Ibu Tiara mengangguk perlahan, matanya mulai sedikit basah ketika saya masuk ke ranah yang lebih pribadi. "Dokter, saya juga merasa suami semakin sibuk. Saya mulai berpikir macam-macam, bahkan sampai... sampai saya masturbasi sendiri, Dok, dengan vibrator. Saya takut suami selingkuh."
Saya memegang tangannya dengan lembut. "Sebagai seorang yang sudah 40 tahun mendampingi pasien-pasien saya, saya telah melihat berbagai dinamika dalam pernikahan. Kondisi yang Ibu alami saat ini, baik secara fisik maupun psikologis, sangatlah kompleks dan memerlukan pendekatan yang holistik, tidak hanya dari segi medis, tapi juga dari sisi hubungan suami istri."
"Pernikahan, Ibu Tiara, adalah sebuah perjalanan panjang yang penuh liku. Ada masa-masa indah, tapi juga ada masa-masa sulit, bahkan krisis. Saat ini, Ibu sedang berada di titik yang rentan. Mengalami kuret adalah pengalaman yang bisa jadi traumatis secara emosional, dan proses pemulihan pasca kuret bukan hanya fisik, tapi juga mental dan emosional. Sangat wajar jika perasaan Ibu bergejolak."
Nasihat saya sebagai senior adalah:
- Komunikasi adalah Benih Utama Taman Cinta: Saya tahu ini klise, Bu, tapi percayalah, ini adalah kebenaran abadi. Ibu dan suami perlu duduk bersama, berbicara dari hati ke hati, tanpa penghakiman. Ibu perlu menyampaikan apa yang Ibu rasakan, kekhawatiran Ibu, kebutuhan Ibu---baik secara fisik maupun emosional. Suami juga perlu mengungkapkan apa yang sedang ia rasakan dan alami, mungkin tekanan pekerjaan, mungkin ia juga tidak tahu bagaimana harus merespons perubahan pada diri Ibu.
- Saling Memvalidasi Perasaan: Penting bagi Ibu dan suami untuk saling memvalidasi perasaan masing-masing. Ibu merasa cemas, takut, dan mungkin kesepian. Suami mungkin sedang stres dengan pekerjaannya atau tidak tahu cara menanganinya. Jangan saling menyalahkan, tapi cobalah untuk memahami posisi dan beban masing-masing.
- Prioritaskan Waktu Bersama yang Berkualitas: Sesibuk apapun suami, waktu berkualitas untuk berdua sangatlah penting. Bisa itu hanya sekadar makan malam bersama tanpa gangguan ponsel, berjalan-jalan santai, atau melakukan hobi bersama. Hal-hal kecil ini akan memupuk kembali kedekatan emosional yang mungkin sedang menipis.
- Ingat Kembali Tujuan Pernikahan Kalian: Apa yang dulu membuat Ibu dan suami memutuskan untuk menikah? Apa impian-impian yang dulu dibangun bersama? Mengingat kembali fondasi dan janji pernikahan bisa membantu menguatkan kembali ikatan di tengah badai, mengingatkan kalian berdua tentang mengapa kalian bersama.
"Pernikahan itu seperti taman, Ibu Tiara. Jika tidak dirawat, tidak disiram, tidak dipupuk dengan komunikasi dan perhatian, ia akan layu. Saya yakin, Ibu dan suami memiliki cinta yang kuat. Ini hanya butuh dirawat kembali dengan penuh kesadaran dan niat baik dari kedua belah pihak."
3. Mengelola Hasrat Seksual yang Membuncah: Harmoni Tubuh dan Jiwa
"Mengenai hasrat seksual Ibu yang tinggi namun tidak terpenuhi, itu adalah hal yang wajar, apalagi jika memang ada faktor hormonal yang memengaruhinya," jelas saya. "Namun, jika tidak terpenuhi dan menimbulkan frustrasi, ini bisa menjadi masalah yang mengganggu kebahagiaan Ibu."
Berikut adalah beberapa hal yang bisa Ibu lakukan, Bu:
- Kembali ke Meja Komunikasi: Ini adalah fondasi dari segalanya. Sampaikan secara terbuka kepada suami tentang kebutuhan seksual Ibu. Jelaskan bahwa ini adalah bagian dari diri Ibu saat ini dan Ibu membutuhkan pengertian serta dukungannya. Banyak pria tidak menyadari kebutuhan pasangannya jika tidak diutarakan.
- Jelajahi Keintiman di Luar Penetration: Keintiman tidak selalu harus berujung pada hubungan seksual penuh. Coba ajak suami untuk melakukan aktivitas intim lainnya seperti berpelukan erat, berciuman yang lebih dalam, pijatan, atau melakukan foreplay yang lebih lama. Ini bisa membantu memenuhi kebutuhan fisik dan emosional Ibu sekaligus membangun kembali koneksi dan gairah bersama suami.
- Jadwalkan Waktu Intim (Jika Membantu): Mungkin terdengar tidak romantis, Bu, tapi bagi pasangan yang sibuk, menjadwalkan "waktu intim" secara khusus bisa sangat membantu memastikan kebutuhan ini terpenuhi tanpa terlewatkan. Ini menunjukkan komitmen dan prioritas.
- Prioritaskan Kualitas, Bukan Sekadar Kuantitas: Daripada terpaku pada frekuensi, fokuslah pada kualitas interaksi intim Ibu dengan suami. Momen-momen yang penuh perhatian, kasih sayang, dan gairah akan jauh lebih memuaskan daripada sekadar "menggugurkan kewajiban."
- Pelepasan Secara Mandiri (Masturbasi): Tindakan masturbasi yang Ibu lakukan sebenarnya adalah respons alami tubuh untuk mengatasi hasrat yang tidak terpenuhi. Secara medis, ini adalah hal yang sangat wajar dan tidak ada yang salah dengan itu, asalkan tidak menimbulkan perasaan bersalah yang berlebihan atau mengganggu upaya Ibu untuk membangun kembali keintiman dengan suami. Namun, perlu diingat bahwa ini adalah solusi sementara, bukan tujuan akhir. Tujuan utamanya tetaplah membangun kembali keintiman dan komunikasi seksual dengan suami.
- Salurkan Energi pada Aktivitas Positif Lain: Selain olahraga, temukan hobi atau aktivitas lain yang bisa mengalihkan energi dan fokus Ibu. Ini bisa jadi membaca buku, berkebun, melukis, atau apapun yang Ibu nikmati. Ini membantu mengurangi fokus pada hasrat yang tidak terpenuhi dan mengisi hidup Ibu dengan hal-hal positif lainnya.
4. Mengurai Pikiran "Selingkuh": Ketika Kecemasan Berbisik Jahat
"Nah, ini area yang sangat sensitif dan seringkali dipicu oleh kecemasan serta ketidakamanan dalam hubungan," saya melanjutkan, menatap mata Ibu Tiara yang tampak khawatir. "Pikiran-pikiran tentang suami selingkuh, dalam kondisi psikologis yang rentan seperti yang Ibu alami saat ini, sangat wajar muncul."
"Apakah pikiran itu benar? Belum tentu, Bu. Belum tentu sama sekali. Kuret dan proses pemulihan pasca kuret bisa menimbulkan gejolak emosi yang kuat. Ditambah lagi dengan suami yang Ibu rasa semakin sibuk dan kurangnya perhatian, ini bisa memicu pikiran-pikiran 'terburuk' di kepala Ibu. Pikiran-pikiran ini sangat mungkin manipulatif dan sesaat saja, karena didorong oleh perasaan tidak aman, kesepian, dan kurangnya pemenuhan emosional yang Ibu rasakan."