Mohon tunggu...
Tonny Syiariel
Tonny Syiariel Mohon Tunggu... Lainnya - Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Travel Management Consultant, Professional Tour Leader, Founder of ITLA

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Tallinn, Permata di Laut Baltik

13 Oktober 2021   14:19 Diperbarui: 30 Juni 2022   21:53 1393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Alun-alun Balai Kota Tallinn, Estonia. Sumber: dokumentasi pribadi

Helsinki masih dibalut pagi sepi ketika kami harus bergegas melaju ke West Terminal, Port of Helsinki. Inilah saatnya menuju ke Tallinn dengan kapal ferry Silja Line. Helsinki, ibu kota Finlandia dan Tallinn, ibu kota Estonia hanya berjarak sekitar 80 km. Terpisah oleh Teluk Helsinki dan dapat dicapai dengan kapal feri dalam waktu 2 jam saja. 

Tallinn adalah kota terbesar di Estonia, sebuah negara berdaulat di kawasan Baltik di Eropa Utara. Kota berpenduduk sekitar 437 ribu ini memiliki letak geografis yang sangat strategis di antara beberapa negara di kawasan ini.

Terletak di jalur perdagangan yang sibuk antara Russia dan Eropa Barat, Tallinn relatif mudah dicapai dari beberapa kota ternama lain di sekitarnya. Saint Petersburg, kota terkenal di Russia, hanya berjarak 370 km ke timur. Sedangkan, Stockholm, ibu kota Swedia yang terpisahkan Laut Baltik berada sekitar 426 km di sebelah barat Tallinn. 

Peta Estonia. Sumber: www.nationsonline.org
Peta Estonia. Sumber: www.nationsonline.org
Dan tentu saja Helsinki, kota terdekat di sebelah utaranya. Dengan posisi seperti inilah, kota indah ini pun selalu menjadi salah satu opsi wisata lanjutan yang menarik bagi sebagian besar wisatawan yang sudah berada di kota-kota itu.

Dari Helsinki, misalnya, Anda bisa menuju ke Tallinn pergi pulang pada hari yang sama. Berangkat dari Helsinki dengan feri pertama dan kembali dengan feri terakhir dari Tallinn. Dalam sehari setidaknya terdapat 6 kali jadwal berangkat dari Silja Line, salah satu kapal feri yang melayani rute ini.

Salah satu kapal feri yang melayani rute Helsinki-Tallinn-Helsinki. Sumber: Kalle Id/wikimedia
Salah satu kapal feri yang melayani rute Helsinki-Tallinn-Helsinki. Sumber: Kalle Id/wikimedia
Tallinn memang layak menjadi salah satu destinasi wisata unggulan di wilayah Laut Baltik. Apalagi sejak Estonia berhasil meraih kembali kemerdekaan sepenuhnya dari hegemoni Uni Soviet pada tahun 1991. Tallinn pun berkembang kian pesat sebagai salah satu kota termaju di wilayah Laut Baltik ini.

Selain kawasan kota tuanya yang disebut Tallinna Vanalinn (Tallinn Old Town) telah terdaftar dalam UNESCO World Heritage List, Tallinn sejatinya telah banyak meraih berbagai status bergengsi di Eropa. Mari kita simak beberapa di antaranya.

Viru Gate, salah satu pintu masuk ke kota tua dan bagian dari tembok kota zaman dulu. Sumber: dokumentasi pribadi
Viru Gate, salah satu pintu masuk ke kota tua dan bagian dari tembok kota zaman dulu. Sumber: dokumentasi pribadi
Tallinn adalah kota dengan jumlah perusahaan start-up per orang tertinggi di Eropa. Kota ini juga tercatat sebagai tempat lahir banyak perusahaan internasional, antara lain Bolt dan Skype. Bolt mungkin belum banyak dikenal di Asia, tetapi Uber-nya Estonia ini adalah salah satu unicorn yang sukses di Eropa. 

Tidak itu saja. Tallinn adalah rumah bagi NATO Cyber Defense Centre of Excellence. Dan kota ini pun pernah terdaftar sebagai satu dari The Top Ten Digital Cities in the World. Pantas saja, nama negara Estonia pun kerap ditulis sebagai "E-stonia".

Anak-anak Tallinn yang biasanya akrab dengan gadget dalam pakaian tradisional. Sumber: dokumentasi pribadi
Anak-anak Tallinn yang biasanya akrab dengan gadget dalam pakaian tradisional. Sumber: dokumentasi pribadi
Estonia sesungguhnya telah merintis sejarah high-tech yang panjang sejak era Soviet. Namun, bukan itu yang menjadi alasan utama makin banyaknya wisatawan yang menyambangi Tallinn. Pada tahun 2019 saja, sedikitnya 4.5 juta wisatawan mancanegara mengunjung kota indah ini.

Selain dijuluki sebagai A Gem in the Baltic (Permata di Baltik), Insight Guides, penerbit buku perjalanan terkenal, menggambarkannya bak a fairytale port city. Kota pelabuhan Tallinn memang bak kota dalam kisah dongeng. Apalagi Kota Tua Tallinn yang dipuji sebagai salah satu kota Abad Pertengahan terbaik di Eropa.

Kota Tua Tallinn dengan menara Balai Kotanya. Sumber: dokumentasi pribadi
Kota Tua Tallinn dengan menara Balai Kotanya. Sumber: dokumentasi pribadi
Deretan bangunan dengan arsitektur menawan dan penuh warna menghiasi wajah kota cantik ini. Mulai dari kawasan Toompea di Upper Town (Kota Atas) sampai Lower Town (Kota Bawah).

Toompea atau Bukit Katedral adalah sebuah bukit kapur di pusat kota Tallinn tempat berdirinya Kastil Toompea. Dengan posisinya yang berada sekitar 20 -30 meter lebih tinggi dari wilayah sekitarnya, kawasan Toompea pun sering disebut sebagai Upper Town.

Panorama kota Tallinn dari atas tembok kota. Sumber: dokumentasi pribadi
Panorama kota Tallinn dari atas tembok kota. Sumber: dokumentasi pribadi

Kastil Toompea dulunya seakan terpisah dari area sekitarnya. Dibentengi dengan ketat dan selalu menjadi pusat kekuasaan dari semua penguasa yang pernah memerintah Estonia. Konon bukit kastil ini adalah gundukan kuburan dari Kalev, raksasa yang mendirikan Tallinn dalam mitologi Estonia.

Ketika Kalev meninggal, istrinya Linda yang begitu berduka pun memindahkan batu demi batu hingga menumpuk tinggi menutupi kuburan Kalev. Alhasil, sebuah bukit besar pun terbentuk. Dari legenda inilah, kawasan ini selalu dikaitkan dengan asal-usul kota Tallinn.

Penjual suvenir di tepi jalan menuju Kota Atas. Sumber: dokumentasi pribadi
Penjual suvenir di tepi jalan menuju Kota Atas. Sumber: dokumentasi pribadi
Di atas bukit Toompea ini pula, terdapat beberapa bangunan penting yang juga menjadi objek wisata populer. Di antaranya, Parliament Building (Riigikogu); St. Mary's Cathedral - sebuah gereja Lutheran yang juga dikenal sebagai Gereja Kubah; dan Alexander Nevsky Cathedral.

Katedral Alexander Nevsky, yang sedang direnovasi saat itu, tampil menarik. Katedral bergaya Neo-Russia ini dirancang oleh Mikhail Preobrazhensky antara tahun 1894 and 1900. 

Sebuah katedral yang kental bercirikan gaya Orthodox Russia. Lima kubah berwarna hitam terlihat kontras dengan warna merah dan putih yang membalut bangunan katedral ini.

Katedral Russia Orthodox Alexander Nevsky. Sumber: dokumentasi pribadi
Katedral Russia Orthodox Alexander Nevsky. Sumber: dokumentasi pribadi
Kota Tua Tallinn tidak terlalu luas. Terpisah dari wilayah kota lainnya oleh tembok kota, Anda bisa menjelajahinya dengan berjalan kaki dari satu sisi ke sisi lainnya. Dari Kota Atas ke Kota Bawah. Jalan-jalan berkelok yang ditutup batu serta deretan bangunan tua penuh warna membuat atmosfer kota abad pertengahan ini begitu terasa.

Di beberapa restoran dan kafe, pelayan pun menggunakan pakaian bergaya medieval. Dan suasana kota kian menarik ketika kita akhirnya tiba di sebuah alun-alun cantik yang disebut Tallinn Town Hall Square. Inilah salah satu tempat favorit bagi semua wisatawan sebelum kembali ke kapal di sore hari.

Sebuah sudut jalan di kota tua Tallinn. Sumber: dokumentasi pribadi
Sebuah sudut jalan di kota tua Tallinn. Sumber: dokumentasi pribadi
Tallinn Town Hall Square adalah sebuah alun-alun cantik di tengah kota tua Tallinn. Lokasi berdirinya Tallinn Town Hall sebagai penanda kota atau landmark kota Tallinn. Menariknya, fungsi alun-alun ini tidak banyak berubah sejak dahulu kala.

Sama seperti berbagai market square di berbagai kota tua lainnya, Alun-alun Balai Kota Tallinn pun masih menjadi pusat berbagai kegiatan warga lokal. Mulai dari pasar tradisional, pameran, tempat pelukis dan artis jalanan, hingga menjadi tempat pertemuan sosial warga kota.

Aktivitas pasar di Alun-alun Balai Kota Tallinn. Sumber: dokumentasi pribadi
Aktivitas pasar di Alun-alun Balai Kota Tallinn. Sumber: dokumentasi pribadi
Selain deretan tenda penjual suvenir dan berbagai pernak pernik lainnya, alun-alun ini dikelilingi banyak resto dan kafe yang mengundang banyak wisatawan singgah menikmati sore sambil ngupi cantik. Ah, tentu saja, jangan lupa Tallinn Town Hall yang menjulang di alun-alun ini.

Tallinn Town Hall atau Balai Kota Tallinn adalah bangunan tertua di Estonia dan sekaligus balai kota tertua di seluruh wilayah Laut Baltik dan Skandinavia. Bangunan yang berdiri di sisi selatan alun-alun ini dibangun pada abad ke-13 dan selesai pada tahun 1404.

Becak untuk turis yang berminat wisata kota. Sumber: dokumentasi pribadi
Becak untuk turis yang berminat wisata kota. Sumber: dokumentasi pribadi
Selain Balai Kota Tallinn, tidak jauh dari alun-alun ini, berdiri St. Olaf's Church yang dibangun lebih dulu dari balai kota. Gereja Santo Olaf dibangun pada abad ke-12 dan dipersembahkan untuk Raja Olaf II dari Norwegia. Menara gereja ini pernah menyandang status tertinggi pada masanya.

Tinggi menara Gereja Olaf awalnya menjulang setinggi 159 meter pada tahun 1500. Akan tetapi, setelah beberapa kali disambar petir serta kebakaran, ketinggian menara merosot menjadi 124 meter saat ini. Betapa pun, menara inilah yang selalu terlihat jelas dari berbagai sudut kota, termasuk ketika kapal merapat ke dermaga Tallinn.

Menara Gereja Olaf yang menjulang di tengah kota tua. Sumber: dokumentasi pribadi
Menara Gereja Olaf yang menjulang di tengah kota tua. Sumber: dokumentasi pribadi
Tallinn juga masih menyimpan atraksi wisata lainnya di sisi timur kota. Salah satunya yang layak dikunjungi adalah Kadriorg Palace yang terletak sekitar 3.5 km dari pusat kota. 

Istana bergaya barok ini dibangun untuk Catherine I dari Russia. Istana ini saat ini menaungi Museum Seni Kadriorg yang merupakan bagian dari Museum Seni Estonia.

Istana Kadriorg di Tallinn. Sumber: dokumentasi pribadi
Istana Kadriorg di Tallinn. Sumber: dokumentasi pribadi
Meskipun atmosfer di kota tua membuat kami enggan beranjak pergi, namun jadwal berangkat kapal feri seakan telah memanggil. Jangan sampai terlambat kembali ke dermaga. Maklum saja, agar tidak kemalaman tiba di Helsinki, kami mengambil jam berangkat pada pukul 16.30.

Ketika Silja Line melaju ke utara menyeberangi Gulf of Finland, saya masih sulit melepaskan pandangan ke arah kota Tallinn yang kian menjauh. Tallina sayang, sampai bertemu kembali!

***

Kelapa Gading, 13 Oktober 2021

Oleh: Tonny Syiariel

Catatan:

1) Semua sumber foto yang digunakan adalah dokumentasi pribadi, kecuali foto kapal feri dan peta.

2) Artikel ini ditulis khusus untuk Kompasiana. Dilarang menyalin/menjiplak/menerbitkan ulang untuk tujuan komersial tanpa seijin penulis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun