Zoortum
Tri Budhi Sastrio
Jika tindakan melanggar hukum
Memang perlu dilakukan
Untuk menyelamatkan hidup, umpamanya!
Maka tak hanya mahluk manusia
Yang piawai melakukannya,
Mahluk dari planet seberang pun
Mempunyai hobi yang sama!
     Cafe Troobix semakin ramai. Sebagai salah satu cafe berfasilitas paling lengkap di kota dermaga antariksa Reindz, Planet Ilux II, cafe ini memang pantas dijejali pengunjung. Pentas musiknya selalu langsung, sedangkan penari erotisnya didatangkan dari banyak planet tetangga termasuk Planet Bumi. Yang mendapat giliran menampilkan tarian erotis kali ini adalah Putu Sawitri dari Bumi.
     Putu Sawitri  sendiri sebenarnya sudah dua kali tampil di Cafe Troobix. Penampilannya yang pertama tergolong sukses besar. Tidak kurang dari Komandan Squadron Tempur Angkatan Perang Galaksi III, Komander Trixton, menyampaikan pujian langsung. Bahkan saat itu juga dia menawarkan tiket penerbangan dan penginapan gratis pada Putu Sawitri.
     "Seluruh fasilitas Angkatan Perang Galaksi III dapat digunakan dengan bebas selama tujuh hari tujuh malam, Sawitri," teriak Komander Trixton dengan tubuh agak sempoyongan karena menenggak cukup banyak minuman keras. "Bahkan saya pribadi akan menjadi pemandu khusus kamu, nona manis!"
     Tentu saja pengumuman ini disambut teriakan gembira oleh pengunjung Cafe Troobix yang sebagian besar memang terdiri dari personil Squadron Tempur  Angkatan Perang Galaksi III, anak buah Komander Trixton.
     "Setuju Komander ... Kami siap membantu Komander ... Selamat Datang nona cantik dan seksi ..." dan masih beragam teriakan lainnya terdengar membahana dari Caf Troobix.
     Putu Sawitri menolak dengan halus tawaran itu.
     "Saya harus segera kembali ke Bumi. Ada upacara penting yang tidak bisa ditinggalkan. Mohon maaf Komander tetapi lain kali jika berjumpa lagi, dan undangan masih berlaku saya berusaha memenuhinya."
     Komander Trixton meskipun sedikit agak kecewa tetapi bisa menerima alasan yang diberikan.
     "Undangan ini berlaku selamanya," tegas Komander Trixton.
     Sekarang sekali lagi anak buah Komander Trixton memenuhi ruangan Cafe Troobix. Keadaan galaksi-galaksi yang damai membuat personil Squadron Tempur Angkatan Perang Galaksi III mempunyai banyak waktu luang.
     "Besok malam Putu Sawitri akan tampil di Cafe Troobix, kalian semua, kecuali yang kebetulan mendapat giliran bertugas, kuanjurkan untuk memenuhi ruangan Caf Troobix. Aku juga akan hadir," begitu Komander Trixton memberi pengumuman lewat interkom sentral sehari sebelumnya. "Ingatkan juga agar aku tidak lupa menagih janji pada Putu Sawitri. Kalian masih ingat tawaran yang kuberikan dulu itu, bukan?"
     Memang tidak ada jawaban langsung tetapi personil yang hadir mengangguk. Mereka tentu masih ingat. Bagaimana bisa melupakan peristiwa itu apalagi perekatnya adalah lekuk indah dan gemulainya tarian Putu Sawitri?
     Pengumuman itu sendiri mendapat sambutan luar biasa. Seluruh prajurit yang tidak mendapat giliran jaga melompat-lompat kegirangan. Sementara yang mendapat giliran jaga mulai melancarkan jurus tawar menawar. Seorang Letnan bahkan berani memberikan separuh gaji mingguannya asal ada prajurit bersedia menggantikan tugas jaga. Tidak ada yang berminat. Baru setelah tawaran dinaikkan menjadi 70%, tawaran itu diterima. Sang Letnan gembira. 70% gaji mingguan sebagai pengganti kesempatan menikmati tubuh molek Putu Sawitri adalah harga yang pantas baginya.Â
     Musik klasik, rap, blues, pop dan banyak jenis musik lainnya berbaur menjadi satu dalam Cafe Troobix. Pemusiknya yang pilihan membuat setiap jenis musik dapat ditampilkan dengan sempurna. Pengunjung benar-benar terhibur. Mata mereka berbinar-binar. Tawa nyaring membahana bergantian. Tak ada orang yang tak bergembira. Semua orang ceria. Termasuk Komander Trixton.
     Ditemani empat personil kapal induk, Komander Trixton duduk di meja paling dekat dengan panggung. Vodka dan Martini mengisi penuh gelas-gelas di hadapan mereka.
     "Kapan penari eksotik kita muncul?" salah seorang dari mereka mencondongkan tubuh dan berbisik pada Komander Trixton.
     "Aku tidak tahu tetapi sebentar lagi pasti akan muncul!"
     Yang bertanya mengangguk. Perhatian kembali beralih ke penyanyi yang sedang membawakan lagu kenangan. Kakinya bergoyang-goyang sementara tangannya mengetuk-ngetuk meja diselaraskan dengan irama musik.
     Lagu indah itu diakhiri dengan tepuk tangan membahana. MC muncul di panggung.
     "Tuan-tuan," katanya menggelegar. Yang hadir berhenti bertepuk tangan. "Sebentar lagi penari erotis yang dijanjikan akan tampil. Tetapi ...," dia berhenti sejenak. "Ada sedikit masalah dengan Putu Sawitri. Sebuah upacara penting tidak bisa ditinggalkan. Karenanya kami dari pihak manajemen terpaksa menggantinya dengan penari erotis lain. Untuk ini ..."
     Ruangan Cafe Troobix gaduh berat. Komander Trixton berdiri sambil menggebrak meja. Dua gelas terisi penuh terguling. Isinya segera membasahi meja yang belum hilang getarannya kena gebrak sekeras itu.
     "Kami datang kemari untuk Putu Sawitri. Bukan untuk yang lain," teriaknya lantang. Sebelas gelas Martini dan Vodka yang ditenggaknya cukup membuat Komander Trixton melupakan status dan jabatannya sebagai komandan angkatan perang paling disegani di  kawasan itu.
     "Ya, benar," teriak beberapa orang hampir serempak. "Datangkan Sawitri atau tempat ini kami hancurkan ...!"
     Muka sang MC berubah pias. Ini bukan ancaman main-main. Aku harus meminta bayaran tiga kali lipat kalau berhasil mengendalikan kerusuhan ini, desisnya dalam hati.
     "Hai, tenang!" tiba-tiba dia berteriak keras sekali. Teriakan keras ini diperkuat oleh pengeras suara berkualitas tinggi. Akibatnya tampak jelas. Semua yang hadir terperangah. Mereka tidak menduga si MC akan berteriak sekeras itu. "Penari eksotis pengganti akan segera muncul. Jika kemampuannya nanti ternyata tidak setara dengan kemampuan Putu Sawitri, pihak manajemen akan memberi ganti rugi lima puluh kali lipat semua pengeluaran yang sudah dibelanjakan. Paham?"
     Di panggung belakang, direktur Cafe Troobix terperangah. Mengganti lima puluh kali lipat? Siapa beri perintah pada MC gila ini membuat pengumuman sekonyol itu? Dirinya jelas akan gulung tikar.
     Ruangan hening dan senyap. Komander Trixton mengerutkan kening. Minuman yang ditenggaknya bernilai tidak kurang dari 5000 dollar galaksi. Diganti lima puluh kali berarti sekitar 250 ribu dollar galaksi. Lumayan banyak! Tetapi apakah ini benar?
     "Tuan-tuan silahkan duduk! Sesaat lagi zoortum dari Ilux II akan tampil. Nikmati tarian erotisnya, berikan penilaian obyektifnya. Tuan-tuan dijamin akan balik lagi kemari esok malam karena zoortum yang masih belia ini akan tampil tujuh malam berturut-turut tetapi sebelum itu nikmati lebih dulu dua lagu kenangan berturut yaitu Stella Marris dan  Aquarinius."
     Di belakang panggung kembali manajer Cafe Troobix menepuk-nepuk jidatnya yang tidak gatal. MC kurang ajar. MC bangsat. MC bajingan. Melontarkan janji seenaknya. Begitu sumpah serapahnya berkali-kali. Setelah mengumumkan penggantian 50 kali, sekarang dia mengumumkan pentas selama tujuh malam berturut. Siapa yang akan pentas tujuh malam berturut-turut? Tidak ada. Bukankah dia akan bangkrut dua kali. Pertama uangnya akan terkuras habis malam ini. Besoknya cafenya mungkin tidak akan buka lagi. Oh, petaka macam apa yang akan menimpa beruntun ini.
     Lagu kenangan Stella Marris dan  Aquarinius segera menggema. MC kembali ke belakang panggung. Manajer cafe menunggunya dengan pandangan membara sepanas lahar gunung berapi.
     "Kau MC bangsat, gila, apa yang kau perbuat?"
     "Kusarankan engkau segera pergi dan minggat dari tempat ini," balas si MC tak kalah galaknya. "Semua orang marah karena kau tipu."
     "Aku tidak menipu mereka!" bantah manajer cafe.
     "Lalu mengapa Putu Sawitri tidak hadir?"
     "Bukan salahku. Dia telah menanda tangani kontrak tetapi tiba-tiba saja memberitahu bahwa ada upacara yang tidak bisa ditinggalkan. Beginilah akibatnya jika terlalu banyak upacara!"
     "Jangan salahkan upacaranya. Salahkan dirimu yang tidak becus mengelola sebuah pertunjukan. Kau tahu mereka akan meremukkan diriku dan tempatmu kalau aku tidak mengumumkan kompensasi menarik."
     "Tetapi bukankah sebentar lagi mereka juga akan meremukkan tempat ini kalau zoortum yang kau gembar-gemborkan itu tak segera muncul."
     "Mereka tidak akan sempat berbuat seperti itu kalau kau cukup cepat bergegas ke pangkalan peringatan dini dan membunyikan tanda bahaya."
     "Membunyikan tanda bahaya? Kau benar-benar gila! Aku akan dihukum  seumur hidup jika tertangkap membunyikan alarm palsu."
     "Waktumu tinggal lima menit. Segera pergi atau kau boleh saksikan tempatmu rata dengan tanah. Bahkan hidupmu mungkin sulit diselamatkan. Satu-satunya harapanmu adalah membunyikan tanda bahaya. Engkau tidak akan tertangkap jika bertindak cukup cepat."
     Untuk satu dan dua detik berikutnya sang manajer masih bimbang. Hukuman seumur hidup jelas tidak menyenangkan tetapi yang jelas-jelas lebih tidak menyenangkan adalah kehancuran dan kebangkrutan usaha yang persis berada di depan mata. Hukuman seumur hidup hanya bisa dikenakan kalau dia tertangkap membunyikan alarm palsu. Kalau tidak? Bukankah dia bisa membebaskan diri dari kemelut ini dan sekaligus mempertahankan usahanya. Bertahun-tahun dia memupuk usaha ini sebelum menjadi besar seperti sekarang. Sebuah harga yang tentu saja patut dipertaruhkan untuk ancaman hukuman seumur hidup.
     Setelah memperoleh ketetapan hati, manajer malang ini menghambur keluar. Pangkalan alarm peringatan dini hanya berjarak tiga ratus meter dari cafenya. Tidak ada gunanya berjalan mengendap-endap. Dia hanya perlu berlari sekencang mungkin,  memecahkan kaca di kotak alarm, menekan tombol alarm selama tiga detik dan kemudian bergegas kembali ke cafenya. Ada sekitar waktu satu menit sebelum semua orang bereaksi pada alarm palsu. Satu menit untuk tiga ratus meter. Bukan hal yang terlalu mustahil kalau dirinya tidak segendut sekarang. Tetapi dia tidak mempunyai pilihan. Pilihannya cuma satu, yaitu berlari sekencang mungkin membawa tubuh tambunnya menempuh jarak tiga ratus meter selama satu menit.
     Entah karena sedang beruntung, entah karena tekanan yang menggantung di atas kepalanya begitu hebat, usaha sang manajer berjalan mulus. Kaca alarm peringatan dipecahkan dengan tepat, tombol alarm ditekan selama tiga detik, dan kemudian berlari kembali menempuh jarak tiga ratus meter kurang dari satu menit. Untuk orang berukuran setambun dia, prestasi ini boleh dikatakan rekor dunia.
     Bersamaan dengan dilaluinya ambang pintu belakang, alarm peringatan dini meraung-raung di seluruh kota. Dalam caf sedang dilantunkan lagu kenangan kedua ketika bunyi tanda bahaya yang sudah lama tidak terdengar ini menyeruak masuk. Komander Trixton mengerutkan kening. Alarm tanda bahaya? Tidak salahkah pendengarannya? Tetapi siapa yang menyerang?  Bukankah sekarang ini adalah masa tenang dan damai?
     "Komander, alarm serangan dini!" salah seorang anak buahnya berteriak.
     "Aku tahu," balas Komander Trixton. "Tetapi siapa yang berani menyerang kita?"
     "Kita harus segera kembali ke kapal induk, Komander," anak buahnya yang lain berkata keras. Sementara itu lagu Aquarinius dihentikan setengah jalan. Alarm peringatan dini berarti semua orang harus segera masuk ke perlindungan bawah tanah.
     "Baik, semua personil kembali ke kapal induk. Segera!" akhirnya Komander Trixton memberi perintah.
     Berikutnya, bak lebah kena gebah, personil Angkatan Perang menghambur ke kendaraan angkasa masing-masing termasuk Komander Trixton. Sedangkan pengunjung umum dan pegawai caf bergegas masuk ke lubang perlindungan.
     Inilah zortuum yang tariannya paling erotis di seluruh jagat raya, desis manajer cafe dalam hati sambil ikut berlari ke perlindungan bawah tanah. Hanya dua orang di planet ini yang tahu siapa penekan tombol alarm. Dirinya dan si MC. Keduanya dapat dipastikan tutup mulut.  Sementara akibat tarian erotis si zortuum terus melanda seluruh kota. (R-SDA-09122020)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI