Mohon tunggu...
Tri Hatmoko
Tri Hatmoko Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Orang kampung dari lembah Sembuyan, Penikmat music kroncong, campur sari dan pop jawa.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Tertib Berlalu Lintas, Cara Gampang Hindari Jebakan Polisi

29 November 2011   03:44 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:04 1416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hati – hati polisi lalu lintas mempunyai 40 titik jebakan di wilayah Jabotabek! Itulah pesan yang saya tangkap dengan apa yang disampaikan oleh Indonesia Police Watch ( IPW ) melalui siaran persnya, Kamis, 27 November 2011 yang lalu.

Wouuh … luar biasa banyak. Tak sedikit tentunya warga masyarakat yang terkena jebakan dan ujung – ujungnya harus memilih cara ‘mudah’ untuk lepas dari jebakan itu. Tapi benarkah polisi memang sengaja menjebak?Benarkah polisi lalu lintas ‘senakal’ itu? Mengapa pula kok polisi tidak memberikan tanggapan yang bisa menjawab itu dengan jelas? Atau jangan – jangan saya yang tidak membaca/mendengar ya? Beberapa Tanya beseliweran sesaat membaca beritu itu.Tapi apa iya?

Soal citra polisi yang sering dipersoalkan tentu bukan barang baru lagi. Berulang kali kita mendengar keluhan akan ketidak puasan warga atas pelaksanaan tugas – tugas aparat penegak hukum itu. Beberapa temanbercerita bahwabeberapa kali kena‘tilang’ polisi. Sebabnyasepele memang, seperti lupa gak menyalakan lampu ( nah ini 'makan' favorit baru dibeberapa tempat ), tidak ada kaca sepion, tidak mengenakan sabuk keselamtan, sampai melanggar rambu – rambu lalu lintas.Intinya mereka memangtidak memenuhi aturan dan melanggar.

Prinsip yang saya pegang dalam berlalu lintas, jika saya tertib maka polisi tak akan ‘nakal’. Dan sampai kini prinsip itu benar. Paling tidak menurut saya.Memakai kelengkepan berlalu lintas, mempunyai dan membawa surat – surat yang diperlukan dan tidak melanggar rambu – rambu lalu lintas. Nah yang terakhir ini, kalau saya bingung, lebih baik berhenti dan bertanya, dari pada terlambat bertanya dan menjadi salah.

Seorang kawan pernah memberi tips, bagaimana caranya menghindar dari pemeriksaan polisi saat ada rasia.Misalnya dengan memainkan lampu sen dan lampu utama dengan kode – kode tertentu. Entah benaratau tidak, katanya dia sudah mecoba dan memang polisi polisi tak menghentikan kendaraannya. Saya tak percaya.

Setiap menemui barisan polisi yang sedang melakukan rasia kendaraan bermotor, kebanyakan roda dua, saya memilih untuk bersikap kooperatif.Dari jarak yang cukup saya memilih mengarahkan kendaraan ke jalur kiri, memperlambatlaju kendaraan sambil membuka kaca helm, menujukkan sikap tubuh siap untuk diperiksa.Dengan menujukkan sikap yang siap semacam itu, justru jarang sekali saya dihentikan untuk ikut diperiksa. Sampai – sampai istri saya heran, mengapa polisi bersikap begitu baik. Kami bahkan sering bermain tebak – tebakan jika di depan kami ada rasia kendaraan, apakah kami akan dihetikan atau tidak. Pengalaman saya lebih banyak dipersilahkan untuk jalan terus.

Bukan hendak menggurui, tapi memang begitulan situasi lalu lintas di Jabotabek.Menggunakan alasan macet sebagai pembenaran untuk melanggar aturan berlalulintas rasanya tidaklah bijak, toh kita jugalah yang akan menanggung akibatnya. Terus menerusmenyalahkan pihak aparat yang dianggab memanfaatkan situasi tak akan juga menyelesaikan persoalan. Situasinya memang seperti ini. Sambil terus mendorong agar persoalan lalulintas bisa diperbaiki, hendaknya kita juga tidak melakukan pelanggaran – pelanggaran, agar tidak dimanfaatkan oleh aparat yang bergelar OKNUM. Kalau sudah begitu, kita sendiri akhirnya yang rugi.Adu urat, ngomelatau mengumpat sepuas – puasnya pun tak akan menang. Jangan biarkan yang namanya OKNUM ikut menikmati rejeki hasil kerja keras kita karena itu sebetulnya hak anak istri dan keluarga kita.

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun