Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Empati, Bahasa Cinta Kasih Sesama

24 September 2021   19:56 Diperbarui: 24 September 2021   22:23 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartono JW

Di kehidupan dunia ini, saya harus berbagi  kasih, peduli sesama, dan harus bisa menjaga perasaan orang lain. Dan, saya ingatkan diri saya untuk menjadi pribadi yang berempati, karena hidup tak bisa sendiri.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti empati adalah keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain.

Empati juga dimaknai sebagai kemampuan untuk memahami apa yang dirasakan orang lain, melihat dari sudut pandang orang tersebut, dan juga membayangkan diri sendiri berada pada posisi orang tersebut. 

Oleh sebab itu, empati memainkan peran penting dalam membangun dan menjaga hubungan antara sesama manusia.

Empati pun sudah tertanam pada manusia, dan tanda-tandanya sudah ditunjukkan sejak bayi. Berikutnya akan semakin berkembang prosesnya dalam fase anak-anak, remaja, hingga dewasa. 

Dalam perjalanannya, tingkat empati seseorang bisa berbeda dengan orang lainnya. Ada orang yang mudah untuk berempati, ada pula yang sulit untuk melakukan hal tersebut.

Hal ini dapat dimaklumi, karena tingkat perkembangan empati seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Di antaranya, faktor lingkungan sosial di masa anak-anak, remaja, dewasa hingga sekarang. 

Lalu, juga faktor cara pandang terhadap sesuatu, pola asuh orang tua di rumah, pengaruh pendidikan di sekolah dan lingkungan, pengalaman masa lalu, dan juga sangat dipengaruhi oleh harapan-harapan atau ambisi-ambisi negatif maupun positif.

Apakah empati saya tinggi?

Agar saya senantiasa dapat merawat dan menjaga empati, maka saya selalu bertanya pada diri saya sendiri.

Apakah selama ini saya memiliki kepedulian yang tinggi terhadap orang lain? Apakah saya pendengar yang baik? Apakah saya pandai atau cerdas memahami perasaan orang lain? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun