Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Essi nomor 88 - Kecelakaan Merebak, Salah Siapa?

25 September 2025   10:54 Diperbarui: 25 September 2025   10:54 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.etsy.com/market/sensual_woman_art?ref=pagination&page=3

Essi 88 - Kecelakaan Merebak -- Salah Siapa?
Tri Budhi Sastrio - Kasidi

Dengan pesatnya perkembangan media rasanya sulit
            temukan hari tanpa berita
Kecelakaan darat, laut dan udara, semuanya tersaji
            lengkap bak berita paripurna.
Bahkan yang luar biasa belum terjadi apa-apa, nuansa
            celaka sudah jadi berita,
Berita utama yang disiarkan langsung ke seluruh
            nusantara tak ubahnya realita.
Akibatnya? Semakin banyak yang terlena tidak sadar
            betapa hebat ikatan berita
Membelenggu siapa saja dan ini semua menentukan
            persepsi pikiran manusia.
Ambil saja contoh terkuaknya kusir sang singa isap sabu
            sebelum mengangkasa.
Karena gencarnya berita semua orang hampir percaya
            bahwa nunut sang singa
Menjadi pekerjaan sangat berbahaya karena saisnya
            melayang ke mana-mana.
Bagaimana sang singa terbang bisa dipercaya jika
            sang sais tak sadar jiwa raga?
Benar-benar luar biasa, sulit dipercaya, tetapi itulah
            realita dan fakta dunia nyata.

Tahun satu sembilan tujuh lima sang merpati yang
            terbang dari Ruteng ke Bima
Rontok dekat pulau Flores dan seluruh penumpang dan
            awak tewas tak bersisa.
Kondisi awak pesawatnya? Baik-baik saja tak ada yang
            mengkonsumsi ganja.
Dua tahun kemudian giliran sang garuda yang menjalani
            rute Medan Jakarta,
Menabrak gunung dan lagi-lagi semua manusia di
            dalamnya tewas begitu saja.
Awak pesawatnya? Sehat dan dipastikan tidak pernah
            mengkonsumsi narkoba.
Lima tahun kemudian masih sang perkasa garuda rute
            Mataram Yogyakarta.
Mendarat darurat di lagu ciptaan Gesang, untungnya
            hanya seorang pralaya.
Pilotnya? Handal, berpengalaman, sehat, dan ... tak
            konsumsi obat berbahaya.
Dua ribu empat sang singa udara rute Jakarta Surakarta
            kembali korbankan jiwa
Dua puluh penumpang tewas -- mungkin sia-sia - dan satu
            empat dua luka-luka.
Saisnya? Ha ... ha ... ha ... baik-baik saja, sehat dan
            handal, tanpa psikotropika.
Setahun kemudian sang mandala dari Polonia berulah
            dan memilukan keluarga.
Bagaimana tidak, seratus penumpang dan empat puluh
            satu orang di darat sana
Harus pulang kembali ke dunia baka -- walau memang ini
            adalah kehendakNya.
Tetapi menyalahkan sang kusir? Bagaimana bisa?
            Mereka tidak konsumsi ganja.
Tahun baru dua ribu tujuh, sang burung bernama manusia
            pertama, ke samudera
Tujuan akhirnya, akibatnya semua penumpang tak pernah
            ditemukan jasadnya.
Ke Manado burung ini tak sampai lalu apa karena saisnya
            kurang handal kerjanya?
Ternyata tidak karena konon kabarnya bukan narkoba
            tetapi masalah elektronika.
Dua bulan tujuh hari kemudian kembali garuda yang
            membuat ulah di Yogyakarta.
Tergelincir, terbakar dan santunan asuransi harus
            dibayarkan pada dua puluh dua.
Saisnya? Sangat berpengalaman, sehat, tidak terganggu
            kerjanya karena ganja.
Empat tahun kemudian di Kaimana sang merpati gagal
            mendarat sempurna.
Seluruh penumpang tak bersisa dan yang disalahkan
            pesawat buatan Cina.
Pilotnya? Tak ada yang salah dengan mereka dan pasti
            tidak ada narkoba.
Pesawatnya pun kemudian terbukti tidak bermasalah,
            handal dan baik-baik saja.
Inilah statistik sederhana yang menunjukkan bagaimana
            berita setengah dusta
Dapat membuat opini orang-orang nan sederhana
            berbelok arah entah ke mana.
Psikotropika amat dilarang tentu saja semua sepakat
            karena dampak jeleknya,
Ketagihan dan ketergantungan memang tak bagus
            meskipun pada dasarnya
Manusia adalah mahluk yang sangat tergantung dan
            ketagihan banyak benda.
Pilot konsumsi narkoba ditangkap memang sudah
            seharusnya tetapi beritanya
Seakan-akan pesawat yang dikendalikannya akan rontok
            begitu saja. Faktanya?
Semua kecelakaan udara di Indonesia bukan karena
            pilotnya konsumsi narkoba.

Essi 88 - tbs/kas -- SDA11022012 -- 087853451949

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun