Rute paling menarik yang wajib dinikmati yaitu dari Manado ke Ternate. Jangan lupa pilih tempat duduk dekat jendela. Momen ketika pesawat mulai lakukan manuver mendekati pulau Ternate menyajikan suatu 'aerial view' yang sangat menakjubkan.
Sebagai kota perdagangan yang sibuk, Ternate memiliki sekitar 25 hotel, dari kelas Melati hingga Bintang Empat. Begitu juga restoran dan rumah makan, cukup banyak tersedia dan sangat memenuhi selera, apalagi bagi pecinta kuliner lokal.
Dan layaknya kota-kota modern di Indonesia, sebuah 'shopping mall' cukup besar hadir di pusat kota. Jatiland Mall ini dilengkapi berbagai toko fashion, supermarket, cafe dan restoran.
Sebuah pengalaman tidak terlupakan, ketika penulis mengunjungi Ternate pas di Hari Raya Idul Fitri sekitar dua tahun lalu. Di hari libur nasional itu semua restoran di dalam kota tutup, kecuali Jatiland Mall ini. Alhasil hari itu terpaksa 'nge-mall' saja.
Ternate adalah sebuah kota pulau yang sungguh unik, cantik dan menawan hati. Ibarat paket lengkap. Kota ini sarat sejarah masa lalu, budaya yang masih terjaga, kuliner unggulan dan begitu banyak objek wisata yang tersebar di sekeliling pulau.
Selain itu, dengan letak geografis yang begitu strategis, dari Ternate kita juga bisa mengunjungi pulau / kota sekitarnya, misalnya ke Tidore atau Jailolo. Kapal-kapal antar pulau ini tersedia dari pagi hingga sore, baik di Pelabuhan Dufa-dufa untuk tujuan Jailolo, maupun dari Pelabuhan Bastiong untuk ke Tidore.
Tak heran ada yang menyebutnya sebagai 'Kota Benteng'. Dua di antaranya yang layak dikunjungi yaitu Benteng Tolukko yang berada di Kelurahan Sangaji, tidak jauh dari Bandara Sultan Baabullah dan Benteng Oranye yang terletak di pusat kota.
Fort Tolukko (Benteng Tolukko) adalah peninggalan Portugis dan dibangun Francisco Serrao pada tahun 1512. Benteng ini awalnya disebut Fort Saint Lucas dan berfungsi sebagai benteng untuk mengontrol jalur perdagangan cengkeh saat itu. Sedangkan, Fort Oranje (Benteng Oranje) didirikan pada tanggal 26 Mei 1607 oleh Cornelis Matclief de Jonge.
Nama Benteng Oranje diberikan oleh Francois Wiltlentt. Benteng Oranje ini juga tercatat sebagai benteng terbesar di kota Ternate dan pernah menjadi markas VOC di Asia, sebelum dipindahkan ke Batavia. Suatu jejak sejarah yang begitu penting!
Masih di pusat kota, kita masih bisa menyaksikan peninggalan Kesultanan Ternate, yakni Kedaton Sultan Ternate yang dibangun pada 24 November 1813. Konon Kedaton yang kini dijadikan museum ini dibangun seorang arsitek dari Tiongkok. Dan yang paling saya suka dari area sekitar Kedaton ini adalah dermaga Dodoku Ali, yang hanya sekitar 5 menit jalan kaki dari Lapangan Salero di seberang Kedaton.