Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen Anak: Cincin Emas

3 Desember 2020   08:42 Diperbarui: 3 Desember 2020   08:54 575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Apa kata bapakmu waktu memukulmu?" tanya si baju kotak-kotak hitam, yang tampaknya menjadi pemimpin rombongan itu.

"Wah, banyak!" jawab Rustam. "Semuanya tidak enak!"

"Itulah!" kata si baju kotak-kotak. "Ikan di tambak dipelihara dengan sungguh-sungguh oleh pemiliknya. Bibitnya pun dibeli dengan harga yang cukup mahal. Jadi pantas saja kalau mereka marah besar ketika ikannya diambil. Coba engkau menuruti nasehatku ketika itu, tentu engkau tidak akan kena marah. Kau tahu, dulu pun aku pernah mengalami hal yang sama, bahkan aku kena marah lebih hebat lagi. Oleh bapakku aku dibawa ke depan si pemilik tambak dan di sana aku dihajar sampai jera. Kau masih untung cuma dipukul di rumah!"

"Untung apanya!" balas Rustam cepat. "Buntung ya!"

Si Baju kotak-kotak tersenyum, anak-anak yang lain pun tersenyum lebar.

Sekarang rombongan itu berada di tengah-tengah tambak. Matahari yang semakin tinggi sama sekali tidak terasakan panasnya oleh mereka.

"Kita berpencar mencari lubang kepiting dan ketam!" perintah si baju kotak-kotak. "Siapa yang mendapat kepiting atau ketam paling besar dan paling banyak dia pantas mendapat julukan yang terhebat di antara kita. Bagaimana, setuju tidak kalian dengan usulku?"

"Setujuuuu ...!" jawab mereka hampir serentak.

"Bagus! Kalau begitu kita mulai sekarang ...!"

Belum selesai si baju kotak-kotak hitam mengucapkan kalimatnya, anak-anak sudah berhamburan, berpencar, mencari tempat yang strategis. Naluri mereka sebagai anak desa, yang sehari-hari bergelut kalau tidak dengan sawah ya dengan tambak, membuat mereka dengan mudah menemukan tempat-tempat strategis.

Si baju kotak-kotak sendiri tampaknya lebih tenang. Dia malah tidak perlu berlari jauh-jauh. Cukup beberapa langkah, dia sudah menemukan beberapa lubang kepiting. Rustam pun tidak pergi jauh-jauh. Dia melangkah beberapa meter ke sebelah kanan si baju kotak-kotak hitam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun