Essi 184 -- Dipuja daripada Tidak Ada ...
Tri Budhi Sastrio
Ketika nona jelita ini menjuarai lomba renang di
   Olimpiade 2008 Cina,
Beritanya di tanah air biasa-biasa bahkan liputannya
   ya sambil lalu saja.
Padahal dapatkan medali emas di sarang para
   perenang negeri naga,
Jelas bukan hal biasa, ini luar biasa, ia bersama
   dengan tiga temannya,
Melalap empat ratus meter gaya bebas beregu
   wanita, emas medalinya.
Julukan yang amat bergengsi pun diberikan banyak
   orang di negaranya
Wanita Terbang Tanah Jawa ... Hah? Mana ada juara
   dari tanah Jawa?
Ya ... ya ... ya  ... tentu ada juara dari tanah Jawa,
   dan ini realita nyata.
Tetapi untuk yang ini ... maaf ... memang sayalah
   yang mengubahnya
Karena terbawa rasa jengkel dan duka berlama-lama,
   coba simak saja,
Di tanah tempat para pendekar yang pilih tanding
   dan sakti mandraguna
Ditakuti dan disegani bahkan oleh koleganya
   dari negeri Campa dan Cina,
Eh ... di pesta olahraga warisan para dewa dari
   tanah kuno Yunani sana,
Jangankan emas, perak dan perunggu pun cuma satu,
   ya cuma dwi eka,
Tak lebih tak kurang ... benar-benar aib hina
   akan tercoreng lama-lama.
Nona jelita ini bukan Wanita Terbang dari
   Tanah Jawa tetapi Belanda,
Ya ... Belanda, tempat kincir angin dan keju
   terus asyik menari berdansa.
Wanita terbang nan perkasa ini memang dari sana,
   dan negeri sana pula
Yang lebih berhak menepuk dada tanda ikut
   berbangga pada prestasinya.
Sekarang, kembali engkau berjaya wahai nona
   terbang nan rupawan jelita Â
Emas pertama engkau raih sambil tak lupa
   tunjukkan pada seluruh dunia
Bahwa di kolam tirta gugus seratus meter
   gaya bebas perorangan wanita
Engkau juaranya, engkaulah yang paling cepat
   dibandingkan atlit lainnya.
Tidak pelak lagi seluruh remaja negeri Belanda
   menjadikan engkau idola
Ya ... nona Kromowidjojo ... engkaulah sang
   bintang idola dari kolam tirta.
Ranomi Kromowidjojo, kakekmu memang kuli
   kontrak dari tanah Jawa,
Ikut pemerintah Hindia Belanda, bekerja di Suriname,
   kelak putranya
Menikah dengan nona jelita dari negeri sejuta bunga,
   menetap di sana,
Dan lahirlah seorang calon juara, wanita terbang
   perkasa di kolam tirta.
Memang ada darah tanah Jawa di urat nadimu
   wahai wanita nan jelita,
Tetapi rasanya terlalu mengada-ada kalau tiba-tiba
   media di Indonesia
Memberitakan prestasi luar biasa si nona jelita
   yang dari Belanda sana,
Dengan nuansa yang sangat jelas nada dan iramanya,
   bahwa Belanda
Tidak mungkin mempunyai juara kelas seratus meter
   gaya bebas wanita,
Jika tidak ada orang dari tanah Jawa sukses
   membuahi bunda nan jelita.
Fakta sih memang fakta, tetapi seandainya banyak
   emas didulang kita,
Dari kolam renang khususnya, mana mungkin berita
   juara dari Belanda,
Dikibarkan tinggi-tinggi layaknya sang saka bendera
   pusaka nan jaya.
Mungkin ada beritanya, tetapi kecil saja karena
   medali emas kita punya.
Penonjolan bahwa si peraih emas berdarah jawa
   mungkin juga tidak ada.
Untuk apa, toh tidak kekurangan juara,
   banyak peraih medali emasnya.
Sekarang ... ya sekarang ... ketika hanya dua
   medali saja prestasinya,
Prestasi emas milik negara mana saja rasanya
   akan diklaim sekuatnya
Jika perlu menggunakan silsilah bahwa pada
   dasarnya manusia sama,
Moyangnya Adam dan Hawa, nah mereka yang
   menang kita yang juara
Â
Essi nomor 184 -- SDA05082012 -- 087853451949