Mohon tunggu...
Tripviana Hagnese
Tripviana Hagnese Mohon Tunggu... Bisnis, Penulis, Baker

Saya seorang istri, ibu rumah tangga, yang juga mengelola bisnis, ada bakery, laundry, dan parfum.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Senja di Ujung Pelangi (Ep. 4/10)

12 Juni 2025   17:07 Diperbarui: 12 Juni 2025   17:07 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Milik Tripviana Hagnese: Senja di Ujung Pelangi

Gambar Milik Tripviana Hagnese: Senja di Ujung Pelangi (Ep. 4/10)
Gambar Milik Tripviana Hagnese: Senja di Ujung Pelangi (Ep. 4/10)

Episode 4: Langkah-Langkah Kecil Menuju Impian

Senja di Ujung Pelangi Tayang setiap hari 3 Episode

Total 10 Episode

#tripvianahagnese

Pesan Awan semalam, yang penuh pengertian dan dukungan, bagai setetes embun di tengah kegersangan hati Senja. Ia tahu, Awan telah menekan egonya, mengesampingkan rasa cemburu yang pasti ada, demi kebahagiaan dan masa depan Senja. Hal itu justru membuat Senja semakin berat untuk memutuskan.

Ia tahu tawaran Rama adalah solusi paling realistis untuk kondisi ayahnya. Gaji dua kali lipat UMR, tunjangan kesehatan untuk keluarga, bonus proyek, dan yang terpenting, Rama bahkan berjanji akan membantu mencarikan tempat tinggal nyaman dan terjangkau di pusat kota jika Senja bersedia pindah. Ini bukan hanya tentang uang, tapi juga kemudahan akses, efisiensi waktu, dan jaminan stabilitas yang tak bisa ia dapatkan dari pekerjaan lepasnya sekarang. Adiknya, Jingga, memang bisa menjaga Bapak di rumah, tapi beban finansial tetap ada di pundaknya.

Di satu sisi, ada Awan, dengan mimpinya membangun kedai kopi "Senja Rasa". Mereka sudah berjanji, akan membangun masa depan bersama, dari hal-hal kecil hingga besar. Perpisahan, meskipun sementara, terasa seperti merobek sebagian dari dirinya. Bagaimana ia bisa meninggalkan aroma kopi dan senyum tulus Awan setiap sore? Senja merasa seolah harus memilih antara dua bagian penting dalam dirinya: tanggung jawab pada keluarga dan hatinya. Sebuah dilema yang menyesakkan, bagai tersesat di persimpangan jalan tanpa peta.

Setelah beberapa hari merenung, pikiran Senja terus berputar. Ia menghitung, menimbang, dan akhirnya, sebuah keputusan sulit harus ia ambil. Sebuah keputusan yang didorong oleh kebutuhan dan tanggung jawab yang tak bisa ia abaikan. Demi Bapak dan masa depan Jingga, demi napas keluarga yang harus terus berhela, ia memutuskan untuk menerima tawaran Rama.

Malam itu, Awan dan Senja merayakan keputusan sulit tersebut di kafe. Kafe sudah sepi, hanya mereka berdua, ditemani cahaya temaram lampu gantung. Di meja, ada dua cangkir kopi dingin dan sepotong kue. Sebuah perayaan yang sederhana, namun di dalamnya terkandung sebuah tekad besar yang berbalut kesedihan. Mereka bicara tentang bagaimana Senja akan mengatur jadwalnya, tentang mimpi Awan yang sebentar lagi akan terwujud.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun