Untuk kesekian kalinya, suara notifikasi dari ponsel berdering. Â Aqela mengusap layar dengan cepat, sudah terbiasa dengan gerakan ini dengan jemarinya yang lentik. Â Sekali lagi, Harry mengirimkan pesan. Entah berapa ratus pesan yang mereka tukar dalam satu minggu terakhir.
"Sudah lihat thread Twitter tentang festival musik minggu depan?" tanya Harry.
Aqela tersenyum. Hubungan mereka dimulai dari dunia maya, khas generasi Z yang tumbuh bersama internet. Pertemuan pertama mereka bukan di kafe atau kampus, melainkan di kolom komentar sebuah unggahan tentang band indie favorit mereka. Percakapan yang awalnya hanya sebatas membahas lirik lagu favorit berkembang menjadi obrolan panjang di direct message.
Harry, 19 tahun, adalah seorang content creator dengan 50 ribu pengikut di TikTok. Video-videonya tentang review game dan teknologi selalu mendapat ribuan tayangan. Sementara Aqela, 18 tahun, aktif sebagai influencer fashion dengan estetika minimalis yang khas generasi Z.
"Kita sudah mengobrol selama tiga bulan, tapi belum pernah bertemu langsung," ujar Aqela suatu malam melalui panggilan video.
Harry tersenyum, "Bukankah ini yang membuat generasi kita berbeda? Kita bisa merasa dekat tanpa harus berada di tempat yang sama."
Namun di balik kemudahan teknologi, mereka menghadapi dilema yang sama dengan jutaan anak muda lainnya: autentisitas. Di dunia yang didominasi filter Instagram dan algoritma TikTok, batas antara diri yang sebenarnya dan persona digital semakin kabur.
Suatu hari, Harry mengunggah video tanpa edit yang menunjukkan kesehariannya yang biasa saja. Tidak ada musik latar yang trendy, tidak ada transisi yang mulus. Hanya Harry yang berbicara jujur tentang kecemasannya menghadapi masa depan.
"Aku takut tidak bisa memenuhi ekspektasi orang-orang," akunya dalam video tersebut. "Kadang aku merasa seperti harus selalu menampilkan versi terbaik diriku."
Video tersebut mendapat respons luar biasa. Komentar-komentar positif bermunculan, termasuk dari Aqela yang menulis: "Inilah kenapa aku menyukaimu. Kau berani menjadi nyata."