Saya malah khawatir dan prihatin bahwa jangan sampai banyak orang berlomba-lomba mencalonkan diri dalam pemilihan legislatif dan ingin menjadi pemimpin lain sebagainya, namun hanya sebatas mengumbar janji manis dalam mottonya "melayani lebih sungguh" tanpa benar-benar merealisasikannya.
Intinya adalah bahwa seharusnya setiap calon atau pemimpin itu sendiri, apapun jabatan, tugas atau tanggung jawabnya, haruslah dikerjakan dimana pun dan kapan pun tanpa memiliki sikap diskriminasi. Ia wajib untuk memperjuangkan kebenaran dan keadilan.
Kedua atau yang terakhir, bekerja dengan motivasi kasih.
Seorang pemimpin yang memiliki motivasi kasih tidak diragukan keribadian dan sikapnya. Bagi saya, sikap jujur, rendah hati, transparan, tulus dan lain sebagainya merupakan atribut dari kasih itu sendiri.
Inilah yang wajib dan harus dimiliki oleh seorang pemimpin yang baik. Ia akan sungguh-sungguh bekerja dan melayani dengan sungguh jika dimotivasi oleh kasih.
Kedua hal ini dapat kita pakai sebagai referensi atau acuan untuk menilai para calon pemimpin dan para pemimpin yang sementara menjalankan kepemimpinannya.
Saya benar-benar yakin, kedua hal utama ini jika dimiliki, dipegang teguh dan dilakukan oleh sang calon atau pemimpin itu sendiri maka ia sungguh-sungguh ingin menjadi pemimpin, pemimpin yang melayani dengan sungguh.
Memang tidak bisa disangkal bahwa sebagian besar orang ingin menjadi pemimpin, namun pertanyaannya, apakah ia  benar sungguh-sungguh ingin menjadi pemimpin yang akan bekerja dan melayani lebih sungguh? Bagi yang ingin menjadi Pemimpin, tanyakanlah pada diri sendiri, jangan pada rumput yang bergoyang, hehehe
Jadilah pemimpin yang melayani lebih sungguh...
Salam
Kupang, 17 Februari 2019-02-17
Tonny E. N