Di tengah musim pandemi virus korona yang masih kian merajalela ini, Â rupanya, konsumsi tempe naik cukup signifikan.
Dilansir dari kontan.co.id,  berdasarkan catatan Kementerian Pertanian dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi IV DPR RI pada selasa (17/11/2020) lalu, disampaikan bahwa Impor kedelai  selama Januari-September 2020 adalah 5,71 juta ton.
Angka tersebut bertambah dibanding impor periode yang sama tahun 2019, yakni 5,12 juta ton.
Meningkatnya konsumsi tempe tersebut benar-benar membuat para pengrajin tempe semakin berjaya selama pandemi korona. Misalnya, pengrajin tempe di Nusa Tenggara Barat (NTB) , yang mengalami kenaikan permintaan antara 10% sampai 50% pada akhir tahun 2020 lalu.
Hal ini diduga karena adanya keterkaitan dengan melemahnya daya beli, sehingga orang lebih memilih untuk mengkonsumsi tahu atau tempe, dibanding lauk jenis lain.
Bukan hanya pengrajin tempe di NTB yang merasa berjaya. Bapak Marthinus Tefbana (42) pun merasakan hal demikian.
Keluarga Sederhana Pengusaha Tempe dan Kesempatan Menjadi Anggota Koperasi
Om Nus, demikian sapaan akrabnya, Â merupakan seorang pengusaha tempe yang berdomisili di kelurahan Bakunase, Kecamatan Kota Raja, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Ayah dari tiga orang anak itu menekuni usaha pembuatan tempe sudah relatif sangat lama, kurang lebih 25 tahun waktu masih remaja.
Sebagai seorang pengusaha tempe sederhana dalam keluarga yang sederhana pula, Â Om Nus memiliki keinginan untuk memperbesar usahanya.