Meskipun demikian, Montmartre tidak sepenuhnya kehilangan pesona magis-nya, khususnya area sekitar Place du Tertre hingga Basilica Sacre Coeur. Place du Tertre masih sangat populer di kalangan turis.Â
Di tempat ini, kita akan menemukan sebuah lapangan tua dengan pohon-pohon nan rindang yang dipenuhi puluhan penjual lukisan dan dikelilingi toko suvenir dan cafe-cafe yang selalu ramai dengan pengunjung.
Para pelukis di sini tidak sekedar menjual lukisan, tapi banyak juga yang menawarkan keahliannya untuk melukis para turis langsung di tempat situ juga. Sedangkan lukisan-lukisan yang siap jual hanya digantung atau malah diletakkan begitu saja di tepi jalan.Â
Lukisan yang ditawarkan tentu saja dari bermacam aliran, begitu juga media yang digunakan.Â
Ada yang dari cat air, cat minyak, pensil warna sampai pensil hitam biasa. Para pelukis yang sudah mempunyai kavling tetap, terlihat selalu siap dengan kotak lukis, papan kanvas dan kursi lipatnya. Sementara yang tidak mempunyai kavling, malah lebih unik lagi, mereka bahkan melukis sambil berdiri!
Bagi mereka, bayaran yang didapat dari para turis, mungkin tidak terlalu berarti dibandingkan dengan kenikmatan melukis itu sendiri. Ada suatu ‘kemewahan’ yang tidak semua orang miliki.
Namun, harus juga diakui bahwa banyak juga pelukis muda yang akhirnya terjebak pada status ‘pelukis jalanan’ di Montmartre ini. Mungkin, hanya Basilica Sacre Coeur yang berdiri kokoh dan anggun di bukit Montmartre yang tahu persis pergulatan para seniman-seniman di Montmartre itu.Â
Ketika idealisme dan kebutuhan hidup harus bertabrakan, apalagi di kota Paris yang mahal, maka pada ujungnya sebagian seniman lukis itu harus menukar keahlian melukisnya dengan sejumlah euro.
Langit Paris yang cukup cerah di sore itu, seakan mengundang kian banyak pengunjung yang terus mengalir ke Basilica Sacre Coeur. Jalan kecil dari Place du Tertre menuju Sacre Coeur juga dipenuhi toko suvenir dan banyak pelukis yang menawarkan jasa melukis cepat.