan pendekatan atau rendezvous untuk mendekati pesawat tanker tersebut.

"Rajawali Four Two rendezvous with TANKER91, request to proceed to AR position."

"Roger Rajawali Four Two we got you on our eyes, clear to proceed to AR position, maintain alt 32,000 ft, speed 342 kts, align center with refuel boom beware of crosswind angle zero four."

"Roger Rajawali Four Two clear to AR position maintain FL320 342 kts."

Kolonel Pnb Agung baru saja melakukan transmisi dengan kru TANKER91 untuk persiapan pengisian bahan bakar di udara. Rajawali 42 diberi clearance untuk memosisikan pesawat di belakang TANKER91 yang telah menjulurkan pipa pengisian bahan bakarnya.

"Engine normal, fuel pressure nominal, clear to start refuel procedure" Mayor Tek Yohanes telah memberi isyarat bahwa seluruh sistem pesawat siap untuk menerima bahan bakar dari pesawat tanker Amerika.

Kolonel Pnb Agung dan Letkol Pnb Tirta pun mengambil alih kendali manual pesawat, mematikan auto-pilot dan berjuang memosisikan pesawat untuk melakukan kontak dengan refueling boom TANKER91. Setelah beberapa kali bermanuver di udara melawan terpaan angin kencang pasifik, Rajawali 42 akhirnya berhasil melakukan kontak dengan pipa pengisian bahan bakar TANKER91. Pipa pengisian bahan bakar pesawat tanker tersebut telah tersambung dengan lubang port pengisian bahan bakar Rajawali 42.

"Contact confirmed, clear to start fuel transfer" Mayor Tek Yohanes telah memberi clearance untuk memulai proses transfer bahan bakar. Proses transfer bahan bakar pun dimulai. Indikator di kokpit menunjukkan ketiga tanki avtur Rajawali 42 mulai terisi. Semua terlihat berjalan lancar, sampai kemudian....

"Rajawali 42, beware of oscillation in your refueling port. Rajawali 42, I repeat.." belum selesai kru TANKER91 melakukan transmisi, bencana pun terjadi. Pipa pengisian bahan bakar pesawat tanker tersebut pun patah, avtur yang sedang mengalir menyembur keluar ke udara bebas, dan sebagian tersedot masuk ke dalam salah satu mesin Rajawali 42.

"Engine no. 3 out! Start fire extinguish procedure, cut off engine no. 3 propeller in feathered position!" semburan avtur yang tersedot masuk ke salah satu mesin Rajawali 42 itu membuat mesin nomor 3 pun tersulut api dan terbakar. Dengan cepat, Letkol Pnb Tirta segera mengambil tindakan dengan mematikan mesin yang terbakar tersebut dan memulai prosedur pemadaman mesin. Beruntung api berhasil dipadamkan, namun mereka telah kehilangan satu dari empat mesin.

"TANKER91, we've lost one engine and we're losing altitude. Give info to nearby radar sectors to standby for potential diversion". Kapten Pnb Adi memberitahu kondisi pesawat mereka kepada TANKER91 dan meminta untuk menyebarkan berita mengenai kejadian yang baru saja terjadi lewat radio kepada seluruh sektor menara kontrol di sekitar mereka. Rajawali 42 kini hanya terbang dengan tiga mesin, kehilangan ketinggian dan bahan bakar mereka hanya terisi 60% dari jumlah minimal yang dibutuhkan untuk mencapai Guam. Ditambah lagi, sekarang cuaca terlihat semakin memburuk. Angin kencang dari selatan pasifik membawa awan tebal dengan cepat ke tengah-tengah mereka.

"Adi, beritakan sinyal mayday lewat radio kepada seluruh sektor menara kendali di sekitar kita, untuk jaga-jaga bila kita harus melakukan pendaratan darurat di air atau mengalihkan tujuan."

"Baik komandan!"

Kolonel Pnb Agung meminta kepada Kapten Pnb Adi sebagai radio operator untuk memberitakan kondisi pesawat mereka lewat radio untuk berjaga-jaga jika mereka harus melakukan prosedur darurat.

"Mayday mayday, this is Rajawali Four Two, we've lost one engine and we're constantly losing altitude. Position 240 degree 8 NM from Hawaii. Mayday mayday!"

Kru Rajawali 42 kini dihadapkan pada dua pilihan, yaitu kembali berputar ke Los Angeles atau mencari tempat terdekat untuk melakukan pendaratan darurat.

"Kita telah kehilangan satu mesin dan terus mengalami penurunan ketinggian. Yohanes, menurutmu apa yang sebaiknya kita lakukan?" Letkol Pnb Tirta menanyakan kepada kru apa yang sebaiknya mereka lakukan.

"Mesin nomor 3 sudah tidak mungkin untuk dinyalakan kembali, bahan bakar hanya terisi 60%..yang jelas kita tidak akan bisa mencapai Guam." Yohanes menjawab dengan penuh keputus-asaan.

"Bagaimana kalau kita berputar ke Hawaii? Kita tidak bisa kembali ke Los Angeles. Bahan bakar yang ada juga tidak mencukupi" ujar Agung.

"Negative, komandan! Lihat, radar menunjukkan bahwa di belakang antara kita dan Hawaii sudah terpisah oleh awan badai. Angin dari selatan bergerak lebih cepat dari yang diperkirakan. Indikator di radar menunjukkan warna merah. Sama saja bunuh diri terbang ke dalam awan badai jika kita berputar ke Hawaii!" Mayor Pnb Fathir menyela pembicaraan.

"Lalu bagaimana? Tidak ada pulau lain di sekitar sini yang bisa didarati oleh pesawat sebesar ini. Kalau kita menghemat bahan bakar yang ada, kita mungkin bisa sampai Guam..namun dengan probabilitas yang rendah" ujar Tirta yang terus memperhatikan panel kokpit dengan penuh kecemasan.

"Jangan ambil risiko! Kita akan berakhir menjadi ikan di laut bila memaksakan diri untuk terbang ke Guam!" Yohanes bersikukuh.

"Daripada kita harus berputar ke Hawaii dan menembus badai Yohanes! Lihatlah indikator di radar ini. Kau gila jika ingin terbang di tengah-tengah awan badai itu! Kita masuk dalam satu kepingan utuh dan akan keluar menjadi serbuk!" Fathir menyela.

"Aku paham betul sistem bahan bakar dan mesin pesawat ini! Kita tidak akan bisa mencapai Guam dengan keadaan seperti ini. Jika kita memaksa untuk terbang ke sana dengan ketinggian serendah ini, mesin akan membakar lebih banyak bahan bakar dan bisa memicu terjadinya ledakan lanjutan bila tanki kosong!" Yohanes tersulut api.

"Hai kalian! Hentikan pertengkaran ini. Adi, lebih baik kau coba cari di transmisi radio apakah ada pesawat tanker lainnya yang sedang mengudara di sekitar sini. Kita beruntung yang patah tadi adalah saluran dari TANKER91 dan bukan saluran pengisian kita. Barangkali jika ada keajaiban kita bisa mengisi lagi untuk melanjutkan ke Guam." Agung mencoba menenangkan suasana.

"Beruntung? Beruntung kau bilang? Kau pasti sedang melamun tadi. Lihatlah potongan pipa dari TANKER91 sialan itu masih menancap di refueling port kita! Bagaimana mungkin kita bisa mengisi bahan bakar lagi dengan lubang yang tersumbat? Lagian kalaupun ada tanker lainnya juga mereka tidak akan bisa melakukan proses pengisian bahan bakar di ketinggian serendah ini. Kita yang harus menyusul mereka ke atas. Mustahil untuk dilakukan dengan satu mesin mati!" Yohanes tampak sudah kehilangan kesabaran dan putus asa.

Waktu terus berjalan, Rajawali 42 kini terbang tanpa tujuan yang jelas, mereka telah kehilangan satu mesin, bahan bakar terus menipis, mereka kehilangan ketinggian secara perlahan, dan awan hitam terus bergerak dengan cepat ke arah mereka. Setiap detik di saat-saat ini rasanya sangat berharga, mereka benar-benar harus segera mengambil keputusan jika tidak ingin menyicipi dinginnya lautan pasifik.

"Adi, laporkan kepada pusat komando operasi di Halim tentang keadaan yang kita alami. Setidaknya bila kita terpaksa untuk melakukan prosedur darurat, mereka tahu tentang apa yang terjadi" ujar Agung.

"Percuma komandan! Sedari tadi kalian bertengkar, awan hitam di sekitar kita telah membentuk badai elektrik dan mengganggu peralatan radio kita!" jelas Adi.

"Mesin mati, bahan bakar menipis, ketinggian berkurang, terjebak di antara awan badai, dan kini radio pun mati! Haaahh seharusnya kukirim transmisi wasiat kepada istriku dahulu!" Yohanes benar-benar sudah kehilangan harapan dan putus asa.

"Kalian jangan terlalu pesimis! Kita masih punya harapan selamat bila kita bekerja sama mencari jalan keluar dari situasi ini!" Tirta mencoba menenangkan suasana.

"Kita benar-benar terjepit. Apa yang dikatakan Yohanes benar, bahan bakar berkurang lebih banyak daripada yang diantisipasi. Tidak mungkin mencapai Guam meski kita menghemat bahan bakar sebanyak apa pun" ujar Agung sembari menatap kumpulan awan gelap di luar jendela kokpit.

"Sudah kubilang!" Yohanes tampak kesal.

"Lebih baik kita berputar ke Hawaii. Bahan bakar kita jumlahnya pas-pasan bila kita berputar sekarang. Lagipula jumlah radar checkpoint di sekitar Hawaii lebih banyak yang bisa menuntun kita ke sana. Fathir, segera berikan radar vector menuju Hawaii Honolulu International!" Agung pun segera membanting kemudi ke arah kanan, membawa Rajawali 42 berputar menuju Hawaii.

"Kau gila Agung! Bila ingin mati maka matilah sendiri, jangan kau ajak rekan-rekanmu untuk ikut ke neraka!" Fathir bersikeras bahwa dengan berputar ke Hawaii mereka sama saja akan melakukan aksi bunuh diri.

"Sudahlah Fathir, mungkin masih ada harapan sembari kita terbang menuju sana, siapa tau awan badai yang tadi lewat dari selatan di belakang kita sudah berhembus ke utara. Dengan begitu kita punya harapan untuk selamat yang lebih besar. Sekarang jangan buang-buang waktu! Kita butuh radar vector untuk menuntun kita ke sana. Ayolah Fathir!" ujar Tirta.

"Tidak! Aku menolak! Jika kalian ingin ke neraka pergilah sendiri!" Fathir menolak untuk bekerja sama. Di dalam dirinya ada gejolak yang mengatakan bahwa tidak mungkin mereka bisa mendarat di Hawaii.

"Sudahlah bodoh! Hawaii adalah satu-satunya harapan terdekat kita untuk selamat. Bila kita tidak berputar ke sana sekarang, kita pun akan berakhir sebagai santapan hiu!" ujar Adi.

"Tutup mulutmu!" Fathir tampak kesal.

Adi pun langsung melayangkan pukulan ke muka Fathir yang membuatnya jatuh pingsan dan tersungkur. Mendengar keributan di kokpit, Letda Dian dan Lettu Yanuar yang sedari tadi berada di kompartemen kargo segera masuk ke ruang kokpit dan menyela Adi sebelum ia dapat melakukan tindak kekerasan lebih lanjut. Adi dan Fathir yang pingsan pun dibawa keluar dari ruang kokpit oleh kedua load master itu.

Melihat kekacauan yang baru saja terjadi, Tirta langsung berpikir cepat. Ia langsung meninggalkan tempat duduk co-pilot dan segera mengambil posisi navigator yang ditinggalkan Fathir. "Untung aku pernah bertugas sebagai navigator juga! Yohanes, tolong kau ambil alih dahulu tempat kemudiku!" ujar Tirta.

"Aku ini hanya seorang mekanik! Mana kutahu cara menerbangkan pesawat ini!" Yohanes membangkang.

"Astaganaga, kau hanya kuminta untuk memegang kemudinya! Jangan pencet yang lain-lain!" Tirta hampir kehilangan kesabaran.

Tirta pun segera bekerja menggunakan perangkat navigasi untuk mendapatkan radar vector yang akan menuntun mereka menuju Hawaii. Cuaca di luar semakin memburuk, kini mereka mulai terbang masuk ke dalam awan hujan. Badan pesawat mulai bergetar, namun kru yang masih ada tetap bekerja keras untuk dapat membawa pesawat mereka dengan selamat menuju Hawaii.

"Yanuar! Kau pernah menempuh pendidikan radio operator di AAU bukan? It's your time to shine!" Tirta meminta kepada Lettu Yanuar untuk menggantikan peran Adi sebagai radio operator. Meskipun perangkat radio mereka telah terganggu oleh badai elektrik, namun Yanuar dengan gigih mencoba berulang kali untuk melakukan transmisi. Berbekal ilmu pengetahuan yang ia dapatkan di akademi angkatan udara, Yanuar berhasil menemukan cara untuk mengakali perangkat yang rusak dan melakukan transmisi.

"Mayday mayday! This is Rajawali Four Two position radial 080, we're flying with one engine dead, low on fuel and losing altitude. Radio components are barely working. Request guidance for emergency divert to HNL. Mayday mayday!"

Sinyal darurat yang ditransmisikan oleh Yanuar berhasil ditangkap oleh menara kendali di Hawaii. "Rajawali Four Two we got your distress signal, maintain your course and altitude, on 4 NM before waypoint OKTA turn right heading 140 to avoid thunderstorm. We'll guide you to VFR approach runway 4R."

Secercah harapan pun muncul bagi para kru untuk selamat, namun mereka belum bisa berbahagia dahulu. Awan tebal kembali datang dari selatan menghadang mereka, ditambah bahan bakar semakin menipis. Di sinilah pengalaman dan jam terbang para penerbang akan diuji. Kolonel Pnb Agung pun mengambil alih kendali manual pesawat, dan dengan sigap ia memutar pesawat untuk menghindari awan tebal yang menghadang mereka, beberapa kali melakukan manuver berbahaya untuk menghindari sambaran petir dari awan badai di sekitar Hawaii.

"Hey ini bukannya waktu untuk roller coaster di udara!" ketus Yohanes.

"Diamlah! Aku juga pernah menghadapi cuaca seperti ini saat tugas ke Manado. Aku tahu bagaimana harusnya menghindari awan dengan pesawat sebesar ini" Agung menyuruh Yohanes untuk diam dan kembali duduk di belakang.

Setelah melakukan beberapa mauver berbahaya, Agung dan Tirta pun berhasil membawa Rajawali 42 keluar dari awan badai dengan keadaan utuh, dan kini mereka sudah bisa melihat pulau Hawaii tepat di hadapan mereka, mesikpun cuaca di luar sedang hujan dan terdapat kabut tipis beberapa meter di atas permukaan laut. Namun, kebahagiaan mereka tak berlangsung lama. Lampu indikator darurat di kokpit menyala, disusul raungan alarm daurat tanda ada sesuatu yang salah. Mayor Tek Yohanes segera menyadari bahwa panel bahan bakar di kokpit menunjukkan angka 0 untuk salah satu tangki, dan disusul oleh kegagalan mesin no. 1 yang mengalami flame out karena bahan bakar yang seharusnya mengalir ke dalam mesin itu telah habis.

Situasi menjadi semakin genting. Melihat kondisi pesawat mereka, para kru menjadi semakin cemas. Ketika melihat gelombang besar dan arus yang kuat di lautan di bawah mereka, perut rasanya langsung hilang, keringat dingin mulai bercucuran. Mereka kini hanya mempunyai dua mesin operasional yang sewaktu-waktu juga bisa ikut mati karena bahan bakar yang telah menipis. Mereka telah begitu dekat dengan landasan di Hawaii, namun mereka bisa saja kehilangan daya angkat secara tiba-tiba. Mereka telah sampai sejauh ini, rasanya seperti berada di ambang neraka, pertaruhan antara hidup dan mati.

"Dian dan Yanuar! Kuminta kalian segera ke belakang untuk mempersiapkan prosedur pendaratan darurat dan bersiap untuk membuka pintu dan jendela darurat bila kita terpaksa mendarat di air!" ujar Agung.

Rajawali 42 kini telah berada segaris lurus dengan runway Honolulu, bandar udara internasional di Hawaii. Namun dengan hanya 2 mesin yang masih berfungsi, pesawat dapat dengan mudah mengalami stall atau kehilangan daya angkat di ketinggian serendah ini. Kini semuanya bergantung pada para penerbang untuk dapat mendaratkan pesawat mereka dengan selamat. Dengan keadaan seperti ini, standar operasional penerbangan yang biasanya berlaku untuk pendaratan harus berubah total. Berbekal pengalaman jam terbang, Agung dan Tirta yang memegang kemudi melakukan improvisasi manuver untuk tetap mempertahankan daya angkat pesawat. Setiap detik yang berlalu rasanya seperti setahun. Keringat dingin terus mengalir, jari-jemari mulai bergetar, pandangan mulai kabur, namun mereka harus berjuang melawan semuanya itu agar dapat mendarat dengan selamat.

"Rajawali Four Two wind 07O/15 kts QNH 1010 check three green down and lock runway 4R clear to land"

Menara kendali Honolulu telah memberikan clearance kepada Rajawali 42 untuk mendarat. Roda pendaratan telah diturunkan, flap sayap telah diturunkan, lampu-lampu pendaratan telah dinyalakan. Semua sepertinya berjalan dengan lancar tanpa hambatan, mesikpun mereka hanya terbang dengan dua mesin. Sampai kepada momen akhir sebelum roda menyentuh landasan Honolulu yang basah dengan air hujan, tiba-tiba saja Rajawali 42 terhempas dengan kuat ke arah bawah samping kanan karena terkena tiupan angin crosswind. BAM! Pesawat seperti terbanting ke landasan, seluruh badan pesawat bergetar dan melintir dari jalur semestinya.

"Full reverser green, apply maximum brakes!" Agung dan Tirta berjuang mengendalikan pesawat mereka agar tidak melintir ke luar landasan. Dengan hanya dua mesin yang aktif, daya dorong ke belakang atau reverse thrust yang dihasilkan untuk membantu pesawat berhenti menjadi tidak seimbang. Landasan yang basah dengan banyak genangan air membuat rem di roda pendaratan juga tak bisa bekerja maksimal, rasanya pesawat terus meluncur seperti sedang bermain ice skating. Mereka telah melahap sebagian besar dari landasan Honolulu, namun sepertinya pesawat tidak mau berhenti melaju. Ujung landasan semakin jelas terlihat di depan mata mereka. Rasanya mereka akan menjadi santapan hiu bila tidak bisa berhenti dengan jarak yang tersisa. Beruntungnya, Tuhan sedang bersama mereka. Keajaiban pun terjadi, mereka akhirnya bisa berhenti tepat sebelum keluar dari ujung landasan. Agung dan Tirta pun segera mematikan semua mesin, panel indikator di kokpit semuanya menunjukkan warna merah, tanda mereka telah benar-benar kehabisan bahan bakar. Lettu Yanuar dan Letda Dian pun segera membuka pintu dan jendela darurat pesawat, serta membantu kru lainnya untuk segera keluar dari pesawat sebagai antisipasi bila terjadi ledakan atau kebakaran pasca pendaratan. Pemadam kebakaran dari otoritas bandara Honolulu pun segera bergegas menuju lokasi untuk membantu proses evakuasi. Terlihat bahwa roda pendaratan di kedua sisi semuanya berasap, tanda bahwa rem mengalami overheat dalam mencoba untuk menghentikan laju pesawat di landasan. Nampak juga di bagian depan, potongan pipa dari TANKER91 masih menancap di refueling port Rajawali 42. Hujan pun turun kembali. Hembusan angin dingin samudera pasifik dan rintik hujan menjadi penutup dari hari yang penuh drama ini. Rasanya tidak mungkin bagi seluruh kru untuk selamat. Tuhan telah menolong mereka hari ini.

22 Desember 2023, dua hari setelah mendarat darurat di Honolulu, mereka masih tertahan di sana karena kondisi pesawat yang belum memungkinkan untuk melanjutkan perjalanan. Mayor Tek Yohanes bersama otoritas setempat telah meninjau kondisi Rajawali 42 setelah dipindahkan dari ujung landasan. Mesin no. 3 rusak total, mesin no. 1 mengalami kerusakan ringan, perangkat radio komunikasi dan sebagian sistem elektronik pesawat rusak karena badai, dan rem roda pendaratan sudah rusak dan tidak mungkin lagi bisa digunakan untuk pendaratan. Yohanes sudah putus asa melihat kondisi alutsista baru negaranya yang memprihatinkan. Kolonel Pnb Agung sebagai leader dari kru pun telah melapor kepada pusat komando operasional di Halim, Jakarta. Koopsud I memerintahkan Agung dan timnya untuk melapor kepada konsulat RI di Hawaii untuk melakukan proses negosiasi dengan pihak AU Amerika dan Lockheed Martin untuk proses perbaikan pesawat mereka di Hawaii.

3 bulan berlalu, mereka sudah mulai bosan dengan makanan Amerika yang tawar. Kini tiba saatnya bagi mereka untuk terbang kembali membawa Rajawali 42 menuju tanah air. Setelah diperbaiki, pesawat tersebut telah siap untuk terbang kembali. Mereka meninggalkan landasan Honolulu pada pagi hari tanggal 24 Maret 2024 menuju Indonesia. Mereka mengikuti rute yang sama yang seharusnya mereka lalui 3 bulan yang lalu, yakni dengan pemberhentian di Guam. Namun kini mereka tidak melakukan proses pengisian bahan bakar di udara melainkan telah membawa tanki bahan bakar cadangan yang dipasang di bawah sayap. Semua berjalan sesuai rencana. Setelah mampir di Guam, para kru melanjutkan perjalanan dengan singgah di Biak dan Makassar sebelum bertolak ke Halim sebagai tujuan akhir.

"Rajawali Four Two wind 250 degree 04 kts QNH 1009 runway 24 clear to land."

Rajawali 42 akhirnya menyentuh landasan Halim Perdanakusuma di Jakarta. Seusai mendarat, para kru disambut oleh komandan lanud Halim dan komandan Skadron Udara 31. Berakhirlah sudah drama klise di langit pasifik tentang segala kerumitan dan sekelumit masalah yang dihadapi dalam membawa alutsista baru bagi TNI AU. Cerita mengenai delivery flight dari Rajawali 42 ini akan menjadi salah satu kisah kelam dalam perjuangan untuk memperkuat matra udara tanah air, namun juga dapat menjadi segudang pelajaran bagi TNI AU dalam menghadapi situasi dan kondisi serumit apapun, dimanapun, dan kapanpun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun