Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen Masa Depan: Kolonel Sovov

13 Desember 2020   19:00 Diperbarui: 13 Desember 2020   19:11 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.collater.al/en/elly-smallwood-paintings-art/

Kolonel SOVOV
Tri Budhi Sastrio

Tuhan Pencipta Maha Besar
KekuasaanNya tak terbatas.
Karenanya adalah tanda kepicikan
Jika beranggapan bahwa ras manusia
Adalah ras paling mulia!

Sudah dua ratus delapan puluh hari sekarang. Ini berarti ulang tahun pertama kematian seorang sahabat. Mungkin ada yang sedikit heran, mengapa dua ratus delapan puluh hari dan bukannya tiga harus enam puluh lima hari. Jawabnya sederhana dan terus terang saja mungkin cuma saya seorang di Planet Bumi ini yang bisa menerangkan hal itu.

Satu tahun bagi Kolonel Sovov berarti dua ratus delapan puluh hari bagi orang-orang Bumi.

"Planet kami mengelilingi matahari kami selama dua ratus delapan puluh hari untuk satu lingkaran penuh," begitu Kolonal Sovov memberi keterangan tepat pada saat-saat terakhir hidupnya. "Sahabatku," begitu dia meneruskan setelah berhenti sejenak, "tidak seperti planetmu ini, yang dengan cerdik memutar tubuhnya sehingga sinar membakar matahari terbagi merata, planetku ternyata dapat digolongkan sebagai planet bodoh. Dia cuma bisa berputar mengelilingi matahari tetapi tidak mampu memutar dirinya sendiri. Akibatnya? Separuh dari planetku merah membara, yang separuh lagi dingin membeku tetapi ...."

Sampai disini dia berhenti lagi. Matanya yang semakin guram sejenak berubah bening ketika menatapku tajam-tajam. Aku seakan-akan bisa menebak apa yang hendak diucapkannya. Sejak kedatangannya, yang merupakan peristiwa paling aneh di dalam hidupku, amat banyak masalah yang kami perbincangkan. Kami perbincangkan cuma berdua, benar-benar cuma berdua. Atas permintaannya kedatangannya sama sekali tidak pernah kuceritakan pada orang lain. Bahkan istriku sendiri pun tidak.

Laboratorium pribadi memungkinkan ini. Tidak seorang pun diijinkan memasuki ruang laboratorium. Siapa saja! Tiga asisten terpaksa diberhentikan dengan alasan kesulitan keuangan. Sedangkan kunci pintu masuk ke laboratorium, yang sengaja diubah dengan kunci khusus, cuma bisa dibuka oleh aku atau oleh Kolonel Sovov.

Kecerdasan dan kecemerlangan otak kolonel yang satu ini tidak perlu diragukan. Semua persoalan pelik, untuk segala macam disiplin ilmu, seperti fisika, biologi, matematika, yang untuk ukuran orang bumi cuma bisa dipecahkan dengan susah payah dan banyak melibatkan para ahli, bagi Kolonel Sovov semuanya seperti main-main saja. Ini semua bukan cuma sekali kubuktikan. Sudah berkali-kali!

Semua kolega, dari universitas dan institut terkemuka di seluruh Indonesia, kuminta secara rahasia mengirimkan problem-problem yang selama ini menyulitkan mereka. Hasilnya? Semua kesulitan itu dengan mudah dipecahkan oleh Kolonel Sovov.

"Persoalan semacam ini untuk ukuran planetku tergolong kuno dan kedaluwarsa!" katanya waktu itu memberi komentar. Nadanya biasa-biasa saja. Tidak ada nada mencemooh atau merendahkan. Orang yang paling mudah tersinggung pun sulit marah bila berhadapan dengan Kolonel Sovov.

Setelah berhasil membuktikan kehebatannya, aku memutuskan untuk tidak meneruskan percobaan semacam itu. Mengapa? Rekan-rekanku pasti akan heran dan curiga! Mungkin mereka kagum karena aku bisa memecahkan persoalan, tetapi mungkin juga mereka tidak percaya. Kalau mereka tidak percaya ini sama saja dengan mengundang penyelidikan. Aku tidak ingin hal seperti ini terjadi. Aku tidak ingin kehadiran Kolonel Sovov diketahui oleh orang lain. Disamping karena permintaan yang amat sangat dari dirinya juga karena aku tidak ingin orang secerdas dia menjadi bulan-bulanan pertanyaan banyak pihak kalau kehadirannya sampai diketahui.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun