ISEAKI individu masyarakat pada umumnya, juga sangat mudah diterka dalam kehidupan nyata. Semisal ada orang yang sengaja bunuh diri. Setelahnya diketahui apa alasannya mengapa bunuh diri. Maka, akan langsung dapat diukur rapor ISEAKI orang tersebut, lemah di bagian mana? Apakah Intelegensi dan analisisnya? Atau imannya? Atau sosialisasinya? Tapi dia kreatif dan imajinatif hingga bikin acara bunuh diri.
Optimis, motivasi, dan ambisi
Dari deskiripsi yang telah terurai tersebut, di tengah pandemi corona yang menggerus semua sendi kehidupan, ada hal yang dapat menjadi refleksi bagi setiap individu masyarakat, sebab corona telah membikin berbagai ruang kehidupan terpuruk.
ISEAKI yang sejatinya telah ada dalam diri manusia sejak lahir, seharusnya menjadi penuntun bagi setiap individu manusia agar dalam keadaan seperti sekarang tetap dapat bertahan karena mampu mengendalikan diri hingga tetap dapat optimis, penuh motivasi, dan penuhi hati dan pikiran dengan ambisi yang positif agar terus dapat bertahan, bersaing, bangkit, dan berhasil.
Setiap individu manusia wajib terus meningkatkan arus optimisme, keyakinan atas segala sesuatu dari segi yang baik dan menyenangkan dan sikap selalu mempunyai harapan baik dalam segala hal yang ingin diraih.Â
Berikutnya, terus memotivasi diri, tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya dibumbui oleh ambisi positif, yaitu keinginan (hasrat, nafsu) yang besar untuk memperoleh atau mencapai sesuatu di jalan yang benar.
Bila selama ini, masyarakat terus disuguhi kehidupan semu di pemerintahan, kehidupan hedon orang-orang yang bergelimang harta, maka masyarakat umum yang terus berjuang bertahan hidup untuk diri dan keluarganya melalui jalur kehidupan normal yang keras, wajib terus memupuk optimisme dan ambisi positifnya dengan motivasi yang berlipat.
Gunakan filosofi kecoak, dalam kondisi apa pun tetap mampu bertahan dan hidup. Ketika mereka terbalik/terjungkal, mereka selalu berusaha keras untuk mencoba bangkit kembali, meskipun memiliki resiko yang menakutkan, yaitu kematian. Meski hidup di tempat yang kotor, menjijikkan, kecoa tidak diam dan terus mampu berjuang, dan tetap mampu beranak pinak. Sepanjang keberadaannya terus dibenci dan tak disukai, tapi tetap ada.
Kecoak dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) artinya lipas, yaitu serangga bersayap lurus, dapat terbang, bersungut panjang, berwarna cokelat, terdapat di rumah, terutama di tempat kotor, di kakus dan sebagainya; coro, kecoak; kepuyuk.
Bagi kecoak, kesulitan dan keterpurukan, serta justifikasi buruk menjadi kesempatan untuk terus bertahan hidup dan berjuang sekaligus membuktikan  bahwa dia tetap berguna dalam mata rantai kehidupan.
Sebagai manusia yang sudah dibekali ISEAKI, maka baik terdidik maupun belum pernah mengenyam bangku sekolah, tetap akan sama-sama mampu menjadi manusia yang mampu mengendalikan diri karena keimanan yang kuat, hingga mampu bertahan dalam situasi sulit pandemi ini. Bertahan hidup dan sehat ekonomi, sebab terus mampu memotivasi diri untuk tetap optimis menjalani kehidupan ini tanpa melanggar aturan agama, norma, etika, sopan-santun, dan peraturan kehidupan berbangsa dan bernegara, serta disiplin protokol Covid-19.