Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen Kontemporer: Jangan Mengukir Pelangi, Sayang!

25 Februari 2021   13:38 Diperbarui: 25 Februari 2021   13:41 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selama menyelesaikan piring yang ketiga ini, keduanya sama sekali tidak bercakap-cakap. Bahkan saling pandang pun tidak. Keduanya seakan-akan sepakat untuk tidak saling berbicara maupun saling pandang sebelum sengketa kecil ini selesai.

Piring ketiga kosong dengan cepat. Piring keempat atau yang terakhir sekarang. Piring yang keempat ini pun dengan cepat diselesaikan oleh Wahyu. Tidak banyak orang yang bisa menyikat empat piring ice-cream buah seperti yang dilakukan Wahyu ini.

"Aku akan membayar ke kasir dulu!" kata Wahyu sambil mengusap mulutnya dengan sapu tangan. Citra tidak menjawab cuma kepala bergerak pelan. Wahyu mengangkat alisnya sambil bangkit dari duduknya dan berjalan ke kasir.

Di kasir, tidak seperti yang diperkirakan oleh Citra, Wahyu ternyata cukup lama. Entah apa yang dikerjakannya tetapi dari dari kejauhan Citra melihat Wahyu menulis sesuatu.

Membayar ice-cream harus menulis sesuatu? Ini yang dia tidak pernah melihatnya. Citra heran tetapi dia tidak melakukan apa-apa.

Citra kembali mendengus ketika Wahyu mendatangi mejanya dengan muka berseri-seri. Apa yang membuat setan keras kepala ini begitu gembira, tanya Citra pada dirinya sendiri.


"Tidak kurang lama engkau berdiri di depan kasir yang cantik itu?" tanya Citra sambil bangkit dari duduknya.

"Tenang!" kata Wahyu sambil menyambar tasnya. "Ini kembalian uangnya!"

Wahyu mengulurkan beberapa lembar uang kertas, beberapa uang recehan dan selembar kertas yang terlipat serampangan.

"Kertas apa ini?" tanya Citra ketus sambil menerima uang dari tangan Wahyu. "Aku tidak membutuhkan bon!"

"Bonnya memang tidak kau butuhkan!" kata Wahyu, "tetapi tulisan di balik bon ini yang penting. Hasil pemikiran kilat seorang calon sastrawan besar. Kalau engkau tidak mau membacanya, engkau akan menyesal seumur hidup!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun