"Aku akan sering pulang, Wan. Setiap weekend, kalau bisa," kata Senja, tatapannya penuh janji, meski ada nada keraguan yang terselip. Ada air mata yang menggenang di sudut matanya, namun ia menahannya, berusaha tegar.
Awan menggenggam tangan Senja di atas meja, mengusapnya lembut. Ia merasakan getaran di tangan Senja, merasakan beratnya keputusan itu. "Aku tahu, Senja. Kamu nggak perlu khawatir. Aku akan tunggu kamu. Nanti kedai kopiku, aku mau ada sudut baca yang nyaman, terus ada papan tulis besar buat quotes harian. Aku akan sering kirim foto ke kamu," Ada binar harapan yang kuat di mata Awan, seolah ia mencoba menyingkirkan bayangan perpisahan yang akan datang, mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa jarak tidak akan berarti apa-apa.
Senja tersenyum, senyum tulus yang memancarkan kekuatan, meskipun ada gurat kesedihan yang tak bisa ia sembunyikan. "Aku siap bantu semua desainnya dari jauh, Wan. Aku akan buat vibe-nya sehangat kopi buatanmu." Mereka saling menggenggam tangan lebih erat. Momen ini adalah puncak romansa di tengah ambisi, menunjukkan bagaimana cinta bisa menjadi bahan bakar untuk meraih mimpi, bahkan di tengah badai yang sebentar lagi datang. Mereka berjalan pulang bergandengan tangan, di bawah temaram lampu jalan, berbicara tentang kedai kopi impian Awan, mencoba mengabaikan jarak yang sebentar lagi akan membentang begitu jauh.
Namun, realita tak seindah impian. Pekerjaan baru Senja memberikan tuntutan proyek dengan kerja yang seringkali lembur. Proyek aplikasi edukasi itu sangat besar dan ambisius. Pulang setiap weekend kini bagaikan hal langka. Ia bahkan bisa tidak pulang selama 1 bulan penuh, terkunci di balik tumpukan deadline dan revisi. Senja mulai merasakan tekanan halus yang membebani pundaknya, bukan hanya dari pekerjaan, tapi juga dari perhatian Rama.
Rama sering memberinya perhatian ekstra: makan siang bersama di restoran mewah, menawarkan tumpangan pulang dengan mobil mewahnya, atau memberikannya tugas yang terasa "spesial" di luar jam kerja. Rama bersikap sangat profesional, tutur katanya sopan, namun ada sorot mata dan perhatian kecil yang membuat Senja merasa tidak nyaman, seolah ia sedang diawasi atau dinilai. Ia berusaha menjaga jarak, memberi batasan, namun Rama terus mendekat, bukan secara agresif, tapi dengan cara yang halus dan konsisten, seolah ingin menunjukkan betapa ia peduli, betapa ia bisa diandalkan.
Awan merasakan perubahan itu dari cerita Senja. Telepon mereka tak lagi sesering dulu, durasinya pun memendek. Senja seringkali terdengar lelah, suaranya parau, dan ada nada yang tidak ia kenali ketika Senja menceritakan tentang Rama. Bahkan, cerita Senja lebih banyak mengenai kebaikan-kebaikan Rama dan betapa challenging-nya pekerjaan proyek yang dikejar-kejar deadline terus. Awan mendengar itu semua, dan setiap kata Senja bagai mengikis sedikit demi sedikit harapan di hatinya.
Bayangan perpisahan yang akan datang, dan kini, kehadiran Rama yang begitu intens dan kebaikan-kebaikannya yang tak terduga, mulai menghantuinya. Ada kecemasan yang muncul di raut wajah Awan saat ia meracik kopi, saat tangannya mencengkeram portafilter sedikit lebih erat dari biasanya, seolah mencoba menahan sesuatu yang ingin lepas. Ia sering menatap bangku kosong di pojok kafe, tempat Senja biasa duduk, kini terasa begitu dingin dan sepi.
Awan menyadari, jarak ini akan menjadi ujian yang jauh lebih berat dari yang ia bayangkan, dan Rama adalah variabel yang tidak bisa ia kendalikan, variabel yang datang dengan segala keunggulannya. Ia tahu ia harus percaya pada Senja, tetapi rasa insekuritas itu selalu ada, menggerogoti sedikit demi sedikit hatinya. Bagaimana ia bisa bersaing dengan seseorang yang bisa memberikan segalanya, termasuk jaminan masa depan yang stabil, pada Senja? Pertanyaan itu terus berputar di benaknya, tanpa jawaban.
Kini, Senja dan Awan dihadapkan pada ujian yang sesungguhnya. Jarak fisik, tekanan pekerjaan, dan kehadiran Rama yang semakin intens, apakah ini akan menjadi akhir dari mimpi-mimpi yang mereka bangun bersama, atau justru menguatkan ikatan yang telah terjalin?
Senja di Ujung Pelangi Tayang setiap hari 3 Episode
Total 10 Episode