Oleh: Tri Handoyo
Sebuah ungkapan bijak berbunyi, "Cinta itu bersifat alamiah, sementara benci itu butuh dilatih".
Benar. Kebencian memang butuh proses panjang sampai seseorang menjadi terlatih. Hal itu biasanya disebabkan karena pada dasarnya ia benci diri sendiri, namun kebencian itu kemudian diproyeksikan ke orang lain.
Pelampiasan kebencian tersebut bisa dengan cara mengkritik, menghina, mencaci-maki, atau mempermalukan orang di depan umum. Mengapa demikian?
Tujuannya adalah dengan membeberkan keburukan orang lain maka dirinya akan terlihat lebih baik. Sehingga nantinya diharapakan akan timbul cinta kepada diri sendiri.
Semakin benci kepada diri sendiri, sekaligus haus akan cinta kepada dirinya, biasanya akan semakin bengis dan sadis dalam menyerang orang lain yang menjadi kambing hitam.
Di dalam ilmu psikologi kebencian berlebihan terhadap diri sendiri itu disebut dengan  istilah 'Self-loathing'.
Merasa tidak puas, kecewa, marah, terhadap diri sendiri sebetulnya adalah hal yang normal terjadi pada kebanyakan orang, namun jika sampai tingkat ekstrim maka itu tergolong jenis gangguan mental.
Kebencian itu juga bisa melebar menjadi membenci leluhur, suku, atau bahkan kepada negara. Sebagai contoh, orang tersebut cenderung merasa bahwa apa pun yang telah dilakukan oleh negara selalu salah. Tidak ada yang baik.
Propaganda yang biasa dinarasikan adalah pemerintah bobrok. Semua pejabat tingginya rusak. Penegak hukumnya bermental korup. Masyarakat luas bodoh dan tidak punya harga diri, sehingga mudah disuap demi memenuhi kepentingan penguasa. Negara mau kiamat dan tinggal tunggu azab dari Tuhan.
Terbentuknya pola pikir tersebut butuh waktu lama untuk bisa tertanam. Umumnya ini terbentuk dari beberapa aspek yang signifikan bagi kehidupan seseorang. Salah satu penyebab utamanya adalah trauma emosional di masa lalu. Misalnya, seperti lingkungan keluarga yang abusif, hubungan yang tidak sehat, broken home, hingga menjadi korban  kekerasan seksual, bisa berdampak negatif pada persepsi dan harga diri.
Hal ini terjadi karena ketika seseorang mengalami trauma yang berat, bisa timbul rasa bersalah atau menyalahkan keadaan atau lingkungan karena membiarkan trauma itu terjadi. Selain itu, naratif negatif terhadap diri mereka juga bisa tumbuh dari bagaimana ia diperlakukan dan disikapi secara berulang-ulang oleh lingkungan, sehingga lama-kelamaan korban menjadi terlatih untuk membenci. Kebencian yang dilestarikan untuk membenci pihak lain secara membabi buta.