Mohon tunggu...
Tonny E. Nubatonis
Tonny E. Nubatonis Mohon Tunggu... Petani - Ana Lapangan

Menulis, menulis dan menulis untuk mengabadikan suara hati dan buah pikiran melalui TULISAN. Email : tonnyeliaser@gmail.com_ WA/HP : 082237201011_ Facebook : Tonny E. N

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kisah Inspirasi, Motivasi dan Edukasi dari Anggota Koperasi: Ekonomi Pengusaha Tempe

3 Februari 2021   23:25 Diperbarui: 4 Februari 2021   00:00 1341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kedelai yang sudah selesai dimasak dan didiamkan 15 menit agar dingin. (Foto: dokpri)

Proses pemisahan kulit ari kedelai menggunakan saringan. (Foto: dokpri)
Proses pemisahan kulit ari kedelai menggunakan saringan. (Foto: dokpri)
Setelah kulit ari terpisah, kedelai ditiriskan, lalu dimasukan pada sebuah wadah bersih dan diamkan selama 10 menit hingga airnya agak kering.

Sesudah itu, kedelai dicampurkan dengan ragi hingga rata. Ukuran ragi harus disesuaikan dengan suhu cuaca. Jika cuaca pada musim penghujan (dingin)  maka campurkan 8 sendok ragi. Sebaliknya,  jika cuaca pada musim kemarau (panas)  maka campurkan cukup 2 sendok ragi.

Suhu cuaca dan jumlah ragi yang dicampurkan ke kedelai sangat berpengaruh terhadap pembentukan kedelai menjadi tempe saat proses fermentasi. Oleh karena itu, harus diperhatikan dalam memprediksi suhu musim dan mengestimasi jumlah ragi dengan tepat karena benar-benar akan berdampak pada kualitas tempe yang dihasilkan.

Ragi untuk dicampurkan dalam kedelai. (Foto:dokpri)
Ragi untuk dicampurkan dalam kedelai. (Foto:dokpri)

Langkah selanjutnya,  kedelai yang sudah tercampur ragi lalu dimasukan ke dalam plastik bening atau dibungkus dengan daun pisang sesuai dengan ukuran yang ditentukan.

Om Nus memiliki teknik khusus mencetak tempe secara manual. Ia membuat sebuah alat cetak sederhana dari papan kayu berbentuk persegi panjang berukuran 5x50 cm.

Papan cetak manual tempe berukuran 5x50cm, hasil desain Om Nus. (Foto:Dokpri)
Papan cetak manual tempe berukuran 5x50cm, hasil desain Om Nus. (Foto:Dokpri)

Setelah kedelai dicetak dalam plastik atau daun pisang, semua hasil cetakan kemudian disusun rapi dalam rak-rak bertingkat di dalam sebuah ruangan khusus untuk melalui proses fermentasi.

Proses fermentasi dilakukan yakni dengan cara menyimpan dan mendiamkan cetakan kedelai pada ruangan fermentasi dengan suhu tertentu selama 1 sampai 2 hari,  sehingga timbul jamur yang akan mengubah kedelai menjadi tempe.

Kedelai dalam plastik sudah dalam tahap fermentasi. Kondisi cuaca di Kupang, NTT sementara dalam musim penghujan (dingin) sehingga Om Nus menggunakan Bohlam jenis lampu pijar berwarna cahaya kuning 100 watt untuk menghangatkan ruangan. (Foto:dokpri)
Kedelai dalam plastik sudah dalam tahap fermentasi. Kondisi cuaca di Kupang, NTT sementara dalam musim penghujan (dingin) sehingga Om Nus menggunakan Bohlam jenis lampu pijar berwarna cahaya kuning 100 watt untuk menghangatkan ruangan. (Foto:dokpri)
Proses fermentasi melibatkan kapang Rhyzopus. Jamur yang membuat rasa tempe gurih dan mudah dicerna oleh tubuh.

Kapang Rhyzopus ini berperan penting sebagai ragi tempe dalam proses fermentasi. Beberapa jenis Rhyzopus yang bisa digunakan seperti Rhyzopus Oligosporus, Rhyzopus Oryzae, Rhyzopus Stolonifer dan Rhyzopus Arrhizus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun