Essi 271 -- Hambalang Makin Terang
Tri Budhi Sastrio
Ha ... ha ... ha ... kalau masalah gelap dan
     terang kasus Hambalang
Itu sudah lama bang ... kasus ini jelas sudah
     lama terang benderang,
Yang masih gelap gulita adalah keinginan dan
     niatan pemilik pedang.
Pedang dihunus sebentar tetapi kemudian
     masuk sarung, lalu hilang.
Hilang dari pandangan tentunya, bukan
     pedangnya yang menghilang.
Akibatnya selama beberapa lama kasus bukit
     berhantu di Hambalang
Seperti diam di tempat, maju tidak mundur juga
     tidak ... mengambang.
Sedangkan korban figuran ikut berjatuhan
     setelah tunggang-langgang.
Setelah disidik, didakwa, diadili, dijatuhi
     hukuman, lalu ke bui dikekang.
Tetapi seperti yang menjadi sifat kebenaran,
     ceritanya masih panjang.
Satu demi satu pengakuan meluncur dari
     terdakwa dan saksi di sidang.
Dan akibatnya barang yang sudah terang eh
     menjadi makin benderang.
Yang menerima uang dari komisi 18% ternyata
     daftarnya amat panjang.
Uang komisi proyeknya saja sudah
     mengherankan, bisa tidak dibayang
Delapan belas persen itu besar serta banyaknya
     bukan alang kepalang.
Dan uang komisi inilah yang dibagi-bagi, bah ...
     benar binal dan jalang.
Uang negara dirompak tepat persis di depan
     hidung mata semua orang,
Cuma anehnya yang tahu bukan saja diam tetapi
     malah senang girang.
Dasar durjana berhati belang, bukan prihatin
     dan coba jadi penghalang
Malah ikut senang karena pasti dapat bagian ...
     dasar nurani gersang.
Lalu bak halilintar di hari siang, di tengah diskusi
     masalah Hambalang,
Ketua DPR yang dijadikan berita utama sebuah
     mingguan ikut berang.
Proyek gedung DPR yang dulu hampir saja
     mengobarkan api perang,
Sekarang tiba-tiba saja nyalanya kembali terang
     berkobar menantang
Tak hanya integritas ketua yang mungkin
     dipertaruhkan dan ditantang
Tapi juga hampir semua wakil rakyat yang jelas
     telah menerima uang.
Wah ... wah ... wah ... benar-benar ibarat
     tabuhan genderang perang.
Telah ditabuh berdentam-dentam, bunyinya
     menggelegar berdentang,
Menghantam gendang hati nurani yang
     herannya bergantang-gantang.
Bagaimana tak heran, proyek gedung yang
     jelas-jelas batal sekarang,
Eh ... masalah muncul karena konon calon
     kontraktor telah bagi uang.
Coba dibayangkan, proyek belum dilaksanakan,
     anggaran belum ada,
Tapi karena yang namanya komisi pelicin telah
     dibagi ke mana-mana
Maka calon kontraktor akan bingung kelabakan
     kalau proyek ternyata
Hanya menjadi wacana saja ... lalu bagaimana
     nasib uang dari saya?
Ibarat praktek ijon yang dilakukan pemilik dana
     pada para petani desa.
Padi belum ditanam, uang untuk membeli gabah
     panenan dibagi rata.
Jika paneh sukses, petani membayar lunas,
     masalah tentu tidak ada,
Tapi jika panel gagal, gabah tidak ada, lalu uang
ijonnya bagaimana?
Memang bukan main korupsi negeri ini, dulu ijon
     itu diperangi negara,
Guna melindungi petani agar tak terjerat hutang
     para penikmat riba.
Eh ... tapi sekarang justru pejabat negara yang
     menjadi pemrakarsa.
Entah bagaimana ceritanya, beberapa
     perusahaan yang milik negara
Menebar uang korupsi ke mana-mana, benar
     aneh bin ajaib ceritanya.
Perusahaan milik negara justru menjadi pelaku
     utama gerogoti dana.
Jika sudah begini maka jajaran direksi termasuk
     sang direktur utama
Pasti tahu, beri restu, karena uang negara tak
     bisa ke luar begitu saja.
Entah bagaimana nasib negara jika semua tak
     ada nurani dan etika?
Proyek bukit hantu Hambalang untuk sesaat
     dirasa makin bercahaya
Tetapi ketika aliran dananya jauh mengalir ke
     kantong banyak nama
Orang semakin terperanjat saja, tapi kaget
     belum benar-benar reda
Sudah muncul hal lainnya, hal lain yang jauh
     lebih dahsyat nadanya.
Dua nama penerima dana konon kabarnya
     hilang sirna begitu saja,
Yang satu seorang bunda, bunda nomer tiga itu
     sih kabar burungnya.
Bunda pertama, bunda kedua untuk sesaat
     memang menghias media
Tetapi kemudian perbincangan mereda karena
     perannya kecil belaka.
Bunda ketiga jauh lebih hebat sepak terjangnya
     karena bak sutradara
Yang mengaitkan satu cerita dengan cerita
     lainnya di kalangan istana.
Nah, nama bunda ketiga ini yang tiba-tiba saja
     raib dari tulisan jaksa.
Tentu banyak yang bertanya-tanya karena
     konon jauh sebelumnya,
Nama ini santer disebut saksi punya peran mega
     mengalirnya dana.
Bunda nomer tiga raib begitu saja, ya entah apa
     yang terjadi di sana.
Lalu ... ini juga sebuah dilemma, sebuah nama
     yang jauh lebih peka,
Juga dikabarkan menghilang begitu saja,
     padahal nama si pemuda
Yang ramai dibincangkan karena selalu lengan
     panjang kemejanya
Sudah sejak awal disebut-sebut sang
     bendahara, walau benar juga,
Sebentar disebut, lalu disangkal, disebut lagi,
     dibatalkan setelahnya.
Begitu bergantian, sehingga sebenarnya bukan
     reda malah curiga,
Apa apa dengan pemuda istana, kok seperti
     kunang-kunang saja?
Kelap-kelip dan semakin menjauh, tetapi
     bukankah dia tetap ada?
Benar-benar semakin pelik rumit saja, tidak tahu
     harus bilang apa
Jika pihak istana ikut terlibat dalam aliran dana
     korupsi yang mega?
Memang belum nyata tapi menilik kejadian ini,
     maka naga-naganya
Dalam juga kaki sejumlah orang di istana
     terperosok lubang buaya.
Sang Bima pada awalnya mungkin memang
     tidak pernah menduga
Bahwa ada pihak keluarga ikut bermain-main
     panasnya api dahana
Tetapi setelah tahu tidak mau bertindak tegas
     malah pura-pura lupa
Ini jelas-jelas bukan watak Bima, Werkudara,
     Bratasena, Pancanaka.
Duh ... Bayu Putra ... ayo ... senyampang masih
     ada waktu tersisa,
Cepatlah bertindak, tegakkan kebenaran dan
     keadilan, engkau bisa.
Jangan ragu-ragu, jutaan pasang mata menatap
     engkau hai ksatria.
Ayo segera bertindak, tuntaskan dusta, toh ...
     akhirnya terbuka juga.
Pengakuan selagi berkuasa lebih bermakna
     dibanding di kala senja
Ketika semua kuasa perlahan menghilang di
     balik garis cakrawala.
Essi 271 -- tbs/kas-POZ13112013
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI