Mohon tunggu...
Tonny Syiariel
Tonny Syiariel Mohon Tunggu... Lainnya - Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Travel Management Consultant, Professional Tour Leader, Founder of ITLA

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Jelajah Ternate, dari Benteng ke Benteng

11 Desember 2021   17:51 Diperbarui: 23 Mei 2022   23:54 3906
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suatu senja di Benteng Kalamata, Ternate. Sumber: dokumentasi pribadi

Tidak banyak kota di Indonesia memiliki begitu banyak benteng seperti Ternate. Ini memang kota benteng! Bahkan ada yang menjulukinya "Kota Seribu Benteng". Dari benteng bekas Portugis, Spanyol hingga Belanda. Deretan benteng ini seakan menegaskan betapa pentingnya posisi Ternate dalam percaturan perdagangan cengkeh di masa lalu. 

Benteng-benteng di Ternate bukan sekadar konstruksi beton peninggalan masa silam yang mati. Di balik tembok benteng yang telah berdiri selama ratusan tahun itu tersimpan sejuta bukti sejarah yang mendebarkan. Dari pembunuhan seorang Sultan sampai kisah perebutan jalur perdagangan antar bangsa kolonialis.

Sejarah mencatat, Ternate pernah menjadi magnet bagi bangsa penjajah di abad ke-16. Bersama Tidore, tetangga sekaligus rivalnya kala itu, kedua pulau yang dikuasai Kesultanan Ternate dan Kesultanan Tidore itu pernah menjadi rebutan antar beberapa bangsa Eropa di masa itu.

Kota Ternate dan Pulau Tidore di latar belakang. Sumber: dokumentasi pribadi
Kota Ternate dan Pulau Tidore di latar belakang. Sumber: dokumentasi pribadi
Semerbak harum cengkeh, yang harganya selangit di pasar Eropa kala itu, tercium hingga jauh melintas Samudera. 

Satu demi satu bangsa Eropa pun bersaing sengit demi menguasai wilayah ini. Pada abad ke-16, cengkeh memang hanya bisa ditemukan di Ternate, Tidore, Moti, Mare dan Makian.

Singkatnya, setelah lima abad berlalu, yang tersisa dari era kegemilangan itu pun hanyalah bekas benteng-benteng ini. Sebagian masih berdiri kokoh di tepi laut. Yang lainnya tetap gagah bertengger di atas bukit di lingkungan pemukiman padat. Dan selebihnya tinggal puing-puing yang teronggok sebagai saksi sejarah nan bisu.

Taman di depan Benteng Tolukko- Ternate. Sumber: dokumentasi pribadi
Taman di depan Benteng Tolukko- Ternate. Sumber: dokumentasi pribadi

Sebagai salah satu destinasi wisata ternama di wilayah Indonesia Timur, Ternate memang tidak hanya memiliki alam yang permai. Sebut misalnya, Danau Tolire Besar, Danau Ngade ataupun Hol Sulamadaha. Peninggalan sejarah di kota ini juga membuat bekas ibu kota Maluku Utara itu makin menarik dijelajahi.

Adalah bangsa Portugis yang pertama kali menjejakkan kaki di Ternate pada tahun 1512. Tidak menunggu lama, setelah sukses membujuk Sultan Ternate yang akhirnya mengizinkan Portugis membangun benteng sebagai pos perdagangan, Portugis pun mulai membangun beberapa buah benteng di atas pulau vulkanik ini.

Benteng Tolukko di Dufa Dufa, Ternate. Sumber: dokumentasi pribadi
Benteng Tolukko di Dufa Dufa, Ternate. Sumber: dokumentasi pribadi
Fort Tolukko atau Benteng Tolukko adalah salah satu benteng pertama yang dibangun pada awal kedatangan Portugis. Benteng yang berdiri di atas ketinggian sekitar 10.5 meter dpl di kawasan Dufa Dufa Ternate itu mulai dibangun pada tahun 1512 atas perintah Francisco Serrao.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun