Mohon tunggu...
Tristan Bagaskara
Tristan Bagaskara Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar SMA

Hobi dan minat: aviasi, dunia penerbangan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Klise di Langit Pasifik

19 November 2022   13:33 Diperbarui: 19 November 2022   13:40 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Aku ini hanya seorang mekanik! Mana kutahu cara menerbangkan pesawat ini!" Yohanes membangkang.

"Astaganaga, kau hanya kuminta untuk memegang kemudinya! Jangan pencet yang lain-lain!" Tirta hampir kehilangan kesabaran.

Tirta pun segera bekerja menggunakan perangkat navigasi untuk mendapatkan radar vector yang akan menuntun mereka menuju Hawaii. Cuaca di luar semakin memburuk, kini mereka mulai terbang masuk ke dalam awan hujan. Badan pesawat mulai bergetar, namun kru yang masih ada tetap bekerja keras untuk dapat membawa pesawat mereka dengan selamat menuju Hawaii.

"Yanuar! Kau pernah menempuh pendidikan radio operator di AAU bukan? It's your time to shine!" Tirta meminta kepada Lettu Yanuar untuk menggantikan peran Adi sebagai radio operator. Meskipun perangkat radio mereka telah terganggu oleh badai elektrik, namun Yanuar dengan gigih mencoba berulang kali untuk melakukan transmisi. Berbekal ilmu pengetahuan yang ia dapatkan di akademi angkatan udara, Yanuar berhasil menemukan cara untuk mengakali perangkat yang rusak dan melakukan transmisi.

"Mayday mayday! This is Rajawali Four Two position radial 080, we're flying with one engine dead, low on fuel and losing altitude. Radio components are barely working. Request guidance for emergency divert to HNL. Mayday mayday!"

Sinyal darurat yang ditransmisikan oleh Yanuar berhasil ditangkap oleh menara kendali di Hawaii. "Rajawali Four Two we got your distress signal, maintain your course and altitude, on 4 NM before waypoint OKTA turn right heading 140 to avoid thunderstorm. We'll guide you to VFR approach runway 4R."

Secercah harapan pun muncul bagi para kru untuk selamat, namun mereka belum bisa berbahagia dahulu. Awan tebal kembali datang dari selatan menghadang mereka, ditambah bahan bakar semakin menipis. Di sinilah pengalaman dan jam terbang para penerbang akan diuji. Kolonel Pnb Agung pun mengambil alih kendali manual pesawat, dan dengan sigap ia memutar pesawat untuk menghindari awan tebal yang menghadang mereka, beberapa kali melakukan manuver berbahaya untuk menghindari sambaran petir dari awan badai di sekitar Hawaii.

"Hey ini bukannya waktu untuk roller coaster di udara!" ketus Yohanes.

"Diamlah! Aku juga pernah menghadapi cuaca seperti ini saat tugas ke Manado. Aku tahu bagaimana harusnya menghindari awan dengan pesawat sebesar ini" Agung menyuruh Yohanes untuk diam dan kembali duduk di belakang.

Setelah melakukan beberapa mauver berbahaya, Agung dan Tirta pun berhasil membawa Rajawali 42 keluar dari awan badai dengan keadaan utuh, dan kini mereka sudah bisa melihat pulau Hawaii tepat di hadapan mereka, mesikpun cuaca di luar sedang hujan dan terdapat kabut tipis beberapa meter di atas permukaan laut. Namun, kebahagiaan mereka tak berlangsung lama. Lampu indikator darurat di kokpit menyala, disusul raungan alarm daurat tanda ada sesuatu yang salah. Mayor Tek Yohanes segera menyadari bahwa panel bahan bakar di kokpit menunjukkan angka 0 untuk salah satu tangki, dan disusul oleh kegagalan mesin no. 1 yang mengalami flame out karena bahan bakar yang seharusnya mengalir ke dalam mesin itu telah habis.

Situasi menjadi semakin genting. Melihat kondisi pesawat mereka, para kru menjadi semakin cemas. Ketika melihat gelombang besar dan arus yang kuat di lautan di bawah mereka, perut rasanya langsung hilang, keringat dingin mulai bercucuran. Mereka kini hanya mempunyai dua mesin operasional yang sewaktu-waktu juga bisa ikut mati karena bahan bakar yang telah menipis. Mereka telah begitu dekat dengan landasan di Hawaii, namun mereka bisa saja kehilangan daya angkat secara tiba-tiba. Mereka telah sampai sejauh ini, rasanya seperti berada di ambang neraka, pertaruhan antara hidup dan mati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun