Abstrak
Artikel ini membahas secara mendalam berbagai kritik terhadap studi Islam di Barat yang berkembang sejak abad ke-19 hingga masa kontemporer. Studi Islam di Barat awalnya muncul dalam konteks orientalisme dan kolonialisme yang melahirkan bias epistemologis terhadap Islam dan peradabannya. Meskipun telah mengalami banyak transformasi metodologis, warisan orientalisme masih memengaruhi cara pandang sebagian akademisi Barat terhadap Islam, baik dalam aspek historis, teologis, maupun sosial. Tulisan ini menyoroti beberapa kritik utama, seperti bias orientalis, penggunaan pendekatan historis-kritik yang menafikan otoritas tradisi Islam, reduksi Islam menjadi fenomena sosial semata, dan kurangnya sensitivitas terhadap epistemologi Islam. Selain itu, artikel ini menelaah tanggapan dan upaya dialog metodologis antara sarjana Muslim dan non-Muslim dalam membangun studi Islam yang lebih seimbang dan kontekstual. Melalui kajian pustaka terhadap berbagai jurnal ilmiah di Google Scholar, artikel ini menyimpulkan bahwa pembaruan studi Islam di Barat menuntut keseimbangan antara pendekatan ilmiah dan pemahaman iman-teologis, serta perlunya kolaborasi lintas budaya untuk menghindari dominasi paradigma tunggal.
Abstract
This article discusses in depth various critiques of Islamic studies in the West that have developed from the 19th century to the contemporary era. Islamic studies in the West initially emerged in the context of Orientalism and colonialism, which gave rise to epistemological biases against Islam and its civilization. Despite undergoing many methodological transformations, the legacy of Orientalism still influences the views of some Western academics on Islam, whether in historical, theological, or social aspects. This paper highlights several major criticisms, such as Orientalist bias, the use of a historical-critical approach that negates the authority of Islamic tradition, the reduction of Islam to a purely social phenomenon, and a lack of sensitivity to Islamic epistemology. In addition, this article examines the responses and methodological dialogue efforts between Muslim and non-Muslim scholars in developing a more balanced and contextual study of Islam. Through a literature review of various scientific journals on Google Scholar, this article concludes that the renewal of Islamic studies in the West requires a balance between scientific approaches and theological understanding, as well as the need for cross-cultural collaboration to avoid the dominance of a single paradigm.
Kata Kunci:
studi Islam, Barat, orientalisme, epistemologi Islam, kritik metodologis.
Pendahuluan
Studi Islam di Barat telah berkembang menjadi salah satu bidang akademik paling dinamis sejak abad ke-19. Berbagai universitas di Eropa dan Amerika Serikat membuka pusat studi Islam, mengkaji bahasa Arab, sejarah peradaban Islam, Al-Qur’an, hadis, serta pemikiran tokoh-tokoh klasik dan modern. Namun, perkembangan ini tidak lepas dari kritik tajam, terutama dari kalangan sarjana Muslim yang menilai bahwa banyak studi tersebut sarat dengan bias epistemologis, ideologis, dan teologis.
Kritik terhadap studi Islam di Barat berakar dari kesadaran bahwa penelitian yang dilakukan seringkali berangkat dari paradigma sekuler, positivistik, dan orientalis. Akibatnya, Islam tidak dipahami dari dalam (emic perspective), melainkan dari luar sebagai objek kajian yang harus dijelaskan secara rasional atau historis. Artikel ini membahas berbagai kritik terhadap studi Islam di Barat dengan merujuk pada literatur akademik terkini.
Orientalisme dan Warisan Kolonial