Dengan populasi lebih dari 270 juta dan produk domestik bruto (GDP) terbesar di ASEAN, Indonesia sering disebut sebagai raksasa ekonomi Asia Tenggara. Tapi apakah raksasa ini sudah benar-benar bangun dan berlari?
Secara angka, posisi Indonesia cukup kuat. Tapi jika bicara pengaruh dalam integrasi ekonomi ASEAN, langkah kita masih terasa lambat. Contohnya dalam kerangka ASEAN Digital Economy Framework atau kesepakatan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP), negara seperti Singapura, Malaysia, dan Vietnam justru lebih dulu mengambil peran strategis.
Sementara itu, Indonesia masih disibukkan dengan isu-isu klasik: pembangunan yang belum merata, infrastruktur yang belum maksimal, serta regulasi yang sering berubah-ubah. Di sisi lain, potensi kita luar biasa. Jika potensi itu diolah dengan baik, Indonesia bisa menjadi motor penggerak utama kawasan.
Bagi masyarakat, posisi Indonesia di ASEAN bukan hanya soal kebanggaan. Ini soal peluang: apakah produk UMKM kita bisa masuk pasar ASEAN? Apakah anak muda kita bisa bekerja di ekosistem digital regional? Apakah startup lokal bisa bertarung di pasar Asia?
Untuk itu, kita perlu mempercepat digitalisasi, memperkuat kerja sama lintas negara, dan memastikan regulasi mendukung pertumbuhan, bukan menghambatnya. SDM kita juga perlu disiapkan secara serius agar siap bersaing di level regional.
Karena menjadi besar tidak cukup. Yang penting adalah menjadi relevan, adaptif, dan progresif di tengah dunia yang berubah cepat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI