Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kreativitas Pedagogi ala Bima Sakti, akan Singkirkan Myanmar U-16, Tetap Rendah Hati, Tak Egois, Tak Individualis

10 Agustus 2022   10:49 Diperbarui: 10 Agustus 2022   11:05 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Berbekal catatan dua laga sejak menggebuk Singapura U-16 dan menyingkirkan Vietnam u-16, rapor TIPS pemain dan tim yang boleh dibilang stabil dan meningkat, pasukan Garuda Belia, Timnas Indonesia U-16 diprediksi akan mampu mengatasi Myanmar U-16 di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Rabu (10/8/2022) pukul 20.00 WIB. dalam semi final Piala AFF U-16 2022.

Kreativitas pedagogi ala Bima Sakti

Kendati bekal kompetensi pedagogi masih harus dikuasai oleh Bima Sakti dengan benar dan baik, namun pendekatan, khususnya psikologis ala Bima yang tidak harus mengikuti pakem pedagogi ilmiah terhadap anak-anak, nampak signifikannya dalam mengangkat kecerdasan intelegensi (otak) dan kecerdasan personality (kepribadian, mental, emosi, kepercayaan diri, sikap disiplin, tanggungjawab, sikap tidak individualis, sikap tidak egois, menghargai diri sendiri, menghargai orang lain, ada sikap respek, simpati-empati, peduli, hingga tahu diri dan tetap rendah hati).

Banyak media yang mengulik dan mengangkat pendekatan Bima dalam mencerdaskan intelegensi dan personality anak-anak. Hasilnya, cukup terbukti saat laga kedua hingga berlanjut ke laga ketiga. Pasalnya, di laga perdana, anak-anak nampak belum di sentuh dengan benar intelegensi dan persinalitynya oleh Bima.

Setelah laga versus Filipina U-16, berbagai kritik dan saran pun mencuat menyerang Bima baik di media sosial, media massa, hingga Ketua Umum PSSI pun sampai memberi wejangan khusus.

Harus menjadi perhatian, bagi PSSI, para pegiat sepak bola akar rumput, para pelatih, dan lainnya, menangani anak-anak usia 16 tahun ke bawah, dalam sepak bola, kompetensinya tidak boleh polos hanya punya bekal pengalaman dan menguasai teknik dan speed sepak bola.

Anak-anak usia 16 tahun, wajib dididik dan dikembangkan otak dan kepribadiannya/mental/emosinya dll dengan cara yang benar. Ada ilmu dan caranya. Di dalam tim sepak bola, tugas mendidik dan mengembangkan intelegensi dan personality, juga menjadi tanggungjawab pelatih yang=guru dan ada pendampingan psikolog. 

Mirisnya, semua Timnas Indonesia, kini tidak lagi menggunakan jasa psikolog, sementara para pelatihnya pun tak berbekal kompetensi pedagogi, termasuk Shin Tae-yong (STy).

Bersyukur, setelah bermain tidak sesuai ekpetasi di laga pertama, setelah disentil dari sana-sini, Bima lalu menyentuh area intelegensi dan personality anak-anak yang kini diasuhnya dengan kreativitas pedagogi ala Bima Sakti.

Ada pelajaran tentang kencing dan toilet, ada hukuman denda, ada aturan penggunaan gadget, ada menempel foto orang tua, ada figur mantan pemain U-16 yang selalu ucapannya dijadikan motivasi, ada respek dan meminta maaf terhadap lawan atas perlakuan buruk suporter, ada ucapan memohon dukungan doa, dll. Itu semua ujungnya mengerucut membangkitkan daya pikir, daya analisis, dan sikap anak-anak, menaikkan dan mengembangkan kecerdasan intelegensi dan personality.

Semoga kreativitas pelajaran dan pendidikan pedagogi ala Bima Sakti, akan terus meningkatkan kinerja kecerdasan TIPS pasukan Garuda U-16. Menang permainan dan gol atas Myanmar U-16, lolos ke babak final.

Rendah hati, jangan jemawa

Ekspetasi publik sepak bola nasional adalah Timnas Indonesia U-16 meraih tropi Piala AFF U-16 yang kedua dari edisi ke-15 tahun 2022 ini. Mengulang tahun 2018 saat Fakhri Husaini mempersembahkan tropi AFF U-16 pertama untuk Indonesia, sementara 13 kali lainnya menjadi milik negara lain, milik lawan-lawan sebenarnya Garuda.

Karenanya, prestasi melibas Vietnam U-16 di laga terakhir fase Grup A dengan cara elegan dan sportif, wajib menjadi pegangan setiap pemain saat meladeni Myanmar, sebagai lawan sesungguhnya kedua bagi Garuda Belia di turnamen ini. Kemenangan dan prestasi itu, harus menjadikan para pemain menjadi manusia yang tetap rendah hati dan tidak jemawa. Di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) di tulis jewawa, bukan jumawa, artinya congkak alias sombong.

Memang, sejarah pertemuan Timnas Indonesia U-16 dengan Myanmar U-16, tercatat imbang. Sejak Piala AFF U-16 dihelat dari tahun 2022, sudah bertemu empat kali, yaitu:

1. Piala AFF U-16 2002 -- Myanmar 6-0 Indonesia (Semifinal)
2. Piala AFF U-16 2005 -- Indonesia 1-6 Myanmar (Babak grup)
3. Piala AFF U-16 2018 -- Myanmar 1-2 Indonesia (Babak grup)
4. Piala AFF U-16 2019 -- Indonesia 5-0 Myanmar (Babak grup)

Rekor pertemuannya ternyata sama kuat. Sama-sama 2 kali menang dan 2 kali kalah, tanpa ada hasil imbang.

Untuk itu, dalam performa anak-anak yang terus meningkat TIPSnya di bawah asuhan dan kreativitas pedagogi ala Bima Sakti, saya yakin Garuda Muda akan lolos ke babak final dengan mencatat rekor baru, menang ke-3 kali atas Myanmar U-16. 

Supertor yang hadir memenuhi Stadion Maguwoharjo akan menjadi saksi torehan rekor head to head itu. Ayo Suporter, dukung dan tertib, tidak anarkis dan tidak berbuat yang menciderai sportivitas dan mempermalukan diri sebagai tuan rumah.

Untuk anak-anak Garuda Belia, tetap rendah hati, tidak jemawa, penuh percaya diri, sadar diri menjadi wakil dari jutaan anak se-Indonesia seusianya, membawa atas nama Bendera Murah Putih=Indonesia, maka tidak ada yang bermain egois dan individualis, tidak terpancing provokasi licik lawan, hindari lawan membuat diving, menang permainan dan menang gol dengan elegan dan sportif, karena CERDAS TIPS. Pikirkan tropi untuk kedua kali untuk Indonesia di PIKIRAN dan HATI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun