Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Idul Fitri, Momentum Memahami Apakah Kita-Saya Masih Memprioritaskan Orang Lain atau Masih Prioritas bagi Orang Lain

14 Mei 2021   10:54 Diperbarui: 14 Mei 2021   13:53 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maka, bercermin dari itu semua, saat kita tak lagi menjadikan orang lain prioritas kita, apa yang harus kita lakukan agar orang lain itu tahu, tidak tersinggung, dan dapat menerima fakta dan kenyataan?

Begitupun bila ternyata kita juga sadar dan tahu bahwa kita sudah tak lagi menjadi prioritas bagi orang lain, maka bagaimana sikap kita?

Bila ternyata ada orang lain yang tak lagi bukan prioritas kita, khususnya semisal dalam lingkungan sekolah, kuliah, pekerjaan, instansi, grup sosial, grup media sosial, perkumpulan, dan lainnya, maka banyak sikap terpuji yang dapat kita tunjukkan kepada orang lain yang bukan lagi menjadi prioritas kita.

Sikap terpuji dengan pondasi hati bersih itu, harus dilakukan sesuai dengan kondisi latar belakang kecerdasan intelegensi dan emosi orang tersebut. Semisal, orang yang tak lagi menjadi prioriras saya, cukup cerdas intelegensi dan emosi, maka kita bisa mengatakannya secara langsung dengan berterus terang bahwa semisal kita sudah tidak lagi dapat menyambung hubungan kerja sama, pun dengan alasan yang logis dan humanis. Sikap ini biasanya di lakukan di kantor-kantor, saat terjadi pemutusan hubungan kerja.

Bila orang yang tak lagi kita jadikan prioritas, dari segi kecerdasan intelegensi dan emosi belum mumpuni, maka cara penyampaiannya harus lebih jeli. Semisal, kita perlahan mulai menjaga jarak komunikasi verbal (lisan) dengan yang bersangkutan.

Kita juga bisa melakukan menjaga jarak komunikasi tertulis di media sosial seperti tak lagi memberikan like, memberikan respon dan komentar, hingga tak lagi menjawab chat di whatsApp (wa)nya.

Di sisi lain, saat orang lain juga tak lagi menjadikan kita sebagai prioritas mereka khususnya bukan di lingkungan kerja, kita harus peka atas sikap dan perbuatannya kepada kita, khususnya dapat kita baca dalam respon mereka dalam komunikasi non verbal di grup-grup media sosial yang tak lagi merespon upload kita, chat kita dan lainnya.

Contoh sikap prioritas saya

Di luar persoalan tersebut, sebab saya bekerja dalam bidang konsultan pendidikan, saya juga selalu memotret kejadian dalam bentuk artikel lalu memberikan alternatif solusi atau pemecahan masalahnya, maka bagi saya orang lain (masyarakat) selalu menjadi prioritas saya untuk berbagi kisah yang saya tulis, sebab kisah itu, masyarakat perlu tahu sebagai ilmu dan pengetahuan, serta menjadi acuan dalam kehidupan humaniora, bermasyarakat, dan bernegara.

Saya selalu mencoba membagi artikel yang saya tulis, kepada orang lain yang menjadi prioritas saya, terutama yang kontaknya ada di wa, karena saya berpikir, orang lain tersebut dapat pula membantu membagikan artikel yang saya tulis untuk berbagi menyebarkan kebaikan manusia pada umumnya.

Setiap artikel yang saya tulis tajuknya, niatnya adalah berbagi karena di dalamnya ada sebuah alternatif solusi dan pemecahan masalah dari potret masalah yang saya angkat di berbagai bidang, dari kisah rakyat jelata, orang kaya, hingga elite partai dan para pemimpin negeri, juga menyoal berbagai kejadian dan kebijakannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun