Mohon tunggu...
Trieyani Dewi
Trieyani Dewi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa di Universitas Pendidikan Indonesia

Saya seorang mahasiswa jurusan bahasa dan sastra Indonesia di Universitas Pendidikan Indonesia. Kini saya menginjak semester 5.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tanda-tanda dalam Puisi "Kupanggil Namamu" karya W.S Rendra

12 November 2023   11:15 Diperbarui: 12 November 2023   11:22 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Puisi adalah karya sastra yang meluapkan sebuah ideologi pemikiran yang menghidupkan perasaan yang membangkitkan khayalan panca indera dalam konfigurasi yang berirama. Dalam perspektif kajian semiotik, puisi adalah ekspresi seni yang sangat kaya dalam penggunaan tanda dan makna. Hal ini terjadi karena bahasa, sebagai sistem tanda utama yang digunakan dalam puisi, memungkinkan penyair untuk menciptakan tanda-tanda dengan makna yang lebih dalam dan kompleks. Setiap kata, frasa, atau gambaran dalam puisi adalah tanda yang mewakili ide atau konsep tertentu. Penyair sering menggunakan bahasa secara metaforis, simbolis, atau konotatif untuk menciptakan tanda-tanda yang tidak hanya memiliki makna harfiah, tetapi juga makna tersembunyi atau konotatif. Sebagai hasilnya, puisi menjadi tempat di mana tanda dan makna berinteraksi dengan cara yang memungkinkan pembaca untuk menggali dan menginterpretasi makna yang lebih mendalam, memasuki dimensi artistik yang kaya.

Dalam puisi, tanda dan makna juga menjadi sarana ekspresi emosi, pengalaman, dan pemikiran penyair. Puisi sering digunakan sebagai wadah untuk mengungkapkan perasaan dan pandangan dunia penyair. Oleh karena itu, makna dalam puisi seringkali sangat subjektif dan terkait dengan pengalaman pribadi penyair. Selain itu, konteks budaya dan sosial di mana puisi diciptakan juga mempengaruhi tanda dan makna dalam puisi. Puisi sering memuat referensi budaya, simbol-simbol khas, atau konteks sejarah yang memberikan lapisan tambahan dalam pemahaman makna. Dengan demikian, dalam perspektif kajian semiotik, puisi menjadi karya seni yang memungkinkan interaksi kompleks antara tanda dan makna, dan memungkinkan pembaca untuk menjelajahi berbagai dimensi makna yang tersembunyi dalam kata-kata dan bahasa penyair.

Salah satu contoh puisi yang penuh dengan lapisan makna dan tanda-tanda adalah salah satu puisi yang ada pada buku antologi puisi "Blues Untuk Bonnie" karya W.S. Rendra. Dalam esai ini, Saya akan mengkaji salah satu puisi yang ada dalam buku antologi tersebut. Kajian tersebut dikaji dalam bidang semiotik dengan menggunakan teori Charless Sander Peirce. Semiotik menelusuri tanda dan makna sehingga memiliki korelasi. Teori semiotika Peirce berdasarkan logika, dari logika seseorang dapat berpikir.

Kita mengenal Pierce sebagai salah satu pakar semiotika yang terkenal dengan konsep triadik atau trikotomi (tanda berupa tiga unsur). Sebuah tanda (representamen) adalah sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain dalam beberapa hal atau kapasitas. Sesuatu yang lain dinamakan interpretan dari tanda yang pertama dan pada gilirannya mengacu pada objek. Dengan demikian sebuah tanda memiliki relasi triadik tidak langsung dengan interpretan dan objeknya. Konsep trikotomi pada bagian objek terbagi menjadi tiga yaitu ikon, indeks, dan simbol. Ikon merupakan tanda yang mengandung kemiripan rupa (resemblance) dengan acuannya. Konsep triadik atau trikotomi itu terdapat dalam puisi "Kupanggil Namamu" dalam buku antologi "Blues Untuk Bonnie" 

Makna ikon, indeks, dan simbol pada puisi "Kupanggil Namamu" terdapat 5 ikon, 6 indeks, dan 5 simbol. Ikon pada puisi "Panggil Namamu" ditemukan pada bait pertama baris pertama, bait kedua baris pertama, bait ketiga baris kedua, dan ketiga, bait keenam baris pertama, bait kedelapan baris pertama, dan kedua. Pada bait pertama baris pertama tertulis sambil menyeberangi sepi. ikon kedua, pada bait kedua baris pertama tertulis Malam yang berkeluh kesah. Ikon ketiga, pada bait ketiga baris kedua, dan ketiga tertulis bau tubuhmu yang kini sudah kulupa. Ikon keempat, pada bait keenam baris pertama tertulis seribu jari dari masa silam. Ikon kelima, pada bait kedelapan baris pertama, dan kedua tertulis Keheningan sesudah itu sebagai telaga besar yang beku. 

Selain makna ikon terdapat juga makna indeks. Makna indeks ditemukan pada bait keempat baris ketiga, keempat, dan kelima. Baris ketiga dan keempat sebagai sebab dan baris kelima sebagai akibat. Dan dua ekor serigala, muncul dari masa silam, merobek hatiku yang celaka. Indeks selanjutnya, pada bait ketujuh baris pertama, kedua, dan ketiga. Baris pertama dan kedua sebagai sebab dan baris ketiga sebagai akibat. Sambil terus memanggil namamu,  amarah pemberontakanku yang suci, bangkit dengan perkasa malam ini.

Makna simbol juga terdapat pada puisi tersebut. Makna simbol ditemukan pada bait kedua baris kelima, bait keempat baris pertama, bait kelima baris kedelapan, bait kedelapan baris ketiga, bait kedelapan baris keenam. Simbol pertama, pada bait kedua baris kelima tertulis terhadap adat yang latah. Simbol kedua, pada bait keempat baris pertama tertulis angin pemberontakan. Simbol ketiga, pada bait kelima baris kedelapan tertulis  Tuhan adalah seniman tak terduga. Simbol keempat, pada bait kedelapan baris ketiga tertulis  aku pun beku di tepinya. Simbol kelima, pada bait kedelapan baris keenam tertulis berdarah dan luka-luka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun