Menulis itu kadang jadi pintu buat pulang ke diri sendiri. Di balik setiap kalimat yang kamu tulis, ada luka yang mulai menemukan kata-katanya. Dan dari situ, pelan-pelan kamu bisa lega. Nggak butuh solusi, cuma butuh jujur. Kadang cuma dengan nulis, kamu sadar bahwa kamu selama ini terlalu sering menahan segalanya sendirian.
Coba deh tanya ulang: siapa sih aku, tanpa dia? Pertanyaan ini mungkin bikin takut. Tapi ini juga kesempatan buat kamu kenalan lagi sama dirimu sendiri. Apa yang kamu suka? Apa mimpi yang dulu kamu pendam karena sibuk menyenangkan dia?
Beli kopi sendiri. Tonton film yang dulu kamu suka tapi dia bilang garing. Pergi ke tempat yang kamu kangenin tapi sempat kamu hindari karena dia nggak suka keramaian. Lakukan hal-hal kecil yang dulu kamu tahan-tahan. Karena yang kecil itu, kalau kamu jujur, ternyata bisa jadi sumber bahagia juga.
Kamu bukan setengah yang hilang. Kamu itu satu yang utuh, bahkan sebelum dia datang. Cinta seharusnya melengkapi, bukan menggantikan siapa kamu sebenarnya. Kamu tetap kamu dan itu sudah cukup. Nggak harus ada yang datang untuk membuatmu lengkap karena kamu memang sudah layak dihargai sejak awal.
Jangan lupa juga: hidupmu itu luas banget. Nggak cuma tentang cinta yang kandas. Kamu punya pikiran yang cerdas, kaki yang bisa melangkah ke mana aja dan hati yang meskipun sempat luka masih bisa mencintai banyak hal. Keluarga, teman, mimpi, matahari sore, bau hujan, suara tawa teman semuanya bisa jadi sumber bahagia.
Cinta bukan satu-satunya bentuk kebahagiaan. Dan putus bukan akhir dari semuanya. Kadang, kehilangan juga bisa jadi ruang untuk menemukan hal-hal baru yang selama ini nggak kamu sadari.
Mungkin kamu sekarang lagi ingin glow up, biar kelihatan lebih cantik dari sebelumnya. Ingin dia menyesal. Tapi jangan sampai semua itu kamu lakukan buat dia. Lakukan itu buat kamu sendiri. Kalau kamu ingin olahraga, belajar hal baru, atau skincare-an, lakukan karena kamu ingin merawat diri. Bukan karena kamu ingin diakui.
Mencintai diri sendiri itu bukan cuma tren. Itu perjalanan panjang, kadang naik-turun, kadang melelahkan. Tapi percaya deh, itu proses paling penting yang bisa kamu Jalani. Kamu nggak harus jadi versi terbaik buat orang lain. Cukup jadi versi yang kamu sendiri sayangi. Mulai dari hal kecil, kayak istirahat cukup, makan makanan favorit atau sekadar bilang, "nggak apa-apa kok" ke diri sendiri.
Dan terakhir, ingat ya: semua orang punya waktunya masing-masing buat pulih. Ada yang butuh tiga bulan. Ada yang butuh tiga tahun. Ada juga yang sembuhnya pelan-pelan banget. Semua itu sah. Kamu berhak sembuh dengan cara dan waktumu sendiri.
Kamu nggak perlu buru-buru buka hati lagi kalau memang belum siap. Kadang, kita cuma butuh waktu buat duduk bareng luka dan bilang, "aku di sini kok." Nggak semua luka perlu tambalan. Kadang cukup dikasih waktu. Dan waktu, kalau kamu izinkan, bisa jadi penyembuh paling sabar.
Jadi, setelah hancur... apa harus sempurna lagi?
Jawabannya: nggak.