Mohon tunggu...
Toto Endargo
Toto Endargo Mohon Tunggu... Peminat Budaya

Catatan dan Pembelajaran Kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Babad Wirasaba: Ketika Adipati Wirasaba Terpesona oleh Cahaya - Jaka Kaiman dari Kejawar

11 Agustus 2025   12:00 Diperbarui: 16 Agustus 2025   13:29 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Membaca Babad Wirasaba (12) - ChatGPT

Jaka Kaiman menurutnya bukan keturunan bangsawan. Ia adalah anak pungut --- yatim piatu yang diasuh oleh Kiai Mranggi, seorang tokoh spiritual dari Kejawar. Namun sinar yang terpancar dari tubuhnya seakan menyatakan bahwa garis keturunan tidak selalu menentukan kemuliaan seseorang. Cahaya itu seakan berkata, "Inilah yang terpilih."

"Ri nedhenge pra samya tangi, nenggih kang panakawan kathah, irap iket lan bebede, kang panakawan wau, atmajane Kyai Mranggi, asuwek bebedira, alon dennya muwus, ; 'sapa nyuwek bebedingwang?', kancanira sadaya sami anuri kabeh tan ana ngrasa".

Keesokan pagi saat semua bangun, Jaka Kaiman mengetahui kainnya sobek, lalu bertanya pelan: sapa nyuwek bebed ingwang? Semua temannya tidak ada yang merasa melakukannya. Akhirnya terjadi keributan dan terdengar oleh Ki Dipati yang sudah bangun. Lalu semua panakawan dipanggilnya menghadap. Ki Dipati bertanya pelan; "Eh, bocah panakawan, sapa ingkang nyuwek bebedneki?' --siapa yang menyobek kainnya (Jaka kaiman)?"

Mendengar pertanyaan itu anak Ki Meranggi justru menjadi sangat ketakutan. Sang Adipati berkata lagi: "Lah aja gahatah, gya matura gus sapa kang suwek bebednya?" Lalu anak ki Meranggi itu menghadap dan merasa bersalah karena kainnya sobek dan telah membuat keributan, menyerahkan dirinya pejah gesang, mati dan hidupnya kepada Sang Adipati.

Satu orang yang tahu jawabannya: Ki Dipati sendiri, yang pada malam sebelumnya diam-diam menyobek kain itu untuk memastikan cahaya yang memancar bukan ilusi. Dan kepada semua yang bertanya, sang adipati dengan bijak bersabda: "Lah aja gahatah, gya matura gus sapa kang suwek bebednya?"  -- Tak seorang pun yang menyadari, sebab saat itu semua terlelap.

Namun akhirnya, Ki Dipati dengan nada lirih tapi dalam, ia berkata bahwa yang menyobek bebed itu bukan orang lain, melainkan dirinya. Seorang yang berkuasa menyentuh hidup dan mati Jaka kaiman --- Sudah benar Jaka kaiman "ngaturken pejah gesang". Ternyata ini bukan sekadar penyobekan kain, tapi penyingkapan sebuah takdir.

Pada saatnya Kyai dan Nyai Mranggi pun berterus terang bahwa mereka adalah orang tua angkat. Jaka Kaiman adalah putra dari R. Harya Banyaksosro dari Pasirluhur. Hingga pada akhirnya Jaka Kaiman dinikahkan dengan putri sulung sang Adipati Wirasaba.

Makna di Balik Cahaya

Cahaya dalam kisah ini adalah lambang dari kejernihan batin dan kecemerlangan masa depan. Dalam tradisi Jawa, anak yang memancarkan cahaya bukanlah sembarang anak. Ia disebut sebagai titah linuwih, manusia pilihan yang kelak akan memainkan peran penting dalam tata sejarah.

Adipati Wirasaba --- dengan mata batinnya --- mampu menangkap isyarat itu. Bukan hanya seorang pemimpin administratif, ia juga pembaca simbol dan tanda zaman. Dan ketika ia memilih untuk menyentuh dan menguji sang bocah, itu bukan karena curiga, melainkan karena ingin memastikan bahwa penglihatannya bukan fatamorgana.

Baca selanjutnya: Dari Wirasaba ke Toyamas (1) - Keluarga Adipati Wargautama

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun