Mohon tunggu...
dabPigol
dabPigol Mohon Tunggu... Wiraswasta - Nama Panggilan

Orang biasa

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Olahraga Antara Hobi, Prestasi dan Industri (Bagian 1)

16 Desember 2018   17:20 Diperbarui: 16 Desember 2018   22:10 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga secara umum, menurut UU No 3/ 2005 dikelompokkan menjadi tiga kategori : rekreasi, prestasi dan pendidikan. Pada kategori pertama acapkali ditambahkan permainan serta dibedakan di antara keduanya karena beragam alasan. Baik yang permainan maupun rekreasi cenderung dilatarbelakangi oleh hobi. Kalaupun sampai dilombakan, juara bukan tujuan utama. Rasa atau kepuasan lebih banyak berbicara. Sebagai hobi, uang juga bukan ukuran yang perlu disandingkan dengan selembar sertifikat atau sebuah trophy. Kepuasan sulit diukur dengan nilai uang seperti dalam teori ekonomi mikro.

Pada kategori kedua, juara adalah satu tujuan utama di antara tujuan lainnya.  Pertandingan dan/atau perlombaan di ajang resmi, dari tingkat kampung sampai yang sejagad adalah tolok ukur dan tangga untuk menapaki ke puncak prestasi tertinggi. 

Ukuran prestasi cukup jelas dengan capaian terukur. Ajang multi event seperti Pekan Olahraga dan Olimpiade jelas merupakan impian para atlet dan pengurus cabang olahraga yang bersangkutan. Kejuaraan tingkat kabupaten/kota sampai dunia/internasional juga merupakan incaran untuk unjuk prestasi. 

Sepanjang tahun 2018, ada dua ajang akbar olahraga tingkat benua Asia yang diselenggarakan di Indonesia yakni Asian Games dan Asian Para Games. Pada Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang, Indonesia sukses menorehkan prestasi spektakuler dengan menempati posisi ke 4 di bawah tiga macan olahraga Asia: China, Jepang dan Korea Selatan. Banyak yang menyebut keberhasilan ini sebagai lompatan prestasi. Benarkah demikian kenyataannya?

Dari seluruh (31) medali emas yang diraih Indonesia, ada  tiga cabang olahraga (cabor) penyumbang medali emas terbanyak yaitu pencaksilat (16), dayung (5) dan panjat tebing (3). Pencaksilat sebagai olahraga beladiri tradisional Indonesia memang bukan cabor olimpik yang senantiasa menjadi cabor wajib dalam multi event internasional seperti SEA Games, Asian Games dan Olimpiade. 

Artinya, lompatan prestasi olahraga tanah air yang diraih dalam Asian Games 2018 perlu diberi catatan khusus. Jika pada SEA Games 2019 di Philipina cabor silat masuk ke dalam multi event itu ada kemungkinan pengurangan nomor yang dipertandingkan. Tuan rumah akan memilih cabang-cabang olahraga yang menguntungkan mereka semisal karate atau taekwondo untuk cabor beladirinya. 

Sementara itu, jika diplomasi olahraga yang dilakukan oleh Shorinji Kempo (Perkemi dan WSKO yang diwakili oleh Wakil Perdana Menteri Jepang) berhasil, cabor beladiri ini baru masuk sebagai cabor eksebisi. Tapi sangat mungkin dipertandingkan di Olimpiade 2020, Jepang. 

Banyak pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan oleh Indonesia jika lompatan prestasi di Asian Games 2018 akan dipertahankan. Paling tidak, KONI dan Kemenpora harus lebih berkonsentrasi pada cabang-cabang olahraga olimpik yang masih cukup tertinggal dari pesaing utama di SEA Games maupun Asian Games. 

Pendiri dan Guru Besar Shorinji Kempo Indonesia: Ss. Indra Kartasasmita (tengah). Dokpri
Pendiri dan Guru Besar Shorinji Kempo Indonesia: Ss. Indra Kartasasmita (tengah). Dokpri
Sumber Satu , Dua , Tiga , Empat .

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun