Mohon tunggu...
Tripviana Hagnese
Tripviana Hagnese Mohon Tunggu... Bisnis, Penulis, Baker

Saya seorang istri, ibu rumah tangga, yang juga mengelola bisnis, ada bakery, laundry, dan parfum.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

[PSIKOLOGI] Saat Pikiran Jadi Penjara: Mengupas Tuntas Gangguan Kecemasan

3 September 2025   12:20 Diperbarui: 3 September 2025   10:01 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Milik Tripviana Hagnese: [PSIKOLOGI] Saat Pikiran Jadi Penjara: Mengupas Tuntas Gangguan Kecemasan


Terperangkap dalam Pikiran Sendiri: Memahami Gangguan Kecemasan dan Cara Mengatasinya

Pernahkah kamu merasa jantungmu berdebar kencang tanpa sebab yang jelas, atau pikiranmu terus berputar-putar memikirkan hal terburuk? Jika ya, kamu tidak sendirian. Di era yang serba cepat ini, kecemasan bukan lagi sekadar perasaan khawatir biasa, melainkan menjadi masalah kesehatan mental yang serius. Ketika rasa cemas ini menguasai hidup, ia berubah menjadi Gangguan Kecemasan (Anxiety Disorder), sebuah kondisi yang membuat penderitanya seakan terperangkap dalam pikirannya sendiri.

Penyebab: Bukan Cuma Soal Pikiran

Meskipun terasa seperti masalah di kepala, gangguan kecemasan sebenarnya disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor, baik internal maupun eksternal:

  • Faktor Biologis: Beberapa orang memiliki kecenderungan genetik terhadap kecemasan. Ketidakseimbangan zat kimia di otak, seperti serotonin dan dopamin, juga berperan besar.
  • Pengalaman Hidup: Trauma masa lalu, baik itu pelecehan, kekerasan, atau bahkan peristiwa yang sangat menegangkan, bisa menjadi pemicu kuat.
  • Tekanan Lingkungan: Tuntutan pekerjaan yang tinggi, masalah finansial, atau hubungan yang toxic adalah pemicu umum yang dapat membuat kecemasan memburuk.

Gejala yang Sering Terabaikan

Banyak orang yang tidak menyadari bahwa mereka mengalami gangguan kecemasan. Berikut adalah gejala yang sering muncul, baik secara fisik maupun mental:

  • Gejala Fisik: Jantung berdebar, napas pendek, keringat dingin, otot tegang, sakit kepala, dan sulit tidur.
  • Gejala Mental: Merasa gelisah, khawatir berlebihan, sulit konsentrasi, merasa tidak bisa mengontrol pikiran, dan sering merasa ada bahaya yang akan datang.

Studi Kasus: Kisah Bima

Bima (29) bekerja sebagai manajer di sebuah perusahaan. Di mata rekan-rekannya, ia terlihat tenang dan profesional. Namun, setiap kali ada presentasi besar, Bima merasa perutnya mual, tangannya gemetar, dan ia sulit fokus. Sebelum presentasi, ia bahkan harus pergi ke toilet berkali-kali. Bima selalu menyalahkan dirinya sendiri dan merasa ia "lemah". Ia tidak menyadari bahwa gejala fisik itu adalah respons tubuhnya terhadap kecemasan sosial (social anxiety) yang ia rasakan.

Suatu hari, Bima panik saat ditelepon oleh atasan di luar jam kerja. Ia langsung merasa ada masalah besar, padahal atasan hanya ingin menanyakan hal sepele. Kecemasan Bima membuatnya terus-menerus memikirkan skenario terburuk, meskipun kenyataannya tidak seburuk itu. Inilah yang menjadi contoh nyata bagaimana gangguan kecemasan dapat mengendalikan hidup seseorang.

Solusi: Langkah Praktis Mengelola Kecemasan

Meskipun Gangguan Kecemasan adalah kondisi serius, ada beberapa langkah yang bisa kita lakukan untuk mengelolanya:

  1. Bernapas: Saat rasa cemas datang, cobalah teknik pernapasan dalam. Tarik napas perlahan melalui hidung, tahan selama beberapa detik, lalu hembuskan perlahan melalui mulut. Ini akan membantu menenangkan sistem sarafmu.
  2. Batasi Pemicu: Kenali pemicu kecemasanmu, apakah itu media sosial, kafein, atau orang-orang tertentu. Kurangi interaksi dengan hal-hal tersebut.
  3. Bicara: Jangan pernah merasa sendirian. Bicarakan perasaanmu dengan teman dekat, keluarga, atau jika perlu, profesional. Terapis atau psikolog dapat membantumu memahami akar masalah dan memberikan strategi yang lebih baik.
  4. Bergerak: Olahraga teratur dapat membantu mengurangi hormon stres dan melepaskan endorfin, hormon peningkat suasana hati. Tidak perlu yang berat, cukup jalan kaki 30 menit setiap hari.

Mengalami kecemasan bukanlah tanda kelemahan, melainkan respons tubuh yang butuh perhatian. Dengan memahami dan mengambil langkah yang tepat, kita bisa kembali mengendalikan hidup dan keluar dari perangkap pikiran itu.

#tripvianahagnese

#psikologi

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun