"Tulisan ini berdasarkan pemahaman penulis selama mempelajari Kempo, serta hasil pembacaan sejarah-sejarah---baik dari penuturan langsung dari para Sensei dan Senpai yang penulis temui, maupun dari berbagai literasi yang berhasil dihimpun."
Jejak Awal dari Bodhidharma: Biji yang Tumbuh di Shaolin
Sejarah bela diri Asia tidak bisa dilepaskan dari sosok legendaris Bodhidharma (juga dikenal sebagai Daruma di Jepang), seorang pendeta Buddha dari India yang datang ke Tiongkok pada abad ke-5 M. Ia menempuh perjalanan jauh untuk menyebarkan ajaran Chan (Zen) Buddhisme dan akhirnya menetap di Biara Shaolin.
Di biara itu, Bodhidharma mendapati para biksu yang fisiknya lemah dan mudah jatuh sakit karena terlalu lama bermeditasi dalam posisi statis. Maka ia memperkenalkan latihan pernapasan, meditasi aktif, dan gerakan fisik yang selaras dengan filosofi Zen, yang kemudian dikenal sebagai 18 jurus tangan Arhat (Luohan Shou)---dasar dari kungfu Shaolin.
Ajaran Bodhidharma tidak hanya membentuk kekuatan fisik, tetapi juga memperkuat disiplin, kesadaran, dan keseimbangan batin. Dari sinilah berkembang aliran-aliran kungfu Tiongkok, termasuk Liem Shi Kungfu, yang menggabungkan teknik tangan terbuka, kecepatan, serta keseimbangan tubuh dan jiwa.
Akar dari Negeri Tiongkok: Liem Shi Kungfu
Sebelum dikenal sebagai Shorinji Kempo di Jepang, akar dari bela diri ini telah tumbuh jauh lebih dahulu di daratan Tiongkok melalui suatu aliran kungfu klasik bernama Liem Shi Kungfu. Aliran ini diyakini sebagai bagian dari pengembangan kungfu Shaolin, khususnya Shaolin Utara, yang dikenal dengan teknik tangan terbuka, kecepatan, dan keseimbangan spiritual dalam gerak bela diri.
Liem Shi Kungfu membawa ajaran-ajaran mendalam tentang harmoni antara kekuatan dan kelembutan (yin dan yang), serta pentingnya keselarasan antara fisik dan mental dalam setiap bentuk pertahanan diri.
Doshin So dan Pertemuan Takdir di Tiongkok
Pada awal abad ke-20, seorang pemuda Jepang bernama Doshin So (lahir dengan nama Nakano Michiomi) dikirim ke Tiongkok sebagai bagian dari misi intelijen. Namun, misi militer itu justru menjadi jalan takdirnya untuk bertemu para master kungfu di Tiongkok, termasuk guru-guru dari aliran Liem Shi.
Ia tidak hanya mempelajari teknik bertarung, tapi juga menggali nilai-nilai moral dan filosofi yang terkandung dalam kungfu Tiongkok. Dalam Liem Shi, Doshin So menemukan bahwa bela diri adalah sarana untuk memperbaiki diri dan masyarakat, bukan sekadar menang dalam pertempuran.
Transformasi Menjadi Shorinji Kempo (1947)