Krisis ekonomi tidak hanya berdampak pada angka di tabel statistik, tetapi juga langsung terasa di dapur rumah tangga. Harga harga melonjak seperti beras , telur, sembako dan lain-lain, distribusi bahan pokok yang tersendat, dan ketidakpastian usaha membuat masyarakat kecil semakin sulit bernafas. Situasi ini semakin berat ketika gelombang demo muncul di berbagai daerah. Jalan-jalan utama macet, pasar terganggu, dan rasa cemas ikut menekan hati.
Namun, sejarah membuktikan bahwa masyarakat Indonesia punya satu kekuatan yang tak lekang oleh waktu: daya tahan dan kreativitas. Di tengah keterbatasan, selalu lahir ide-ide sederhana untuk bertahan. Ada yang membuat warung kecil di halaman rumah, ada pula yang memanfaatkan media sosial untuk berjualan makanan praktis. Gotong royong juga kembali hidup: warga saling berbagi sembako, membuat lumbung pangan kecil, bahkan arisan berganti wajah menjadi arisan beras dan minyak goreng.
Krisis dan demo memang membuat langkah berat, tetapi bukan berarti membuat kita menyerah. Kuncinya adalah hemat, kreatif, dan saling menguatkan. Dengan mengutamakan kebutuhan pokok, menghindari utang konsumtif, serta membangun solidaritas di lingkungan, masyarakat bisa tetap berdiri di tengah badai. Pada akhirnya, krisis ini bisa menjadi momentum untuk menyadarkan kita: kekuatan terbesar bukan hanya ada pada kebijakan negara, tetapi juga pada keteguhan hati warga yang terus berjuang bersama.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI