Leicester Square kian meriah di sore itu. Di jantung kota London ini, petikan gitar seorang pengamen jalanan sukses menahan langkah pejalan kaki di sekitarnya. Dan bukan hanya di London, tetapi juga di berbagai destinasi wisata dunia lainnya. Dari Roma sampai New York. Tidak cuma pemusik jalanan. Namun, berbagai atraksi jalanan lain pun ikut tampil. Tentu saja, termasuk penampilan Silverman!
Silverman alias Manusia Perak di jalanan ibu kota belakangan ini kian menarik perhatian. Apalagi dengan aksinya berdiri bak patung di antara deru kendaraan bermotor. Akan tetapi, silverman sendiri sejatinya hanya salah satu atraksi dari para pengamen jalanan yang telah lama ikut menghiasi wajah sebuah kota.
Pengamen jalanan atau Street Performer, yang juga disebut Busker di Inggris, memang telah lama mewarnai kehidupan masyarakat sejak ribuan tahun lalu. Mulai dari masa Mesir Kuno, zaman Romawi, abad pertengahan di Eropa, hingga era terkini di seluruh dunia.
Dengan segala talenta dan keahlian khusus, berbagai pertunjukan menarik pun ditampilkan. Sebut saja di antaranya, akrobat, komedi, menari, menyanyi, sulap, pantomim, patung hidup, pertunjukan musik, teater jalanan, dan sebagainya. Singkatnya, apapun yang bisa menghibur penontonnya.
Di Marienplatz, yang terletak di pusat kota Munich-Jerman, pertunjukan jalanan seolah telah menjadi bagian tidak terpisahkan dari kemeriahan di alun-alun cantik di depan New Town Hall itu. Suatu hiburan yang juga banyak dinikmati wisatawan yang bertandang ke destinasi wisata ini.
Dengan gaya yang tidak jauh berbeda, kita pun bisa mengagumi pengamen lainnya di sekitar Koln Hauptbahnfof ataupun di depan Cologne Cathedral. Dalam suatu kesempatan, saya ikut menyaksikan seorang Silverman yang berdiri diam bak patung dalam waktu lama. Jelas berbeda dengan Silverman di Jakarta. :)
Meskipun demikian, tidak sembarang pengamen jalanan boleh tampil di mana saja. Kota-kota besar di negara ini, antara lain Berlin, Munich, dan Hamburg yang mewajibkan semua pengamen jalanan mendapatkan lisensi atau izin sebelum tampil.
Di Munich misalnya, semua pengamen jalanan, baik pemusik maupun pematung hidup, harus mendapatkan lisensi dari kantor Informasi Kota (Stadtinformation)Â yang berada di City Hall, Munich. Untuk mendapatkan lisensi pun tidak mudah.
Layaknya sebuah bisnis, pemilihan lokasi sangat menentukan sukses tidak seorang pengamen jalanan. Tidak mengherankan, banyak pengamen memilih pitch yang berada di kawasan wisata populer. Antara lain, di sebuah piazza (alun-alun), dekat stasiun kereta, kawasan pejalan kaki, jembatan terkenal dan lain-lain.
Lain negara, lain lagi aturannya. Di Inggris, contohnya, tidak semua kota menerapkan aturan yang sama. Bahkan kota London pun menerapkan aturan berbeda di berbagai distrik di kota itu.Â
Jika di wilayah City of London sama sekali tidak diizinkan melakukan aktivitas hiburan jalanan apapun. Maka tidak demikian dengan di wilayah City of Westminster.
Salah satu spot paling ideal untuk melihat aneka pertunjukan pengamen jalanan di London berada di distrik Covent Garden. Kawasan ini kabarnya telah menjadi saksi sejarah berbagai pertunjukan jalanan sejak tahun 1660-an. Dan tradisi ini masih terus terjaga hingga kini.
Selain London, beberapa kota lain di Inggris juga memiliki kawasan favorit yang disukai para pengamen untuk menjemput rezeki. Semuanya berada di destinasi wisata populer di masing-masing kota. Di Liverpool tentu saja berada di Mathew Street atau lokasi berdirinya The Cavern Club, tempat the Beatles tampil pada awal kariernya.
Negeri Britania Raya sendiri memiliki catatan menarik terkait pengamen jalanan. Banyak pemusik dan artis terkenal di negeri Ratu Elizabeth II ini mengawali karier sebagai pengamen jalanan. Mulai dari penyanyi rock Rod Stewart, aktor terkenal Pierce Brosnan, hingga penyanyi tenar Ed Sheeran.
Piazza Navona yang paling menarik untuk menyaksikan penampilan para pengamen jalanan ini. Berbagai gaya dipamerkan di alun-alun menawan ini. Ada yang tampil dengan trik khusus sehingga terlihat bak mengapung di udara. Ada pula dengan gaya khas pematung hidup dengan balutan cat perak yang dikenal luas sebagai Silverman.
Di Los Angeles pun demikian. Pemusik jalanan ikut menghibur pengunjung yang bertandang ke Olvera Street, kawasan bersejarah dan dianggap tertua di kota terbesar di Pantai Barat AS. Lalu bagaimana di New York City?Â
Di kota berjuluk Big Apple pun tidak kalah meriah dengan berbagai atraksi pengamen jalanan yang biasanya muncul di Washington Square Park, Central Park dan Times Square. Dari pemusik andal sampai pengamen yang hanya mengandalkan kostum ala Mickey Mouse, Elmo, Spiderman, Liberty Statue, dan sebagainya.
Pengamen jalanan berkelas memang bisa menghidupkan suatu kawasan wisata menjadi kian memikat. Sebaliknya dengan pengamen jalanan tanpa keahlian apapun. Apalagi yang hanya bersembunyi di balik aneka kostum. Kehadiran mereka malah dirasakan mengganggu pengunjung yang datang. Itulah yang kini terjadi di Times Square- New York.
Mungkin Anda sendiri punya kenangan berbeda ketika bersua dengan sebagian dari mereka. Baik di Jalan Braga-Bandung, Malioboro-Yogya, dan di berbagai lokasi terkenal lainnya. Semoga kenangan yang mengesankan. Jika tidak, boleh jadi mereka belum lolos audisi saja. :) :)
***
Kelapa Gading, 4 Oktober 2021
Oleh: Tonny Syiariel
Catatan:
1) Foto-foto yang digunakan adalah dokumentasi pribadi dan dari beberapa sumber lain sesuai keterangan di masing-masing foto.
2) Artikel ini ditulis khusus untuk Kompasiana. Dilarang menyalin/menjiplak/menerbitkan ulang untuk tujuan komersial tanpa seijin penulis.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI