Mohon tunggu...
Topik Irawan
Topik Irawan Mohon Tunggu... Full Time Blogger

Full Time Blogger

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[HORORKOPLAK] Jebar Jeebbuuur Ketemu Tuyul

9 Januari 2017   09:24 Diperbarui: 9 Januari 2017   09:52 850
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rustam pemuda desa yang kesehariannya memilih untuk mengolah sawah, belum ada terbersit keinginannya beranjak ke kota dan mengikuti jejak kawan kawannya berburu pekerjaan. Bagi Rustam di kampung saja sudah banyak pekerjaan yang harus di lakukan mulai dari pagi hingga sore, kenapa juga harus berpayah payah ke kota hanya untuk mengadu nasib. Lagi pula Abah sangat memerlukan bantuannya untuk mengolah sawah, namun bagi Rustam yang penting bisa bersama Emak dan tak berjauhan dengan perempuan yang begitu ia hormati.

Terkadang ada juga di dalam bersit hati Rustam untuk berkelana dan mencari pengalaman di tempat lain, tampaknya kota cukup keren untuk mengubah perilaku teman temannya, bila lebaran tiba, kampung mendadak ramai dengan hadirnya para perantau yang tampil modis di kampung, entah apa yang mereka kerjakan di kota sehingga penampilan mereka terlihat keren. Jika ada lintasan pikiran beranjak ke kota, buru buru Rustam menepisnya, tinggal di kampung bukanlah aib namun ini adalah panggilan jiwa, begitu yang sering Rustam pikirkan jika ingin beranjak ke kota. Lagi pula siapa nantinya yang akan membantu Abah dan Emak.

Selain bertani, Rustam pun sering membantu pengurus masjid untuk sekedar bersih bersih dan juga mengajar anak anak kecil mengaji. Malah sering Rustam menjadi orang pertama yang hadir di masjid. Jam jam dini hari sekitar jam tiga malam acap kali Rustam hadir di masjid, mempersiapkan untuk menyambut jama’ah yang akan melaksanakan sholat Shubuh.

Malam yang temaram saat Rustam mulai menuju masjid, ada sedikit rinai gerimis ketika langkah Rustam menuju masjid, nampak gulita suasana masjid. Rustam membuka pintu masjid dan menyalakan saklar listrik, kini masjid mulai terang. Rustam beranjak menuju rak yang menyimpan beberapa mushaf Al Qur’an dan ia pun mulai membaca dengan suara lirih. Beberapa ayat telah ia baca dengan lancar.

Namun indera pendengaran Rustam menangkap suara kecibak air, ada suara kran yang seakan di buka tutup, gemericik air terdengar dari arah kamar mandi yang letaknya bersisian dengan ruang dimana tempat keranda di letakan. Rustam menajamkan pendengarannya dan ia pun memilih menyudahi membaca kitab suci. Mungkinkah ada orang yang datang ke masjid, akankah itu Mang Sana yang memang sering berada di masjid di banding orang orang.

Suara kecipak air makin terdengar jelas, kalau Mang Sana ada mengapa ia main main dengar air? Dengan rasa penasaran ia pun menuju kamar mandi untuk mengecek. Saat mendekati arah tempat wudhu suasana tampak sepi tak ada tanda tanda orang, anehnya suara kecipak air pun terhenti. Lalu Rustam membuka pintu kamar mandi, dan......

Kamar mandi tampak kosong, tak ada orang di dalamnya. Rustam menggaruk garuk kepalanya yang berambut sedikit gondrong, tak ada siapa siapa di dalam kamar mandi lalu Rustam pun berbalik arah menuju dalam masjid. Saat Rustam berada di dalam masjid justru suara kecipak air terdengar kembali. Tetes tetes air jatuh terdengar jelas di malam hari, suasana hening membuat aliran air yang jatuh terdengar begitu nyata.

Dengan mengendap endap Rustam menuju kamar mandi, rasa penasarannya mengalahkan rasa takut, ia merasa sangat penasaran siapa yang berada di dalam kamar mandi dan memastikan untuk menasehati agar jangan main air karena akan terbuang secara mubazir, perbuatan mubazir sangat di senangi syetan, begitu yang pernah ia dengar dari tausih Pak Ustadz.

Maka langkah Rustam pun semakin dekat dengan sumber suara, kecipak air masih terdengar.

“Jebbbaaarr...jebbburrr....jebbar....jebburr.”

Tampaknya yang di dalam kamar mandi sangat menikmati permainan air yang dilakukannya, tak lama kemudian Rustam mengetuk perlahan pintu seraya bertanya.

“Ada orang di dalam?”

Suara air mendadak berhenti saat Rustam bersuara, hening dan di dalam tak ada jawaban, perlahan Rustam membuka pintu kamar mandi yang tak di kunci dan di dalam tak ada orang, keran pun tak mengucurkan air, semua biasa saja. Rustam makin penasaran, suara air tiba tiba lenyap dan di dalam pun tak ada siapa siapa. Rustam bingung dengan apa yang terjadi malam ini, ada suara air tapi kok nggak ada orangnya, jadi siapa yang main air itu?

Setelah memastikan bahwa tak ada apa apa di dalam kamar mandi, Rustam menuju selasar masjid dan bersandar pada salah satu tiang masjid, ia sengaja tak masuk masjid agar bila terjadi apa apa ia bisa langsung ke arah kamar mandi, rasa penasaran yang membuncah membuat Rustam ingin memecahkan teka teki siapakah yang main air di dalam kamar mandi.

Rustam agak tertidur saat suara air itu kembali menyapa gendang telinganya, suara air yang mengalir terasa sangat dekat, lalu Rustam setengah berlari ke arah kamar mandi dan dengan gerakan spontan ia membuka kamar mandi dan saat kamar mandi terbuka nampaklah sesosok berkepala gundul yang nyaris telanjang tertangkap pandangan Rustam.

Si kepala gundul yang berukuran bocah berumur tiga tahunan tampak terkejut dengan kehadiran Rustam, beberapa saat ia nampak kebingungan dan akhirnya memilih melarikan diri ke arah samping agar terhindar dari tangkapan Rustam. Sebenarnya Rustam pun kaget dengan pemandangan di depannya, apakah makhluk kecil berkepala botak adalah makhluk halus yang di sebut Tuyul?

Si Tuyul berlari kencang seperti lompatan kelinci yang sedang ketakutan, Rustam mengejar penampakan Tuyul yang berlari ke arah semak semak, dengan sigap Rustam mengikuti jejak langkah si Tuyul. Namun Rustam tampak kalah cepat di banding larinya makhluk gundul berbadan mini, semak semak di sibak agar bisa mengetahui keberadaan Tuyul namun ternyata apa yang di lakukan Rustam sia sia.

Sedang asyik Rustam mencari namun tak ketemu, sebuah suara menyapa Rustam yang membuat Rustam agak kaget mendengarnya.

“Hei bocah ngapain di situ, nyari ular?”

Rustam menoleh ke arah suara, ternyata Mang Sana terlihat memandang dengan pandangan aneh kepadanya.

“Nguber Tuyul eh malah kabur tuh Tuyul,” ujar Rustam menjelaskan.

Mang Sana langsung terkekeh mendengar jawaban yang baru saja ia dengar.” Nih bocah koplak juga ya! Mana ada hari gini Tuyul mampir ke kampung kita, kamu tuh kebanyakan nonton film horor, jadi ikut ikutan koplak juga Tam.”

“Ya elah Mang masa saya bohong sih. Tadi barusan itu Tuyul lari ke arah sini, awalnya sih saya denger suara air yang kayak di mainin gitu, ampe tiga kali malah, nah pas yang ketiga kali di dalam kamar mandi muncul penampakan si Tuyul itu eh malah dianya lari kenceng bener, tahu gitu mah dari rumah bawa botol deh biar saya masukin tuyul ke botol,”jawab Rustam dengan muka konyol.

“ Jadi benaran kamu mergokin itu Tuyul?”

Lha benar banget Mang Sana, malah tuh Tuyul saya uber uber sayang aja nggak ke tangkep,” sahut Rustam dengan cepat.

“Mungkin iya juga sih dan ada hubungannya dengan banyaknya laporan warga kehilangan duit, kemaren juga Mang Sana hilang duit goceng, jangan jangan di embat tuh Tuyul juga,” duga Mang Sana sambil geleng geleng kepala.

“Busyet deh Mang Sana ilang duit goceng nuduh Tuyul? Nggak salah tuh? Khan kemaren duit itu di jajanin buat beli kopi di warung Kang Dudung, itu mah nggak hilang Mang,” ejek Rustam sambil ketawa lebar.

Gantian Mang Sana yang terkekeh, gegara ada Tuyul yang di ceritain Rustam akhirnya Mang Sana jadi inget bahwa duitnya ngak ilang, wah ini mah udah fitnah si Tuyul nih.

“Udah deh jangan ngetawain mulu orang tua, nanti kualat lho.”

Sambil ngeloyor menuju masjid, Rustam jadi pengen ketawa kok bisa bisanya ketemu Tuyul malam ini, ah dasar koplak ada ada saja!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun