Sesudah itu, kedelai dicampurkan dengan ragi hingga rata. Ukuran ragi harus disesuaikan dengan suhu cuaca. Jika cuaca pada musim penghujan (dingin) Â maka campurkan 8 sendok ragi. Sebaliknya, Â jika cuaca pada musim kemarau (panas) Â maka campurkan cukup 2 sendok ragi.
Suhu cuaca dan jumlah ragi yang dicampurkan ke kedelai sangat berpengaruh terhadap pembentukan kedelai menjadi tempe saat proses fermentasi. Oleh karena itu, harus diperhatikan dalam memprediksi suhu musim dan mengestimasi jumlah ragi dengan tepat karena benar-benar akan berdampak pada kualitas tempe yang dihasilkan.
Langkah selanjutnya, Â kedelai yang sudah tercampur ragi lalu dimasukan ke dalam plastik bening atau dibungkus dengan daun pisang sesuai dengan ukuran yang ditentukan.
Om Nus memiliki teknik khusus mencetak tempe secara manual. Ia membuat sebuah alat cetak sederhana dari papan kayu berbentuk persegi panjang berukuran 5x50 cm.
Setelah kedelai dicetak dalam plastik atau daun pisang, semua hasil cetakan kemudian disusun rapi dalam rak-rak bertingkat di dalam sebuah ruangan khusus untuk melalui proses fermentasi.
Proses fermentasi dilakukan yakni dengan cara menyimpan dan mendiamkan cetakan kedelai pada ruangan fermentasi dengan suhu tertentu selama 1 sampai 2 hari, Â sehingga timbul jamur yang akan mengubah kedelai menjadi tempe.
Kapang Rhyzopus ini berperan penting sebagai ragi tempe dalam proses fermentasi. Beberapa jenis Rhyzopus yang bisa digunakan seperti Rhyzopus Oligosporus, Rhyzopus Oryzae, Rhyzopus Stolonifer dan Rhyzopus Arrhizus.