Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kok, Cuma Baca Judul?

25 Oktober 2020   21:11 Diperbarui: 25 Oktober 2020   21:16 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari berbagai penelitian dan dari berbagai laporan hasil penilaian pendidikan di tingkat dunia, tidak usah saya ulang dan sebut lagi seperti telah saya ungkap dalam artikel-artikel sebelumnya, rapor pendidikan di Indonesia di tingkat Asia Tenggara saja terus tercecer, apalagi di tingkat dunia.

Saya juga tidak akan mengulas mengapa demikian kejadiannya? Lalu, bagaimana dengan sepakterjang dan kinerja Menteri Pendidikan kita yang sekarang menjabat. 

Dalam kesempatan ini, justru saya ingin menggedor hati dan pikiran saya sendiri. Syukur-syukur para pembaca artikel saya ini juga ikut tergerak dengan apa yang saya rasakan.

Yang pasti, dengan masih lemahnya Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia, masih banyak rakyat yang belum mengenyam bangku pendidikan, masih terpuruk dalam keterampilan berbahasa (mendengar, berbicara, membaca, dan menulis), masih utopia dalam merengkuh cita karena "penjajahan" kepada rakyat justru masih terus berlangsung.

Semua menjadi kolaborasi negatif yang tak mendukung kemajuan SDM kita untuk sampai pada ranah berkarakter, cerdas intelegensi dan emosi, maka jauh dari sikap empati, simpati, rendah hati, yang menjadi identitas manusia berbudi pekerti luhur.

Terlebih, SDM yang mujur, sempat mengenyam bangku pendidikan hingga yang diberikan kepercayaan memimpin bangsa dan negara ini, malah terus larut dalam suka cita di atas kepentingan mereka sendiri, dan terus mengabaikan rakyat.

Jadi, hanya sekadar me"read" informasi yang dikirim dalam wa atau "cuma sekadar membaca judul", kini benar-benar menjadi fenomena yang wajib kita "perangi".

Terlebih, yang lebih ironis, baru membaca judulnya, langsung antipati dengan informasi yang dibagikan oleh orang lain atau anggota grup lain. 

Dengan pikiran dan sikap yang "dangkal" langsung merespon negatiflah, langsung komen jangan kirim informasi yang inilah  jangan kirim informasi yang itulah. Lalu, bilang grup ini hanya untuk ini atau hanya untuk itu.

Sepanjang yang saya tahu, juga dari berbagai informasi dari orang lain dan pihak lain, maka orang-orang yang bersikap demikian sudah teridentifikasi siapa "mereka".

Bahkan, saya sering dapat masukan baik melalu pesan atau pembicaraan langsung: "Tolong" kirim informasi yang ini atau yang itu, Mas. Anggota di grup ini atau itu, biar cerdas dan melek, dll. Jangan cuma mikirin apa yang mereka senang, tak mau membaca, tak mau belajar, dan merasa sudah cukup."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun