Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Essi nomor 261 - Yadnya Paling Utama dan Mulia

30 April 2025   15:48 Diperbarui: 30 April 2025   15:48 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.artmajeur.com/appolat/en/artworks/10001284/hamster-jpg

Essi 261 -- Yadnya Paling Utama dan Mulia
Tri Budhi Sastrio

Adalah Bhagawan Waisampayana yang
          menceritakan kisah cerita tentang yadnya.
Suatu ketika seekor tikus hina mengejek sinis
          yadnya raja mulia ...  Asmaweda Yadnya.
Inilah yadnya maha besar yang konon kabarnya
          pernah diselenggarakan di mayapada
Atas perintah sang maharaja Yudhistira setelah
          berjaya sampai akhir Bharata Yudha!
Tentu saja para peserta upacara termegah
          sepanjang sejarah keluarga mulia Bharata
Murka tak terkira-kira karena bagaimana bisa
          sebuah yadnya nan paling utama di dunia
Oleh seekor tikus hina dikatakan sebagai
          upacara yadnya paling tak ada gunanya.

Sang tikus yang berbulu emas separuh, tak
          gentar berguling depan peserta upacara
Dan berkata dengan suara lantang gelegar
          bahana laksana dewa yang sedang murka
Mempesona seluruh ponggawa keluarga istana
          yang baru saja berjaya di Kuru Setra
"Lihat, kalian semua! Bulu emasku masih tetap
          separuh, tak ada yang berubah, sama
Seperti ketika aku datang ke ini yadnya yang
          konon kabarnya inilah yang paling mulia,
Yadnya paling utama, karena diselenggarakan
          sang maharaja sinatria Yudhistira.
Tetapi nyatanya upacara ini upacara yang biasa,
          yadnya ini yadnya yang tak istimewa!"
Yang mendengar tentu saja terperangah, marah,
          lalu murka tak terkira,
Bagaimana bisa yadnya yang diselenggarakan
          oleh junjungan seluruh kawula Pandawa
Dengan mengerahkan semua kemegahan yang
          mungkin ada di dunia lalu tiba-tiba saja
Dikatakan sebagai upacara yang biasa, sebagai
          yadnya yang sama sekali tak istimewa?
Tikus hina tak gentar melihat semua peserta
          upcara murka tak terkira-kira lalu katanya:
Ada yadnya sampai akhir masa tak tertandingi
          bobotnya, tak tertandingi nilainya!
Ada satu keluarga nista, pemungut panenan
          sisa, siap santap hidangan sederhana,
Karena hanya itulah hasil kerja mereka setelah
          seharian bekerja mencari panenan sisa.
Sebelum mulai menyantap hidangan nan
          sederhana satu tua renta datang tiba-tiba,
Dengan terbata-bata minta hidangan sederhana
          diberikan padanya karena lapar dahaga.
Walau perut sendiri terasa lapar dahaga karena
          seharian bekerja, sang bapa akhirnya
Menyerahkan juga semua makanan sederhana,
          karena ajaran agama dan juga karena
Belas kasih pada sesama menjadi pertimbangan
          utama baginya memberi si tua renta.

Lapar dan dahaga masih tersisa, sang renta
          terus minta, dan demi bakti pada agama
Ibu pun menyerahkan jatah bagiannya; anak dan
          menantu pun melakukan yang sama,
Jatah makan hari itu sirna tak bersisa, semua
          dilakukan karena ajaran mulia agama
Bahwa yadnya yang paling mulia bukan bagi
          para dewa tetapi justru bagi para sesama!
Sang renta berubah menjadi Dharma, dewa
          batara paling mulia penolong manusia
Kemudian mereka bersama-sama dijemput ke
          nirwana sebagai tanda pemberi dharma
Yadnya paling mulia di seluruh jagat raya dan
          aku saksinya, kata tikus semakin bangga.
Demi dharma dan yadnya aku harus ikut serta
          dan kugulingkan tubuhku di atas sisa-sisa
Persembahan mereka, yadnya bagi si tua renta,
          yadnya untuk yang paling menderita,
Dan lihatlah buktinya, bulu jelekku berkilau
          cemerlang karena sisa yadnya mereka
Bukti betapa luhur yadnya luar biasa sembahan
          manusia hina untuk sang tua renta!
Kemudian aku berkelana, dari satu yadnya ke
          lain yadnya mulia, tetapi tak pernah ada
Yadnya yang bisa mengubah sisa bulu jelekku
          berkilau cemerlang seperti yang pertama.
Di sini, di upacara yadnya yang dikatakan paling
          mulia persembahan rajamu Yudhistira.
Ternyata Asmaweda Yadnya tak jauh berbeda,
          dua hari kugulingkan tubuhku pada sisa
Yadnya tetapi apa yang kuinginkan sia-sia!
          Yadnya sederhana yadnya paling mulia
Dan dipersembahkan bukan pada para batara
          dan dewa tetapi pada sesama yang nista,
Karena batara dan dewa sudah mulia, mereka
          benar- benar tak perlu persembahan kita!

Essi 261 -- POZ14102013 -- 087853451949

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun