Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen Masa Depan: Zoortum

11 Desember 2020   09:54 Diperbarui: 11 Desember 2020   12:45 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

          Setelah memperoleh ketetapan hati, manajer malang ini menghambur keluar. Pangkalan alarm peringatan dini hanya berjarak tiga ratus meter dari cafenya. Tidak ada gunanya berjalan mengendap-endap. Dia hanya perlu berlari sekencang mungkin,  memecahkan kaca di kotak alarm, menekan tombol alarm selama tiga detik dan kemudian bergegas kembali ke cafenya. Ada sekitar waktu satu menit sebelum semua orang bereaksi pada alarm palsu. Satu menit untuk tiga ratus meter. Bukan hal yang terlalu mustahil kalau dirinya tidak segendut sekarang. Tetapi dia tidak mempunyai pilihan. Pilihannya cuma satu, yaitu berlari sekencang mungkin membawa tubuh tambunnya menempuh jarak tiga ratus meter selama satu menit.

          Entah karena sedang beruntung, entah karena tekanan yang menggantung di atas kepalanya begitu hebat, usaha sang manajer berjalan mulus. Kaca alarm peringatan dipecahkan dengan tepat, tombol alarm ditekan selama tiga detik, dan kemudian berlari kembali menempuh jarak tiga ratus meter kurang dari satu menit. Untuk orang berukuran setambun dia, prestasi ini boleh dikatakan rekor dunia.

          Bersamaan dengan dilaluinya ambang pintu belakang, alarm peringatan dini meraung-raung di seluruh kota. Dalam caf sedang dilantunkan lagu kenangan kedua ketika bunyi tanda bahaya yang sudah lama tidak terdengar ini menyeruak masuk. Komander Trixton mengerutkan kening. Alarm tanda bahaya? Tidak salahkah pendengarannya? Tetapi siapa yang menyerang?  Bukankah sekarang ini adalah masa tenang dan damai?

          "Komander, alarm serangan dini!" salah seorang anak buahnya berteriak.

          "Aku tahu," balas Komander Trixton. "Tetapi siapa yang berani menyerang kita?"

          "Kita harus segera kembali ke kapal induk, Komander," anak buahnya yang lain berkata keras. Sementara itu lagu Aquarinius dihentikan setengah jalan. Alarm peringatan dini berarti semua orang harus segera masuk ke perlindungan bawah tanah.

          "Baik, semua personil kembali ke kapal induk. Segera!" akhirnya Komander Trixton memberi perintah.

          Berikutnya, bak lebah kena gebah, personil Angkatan Perang menghambur ke kendaraan angkasa masing-masing termasuk Komander Trixton. Sedangkan pengunjung umum dan pegawai caf bergegas masuk ke lubang perlindungan.

          Inilah zortuum yang tariannya paling erotis di seluruh jagat raya, desis manajer cafe dalam hati sambil ikut berlari ke perlindungan bawah tanah. Hanya dua orang di planet ini yang tahu siapa penekan tombol alarm. Dirinya dan si MC. Keduanya dapat dipastikan tutup mulut.  Sementara akibat tarian erotis si zortuum terus melanda seluruh kota. (R-SDA-09122020)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun