Mohon tunggu...
Tripviana Hagnese
Tripviana Hagnese Mohon Tunggu... Bisnis, Penulis, Baker

Saya seorang istri, ibu rumah tangga, yang juga mengelola bisnis, ada bakery, laundry, dan parfum.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Senja di Ujung Pelangi (Ep. 9/10)

14 Juni 2025   06:25 Diperbarui: 14 Juni 2025   06:25 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Milik Tripviana Hagnese: Senja di Ujung Pelangi

Gambar Milik Tripviana Hagnese: Senja di Ujung Pelangi (Ep. 9/10)
Gambar Milik Tripviana Hagnese: Senja di Ujung Pelangi (Ep. 9/10)

Episode 9: Luka yang Menganga

Senja di Ujung Pelangi Tayang setiap hari 3 Episode

Total 10 Episode

#tripvianahagnese

Pengakuan Rama di kafe itu mengguncang Senja hingga ke tulang. Ia tidak kembali ke kantor. Hari itu, dan beberapa hari berikutnya, ia mengurung diri di apartemen. London yang megah di luar jendelanya terasa seperti penjara, sementara hatinya sendiri adalah medan perang yang bergejolak. Marah, bingung, sedih, dan perasaan dikhianati bercampur jadi satu. Rahasia yang disimpan rapat oleh ibunya, dan kini oleh Rama, terasa seperti beban yang menghimpit jiwanya.

Ia membaca kembali pesan-pesan lama dari ibunya, mencari celah, mencari petunjuk, mencari apa pun yang bisa menjelaskan. Tapi tidak ada. Ibunya selalu sempurna dalam ingatannya: hangat, penyayang, pekerja keras. Bagaimana mungkin ibunya menyimpan masa lalu serumit ini? Dan bagaimana mungkin ia, selama 24 tahun hidupnya, tidak pernah tahu tentang keberadaan Rama, kakak kandungnya sendiri?

Telepon dari Rama terus berdering, namun Senja tidak sanggup mengangkatnya. Ia butuh waktu. Waktu untuk mencerna, untuk menerima, atau setidaknya, untuk menenangkan badai dalam dirinya. Ia tahu Rama berniat baik, Rama adalah kakaknya, dan ia telah banyak membantu. Tapi fakta itu tidak serta merta menghapus rasa sakit dan pengkhianatan yang ia rasakan.

Di Jakarta, Awan merasakan ada yang tidak beres. Telepon dari Senja semakin jarang. Pesan singkatnya hanya balasan seadanya. Nada suaranya saat menelepon terdengar jauh, lelah, dan penuh duka. Ia mencoba mencari tahu, mencoba memahami.

Suatu malam, Awan nekat menelepon Bibi Nina. Ia tahu Bibi Nina dekat dengan keluarga Senja.

"Bibi, Senja baik-baik saja, kan? Dia agak aneh belakangan ini. Jarang telepon, suaranya lesu," tanya Awan, suaranya dipenuhi kekhawatiran yang tak bisa disembunyikan.

Terdengar Bibi Nina menghela napas berat dari seberang. "Awan... kamu yang sabar ya. Senja memang sedang menghadapi sesuatu yang berat di sana. Dia menemukan... rahasia besar."

Jantung Awan berdegup kencang. "Rahasia apa, Bi? Apa hubungannya sama Rama?"

Bibi Nina terdiam sejenak. Akhirnya, dengan suara pelan dan penuh kehati-hatian, ia menceritakan garis besar masa lalu Ibu Senja, tentang Rama yang adalah anak kandung Ibu Senja dari pria lain, dan bagaimana Ibu Senja harus menghadapi semua itu sendirian sebelum bertemu ayah Senja.

Awan mendengarkan dengan napas tertahan. Kafe yang tadinya ramai oleh suara mesin kopi dan tawa pelanggan, mendadak terasa senyap. Dunia Awan seolah ikut runtuh. Rama adalah kakak kandung Senja? Dan Senja baru tahu? Rasa terkejut, marah, dan iba bercampur aduk. Ia marah karena Senja harus menanggung beban ini sendirian, dan ia iba karena Senja harus menghadapi kenyataan pahit seperti ini.

"Kenapa... kenapa Senja nggak cerita ke aku, Bi?" suara Awan tercekat.

"Dia pasti takut, Awan. Takut kamu melihatnya beda, takut kamu khawatir. Dia kan selalu berusaha tegar. Dia nggak mau membebani kamu," jawab Bibi Nina, suaranya lirih. "Dia mencintaimu, Awan. Dia memilih pergi jauh juga demi kamu, demi keluarganya."

Awan menutup telepon. Wajahnya pias. Selama ini ia merasa Senja menyembunyikan sesuatu, tapi ia tak pernah menyangka akan serumit ini. Ia berjalan gontai menuju bangku pojok kafe yang kosong. Ia membayangkan Senja duduk di sana, tertawa, berbagi cerita. Kini, ada jurang rahasia yang terbentang di antara mereka, selain jarak ribuan kilometer. Hatinya perih. Ia ingin terbang ke London saat itu juga, memeluk Senja, mengatakan bahwa apa pun yang terjadi, perasaannya tidak akan berubah. Tapi ia tahu, ia tak bisa.

Setelah beberapa hari mengurung diri, Senja akhirnya memberanikan diri. Ia tahu ia tidak bisa terus menghindar. Ia harus menghadapi Rama, dan ia juga harus menghadapi dirinya sendiri. Ia tahu ini tidak adil bagi Awan yang selalu tulus.

Senja mengirim pesan pada Rama: Bisakah kita bertemu? Di kafe kemarin. Aku butuh penjelasan lebih. Dan aku butuh kau jujur, seutuhnya.

Rama membalas cepat: Tentu, Senja. Aku akan menunggumu di sana. Maafkan aku.

Saat bertemu di kafe yang sama, suasana terasa jauh lebih tegang dari sebelumnya. Senja menatap Rama dengan mata yang dingin, tanpa ekspresi yang biasa.

"Aku sudah tahu semuanya dari Bibi Nina. Atau setidaknya, sebagian. Kenapa kamu tidak jujur dari awal, Rama? Kenapa kamu membiarkan aku mengira kamu hanya kakak kelas yang dulu naksir aku?" Senja bertanya, suaranya pelan tapi menusuk.

Rama menunduk. "Aku minta maaf, Senja. Aku pengecut. Aku takut kamu akan membenciku. Aku ingin kamu mengenalku sebagai Rama yang sekarang, bukan Rama yang membawa masa lalu kelam ibuku." Ia menarik napas dalam. "Saat Papa meninggal dan aku tanpa sengaja menemukan foto itu ketika membereskan barang-barang peninggalan papa, saat itu aku tahu Papa memiliki istri dan dua anak. Saat aku melihat foto papa dengan Ibu, aku tahu kamu adalah adikku. Wajahmu mirip Ibu. Aku... aku ingin membantu. Aku ingin menebus semua yang sudah hilang."

"Menebus apa, Rama? Masa lalu? Kamu pikir uang dan beasiswa bisa menebus semua ini?" tanya Senja, suaranya meninggi, menahan tangis. "Mama menderita sendirian. Papa yang membesarku... dia menerima Mama dengan semua rahasianya. Dan aku... aku hidup dalam kebohongan ini selama bertahun-tahun."

Rama mengangkat kepala, matanya berkaca-kaca. "Aku tahu, Senja. Aku tahu aku tidak bisa menghapus masa lalu. Tapi aku ingin menjadi kakak yang baik untukmu sekarang. Aku ingin menjadi tempatmu bersandar. Aku ingin melindungimu dari semua beban ini."

Senja memejamkan mata, membiarkan air mata mengalir. Ia melihat ketulusan di mata Rama, ketulusan seorang kakak yang juga terluka. Tapi luka di hatinya masih terlalu menganga. Hubungan mereka, yang awalnya didasari rasa terima kasih dan pertemanan, kini berubah menjadi ikatan keluarga yang rumit, berbalut rahasia dan masa lalu yang menyakitkan.

Pengungkapan rahasia keluarga ini telah menciptakan jurang baru dalam hati Senja, dan secara tak langsung, menguji hubungan jarak jauhnya dengan Awan. Bagaimana Senja akan menyeimbangkan kebenaran yang baru terkuak ini dengan perasaannya terhadap Rama sebagai saudara, dan perasaannya terhadap Awan yang semakin dilanda kecemasan?

Gambar Milik Tripviana Hagnese: Senja dan Awan yang baru mengetahui masa lalu Senja
Gambar Milik Tripviana Hagnese: Senja dan Awan yang baru mengetahui masa lalu Senja

Senja di Ujung Pelangi Tayang setiap hari 3 Episode

Total 10 Episode

#tripvianahagnese

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun