Menunggu dalam resah membara
Dua dekade tak sebanding serbet yang tersampir
Lelah dalam diam
Wahai puan dan tuan di gedung wakil rakyat
Seberapa lama lagi kami menantiÂ
Undang undang yang ditunggu
Tak jua menemui kami
Menelisik aturan agar kami berdaya
Waktu kerja terukur
Wahai puan dan tuan
Pernahkah merasakan setrika panas
Menikmati nasi tersaji basi
Hanya derajat dianggap berbeda
Kami pun inginkan puan dan tuan
Setidaknya toleransi
Karena kekuatan manusia ada batasnya
Stop ekploitasi untuk golongan kami
Kami dahulu disebut pembantu
Sekarang lebih sedap disebut asisten rumah tangga
Tapi nyatanya nasib tak berujung manis
Untuk puan dan tuan dirumah
Pandangi kami sebagai manusia
Punya rasa seperti kalian juga
Untuk puan dan tuan di gedung wakil rakyat
Dengarkan jerit kepiluan
Yang tiada henti bersuara
Namun apakah kami selalu menunggu
Hingga waktu tak bisa menjawabnya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H