Mohon tunggu...
Tresna Khoirun Nisa
Tresna Khoirun Nisa Mohon Tunggu... Mahasiswi -

Mahasiswi UIN Sunan Kalijaga Fukuktas Sosial dan Humaniora prodi Ilmu Komunikasi angkatan tahun 2015. "Bungkam mulut mereka dengan aksimu Inallaha ma'ana"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Yogya Macet, Juru Parkir Liar Ketiban Rezeki

7 Oktober 2015   23:53 Diperbarui: 8 Oktober 2015   00:04 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rabu, 7 Oktober 2015 diselenggarakan Pawai Budaya Yogyakarta yang dipusatkan di Tugu Yogyakarta. Pawai Budaya ini di mulai sejak pukul 19.00 WIB sampai dengan selesai.  Pawai Budaya ini akan mengelilingi beberapa jalan utama di Yogya yaitu Jalan Jendral Sudirman-Tugu- Jalan Mangkubumi. Pawai yang di ikuti dari berbagai lapisan masyarakat ini disambut sangat antusias oleh masyarakat Yogya. Pawai yang di ikuti oleh ribuan peserta yang terdiri dari 200 Kelurahan se-Yogyakarta  ini sangatlah menarik untuk disaksikan. Beberapa jalan utama yang menuju Tugu Yogyakarta ditutup guna untuk memperlancar pelaksanaan kegiatan. Puluhan anggota  kepolisian diturunkan untuk mengatur lalu lintas dan untuk mengalihkan arah  alur jalan menuju Tugu.

Melihat dari antusiasme masyarakat, jalan-jalan utama yang akan dilewati oleh para peserta pawai sudah sejak pukul 18.30 ramai didatangi oleh para penonton pawai. Para penonton pawai ini memiliki titik-titik pusat untuk berkumpul seperti sepanjang daerah Tugu, daerah Kota Baru, dan daerah Jalan Mangukubumi sangatlah padat oleh masyarakat yang ingin menyaksikan pawai yang hanya digelar satu tahun sekali ini.

Suasana diberbagai tiik kumpul ini sangatlah membuat kemacetan dan mengganggu arus lalu lintas. Karena ada beberapa titik kumpul masyarakat yang tidak diatur oleh aparat kepolisian, sehingga daerah tersebut menggalami kemacetan yang cukup parah. Sebagian daerah titik kumpul masyarakat hanya diatur oleh para pekerja parkir liar. Contohnya dikawasan Kota Baru, kawasan yang menuju akses Malioboro ini juga terkena dampaknya. Karena banyak penggendara yang memarkirkan kendaraan mereka secara tidak beraturan.

Kawasan-kawasan yang tidak beraturan karena adanya parkir yang tidak beraturan oleh para penggendaram seperti inilah yang sering membuat kita sebagai pengguna jalan merasa terganggu, karena ketidak disiplinannya para pengendara motor yang memarkirkan motor mereka secara tidak beraturan. Di satu sisi para pengguna jalan merasa terganggu namun para pemilik kendaraan yang memarkirkan kendaraan mereka merasa sudah merasa nyaman dan merasa sudah benar meletakkan kendaraan merek adi wilayah tersebut.

Para penggendara yang lebih didominasi oleh pengendara motor ini sangatlah mengguntungkan bagi pungli parkir liar. Mereka akan memungut biaya retribusi terhadap para pengguna jasa mereka, biasanya mereka menarik biaya sebsar Rp.2000 untuk setiap motornya. Namun pada saat pembayaran mereka tidak ada memberikan karcis oleh para pengendara yang sudah membayar iaya retribusi. Bagi mereka semakin banyak kendaraan yang memarkirkan kendaraan mereka diwilayah mereka maka hal itu akan sangat mengguntungkan.

Harusnya pihak kepolisian yang diturunkan jumlahnya lebih banyak karena dapat dilihat dari antusiasme masyarakat setiap tahunnya. Harus ada peringatan-peringatan keras dan wilayah parkir khusus untuk para penonton aksi pawai ini. Dengan adanya bantuan dari pihak Kepolisian maka warga juga akan merasa aman dan kendaraan yang diparkirkan lebih teratur. Memang benar dengan adanya pungli parkir liar polisi akan merasa terbantu kineranya. Tetapi, perlu diingat beberapa hal bahwa para pungli parkir ini melakukan pekerjaan mereka dengan cara tidak menyediakan lahan parkir. Hanya dengan memberikan aba-aba ‘Kiri-kiri’ ‘Kanan-kanan’ dan sebagainya mereka sudah mendapatkan upah. Seharusnya para penggelola parkir ini juga diberi karcis retribusi agar kita tau lembaga atau yayasan mana yang bertanggung jawab akan keberadaan mereka.

Namun sebaliknya kita juga jangan hanya bergantung dan menyalahkan tukang parkir liar yang ada disetiap event-event acara ini. Dengan adanya mereka pekerjaan  pihak Kepolisian akan terbantu dalam mengatur lalu lintas. Hanya saja terkadang mereka tidak tahu menempatkan posisi kendaraan yang benar, seperti halnya parkir berlapis-lapis bahkan sampai 3 lapis. Cara parkir seperti inilah yang akan menganggu para pengguna jalan lainnya. Jadi, para punli parkir ini seharusnya diberikan pelatihan dan penetapan biaya parkir pada setiap kendaraan, jadi mereka tidak hanya menarik retribusi sesuka hati mereka.

 

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun